BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Siang yang Panas
Ruangan itu terasa menyempit. Aroma maskulin Nio yang pekat seolah mengunci oksigen di sekitar Dara.
Nio segera melepas jasnya dan melemparnya ke lantai. Begitu juga dengan celana dan bajunya—semua tercecer secara asal.
"Om, masih siang. Bi Ijah bisa denger," bisik Dara.
Nio mendesah pelan mendengar itu, napasnya terasa berat di telinga Dara.
"Aku sudah bilang kamar kita kedap suara, Sayang." katanya.
Dia menarik kain pelindung kedua gunung kembar milik istrinya, lalu menunduk untuk memainkan lidahnya di kedua puncaknya.
"Mmhhh!"
Dara meraih rambut Nio, menjambaknya. Bukannya sakit, Nio justru merasa semakin bersemangat. Dia memberikan gigitan kecil disekitar kedua gunung kembar itu.
"O-Om! nghhh,"
Suara-suara Dara bak alunan melodi indah di telinga Nio. Dia mengangkat kepalanya, tangannya membelai lembut helaian rambut yang menutupi wajah sang istri. Ditatapnya penuh cinta wanita dibawahnya itu.
"Panggil aku 'Mas', " pintanya.
Dara yang sudah merem-melek karena sentuhan itu jadi agak tidak nyambung saat Nio memintanya memanggilnya begitu secara tiba-tiba.
"H-Huh?"
"Panggil aku 'Mas'," pintanya lagi.
Dahi Dara berkerut.
"Tapi kan... udah biasa panggil Oom," katanya.
Nio menyembunyikan wajahnya di leher Dara, menghirup aroma manis istrinya yang selalu membuatnya menjadi gila.
"Makanya aku minta kita ubah panggilan sekarang, kan..." bisiknya serak.
Dia memberikan gigitan kecil di leher Dara, membuat wanita itu kembali mendesah dengan merdu.
Dia terus memberikan serangan-serangan yang membuat pertahanan Dara sepenuhnya menjadi runtuh. Kecupan-kecupan menuntut di ceruk leher, gigitan kecil yang meninggalkan tanda kemerahan, hingga tangan kokohnya yang mulai menjelajah, menarik pinggang Dara agar semakin merapat tanpa jarak.
Dara melenguh, kepalanya mendongak dengan mata terpejam rapat. Sensasi aneh yang nikmat sekaligus menyiksa mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia merasa seperti sedang diseret masuk ke dalam pusaran air yang sangat kuat.
"Panggil namaku, Sayang. Ayo..." tuntut Nio lagi.
"Mas... Mas Nio... akh!"
Mendengar panggilan itu keluar dari bibir Dara yang bergetar, kendali Nio benar-benar putus. Ia tidak bisa lagi menahan diri. Dia mendorong dirinya masuk, membuat Dara tersentak dan melingkarkan kakinya di pinggang kokoh sang suaminya tanpa sadar.
Dengan gerakan yang dominan dan penuh kuasa, Nio membawa Dara ke dalam ritme yang ia ciptakan sendiri.
Ruangan yang kedap suara itu kini dipenuhi oleh suara napas yang bersahutan. Dara merasa dunianya seolah jungkir balik. Setiap hentakan dan sentuhan Nio terasa begitu nyata, memacu jantungnya hingga terasa ingin melompat keluar dari tempatnya. Ia mencengkeram bahu kokoh Nio, kuku-kukunya tanpa sadar menekan kulit suaminya saat puncak kenikmatan itu mulai mendekat.
"Pintar. Sekali lagi, Mas mau dengar kamu panggil nama Mas saat keluar," Ujar Nio dengan napas yang terengah-engah.
"Mas Nio—akh!"
Nio menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang dalam dan memabukkan. Pinggangnya terus memompa, semakin cepat, hingga akhirnya dia merasakan tubuh sang istri yang melengkung dan mengejang saat pelepasan itu akhirnya tiba.
Dara terengah-engah dibawah tubuh suaminya. Momen panas itu membuat tubuhnya berkeringat meski AC sudah dinyalakan.
Nio terkekeh kecil, menggigit lembut bahu istrinya.
"Enak?" tanyanya.
Dara memutar mata. Sebenarnya itu memang... enak, jika Dara boleh jujur. Tapi dia tidak mau, nanti suaminya makin kesenangan mendengar pengakuan itu.
"Biasa aja," jawabnya.
Nio terkekeh pelan.
"Masa? Tapi kayaknya tadi ada yang, 'Mas Nio! Mas Nio—akh!' gitu," godanya.
Pipi Dara memerah.
"Lo tuh—"
"Kamu," Nio mengoreksi, "Masa sama suami sendiri pakenya lo-gue, hm? mulai sekarang diubah, ya." katanya.
Dara menggembungkan pipinya, ingin protes. Nio tahun sekali arti ekspresi itu, dan dia hanya terkekeh lagi sambil memberinya gigitan manja di sekitar bahu.
"Inget, ya. Mulai sekarang panggilnya 'Mas', jangan Oom. Dan jangan pakai lo-gue lagi. Pake aku-kamu. Paham?"
Dara mendengus.
"Iya, Mas... bawel." kata Dara.
Nio tersenyum lebar hingga matanya hanya berbentuk garis, sangat senang mendengar Dara memanggilnya begitu. Dia memeluk istrinya dengan erat.
"Aku sayang banget sama kamu, Dar." katanya lembut.
Jantung Dara berdebar kencang. Sebenarnya... bagaimana bisa seorang Nio mempunyai perasaan seperti itu kepadanya? Sejak kapan? Kenapa Dara seperti tidak punya clue sama sekali mengenai alasan Nio mencintainya?
Nio mengangkat kepalanya, menatap istrinya yang berada di bawahnya.
"Sekali lagi, ya?" pintanya.
Mata Dara melotot. Kok kayaknya otong suaminya on terus, sih?!
'Lecet beneran nih gue...' batin Dara.
***
BAGAIMANA EVERYBODY? UDAH PANAS BELUMMM?
Ini enggak mungkin minta up lagi, kan? 🤭
Author mau jahat, gantung pembaca buat nunggu lanjutannya besok 🤣
Awas aja kalau enggak muncul lagi besoknya, ya. Hahaha 🤭
Bercandaaa. Tapi serius deh, author seneng kalau banyak yang baca. Berasa enggak sia-sia author nulis adegan plus-plus begini. Lope-lope buat semuanya 😘
Jangan lupa dukung author dengan like, komen, dan subscribe, ya. Yang mau nyawer juga dipersilakannn, wkwkwk.
Bye-bye, sampai jumpa lagi di bab selanjutnya~
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣
ga semua sih cuma seuprit laki laki