Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Mas
Happy reading
Ryuga tidak langsung membawa Aluna pulang ke apartemen, melainkan ke Pawon Javanese. Salah satu rumah makan yang menjadi langganan keluarga Mahesa.
Rumah makan tersebut menyediakan berbagai macam masakan khas Jawa dan diolah dengan cara tradisional, sehingga menghasilkan cita rasa earthy (alami), autentik, dan smoky.
"Lo mau pesen apa?" Ryuga memecah kebisuan dan mengusir kecanggungan yang menyelimuti. Bertanya dan menyodorkan daftar menu di hadapan Aluna.
"Mmm, aku ... Bistik Jawa saja, Mas. Eng, maksudku ... Kak," ucap Aluna setelah membaca daftar menu yang disodorkan oleh Ryuga.
Aluna menggigit bibir bawahnya dan menunduk. Ia malu sekaligus takut jika Ryuga tidak berkenan, karena keceplosan menyebutnya 'Mas'. Panggilan sayang yang biasa disematkan oleh seorang istri untuk suami.
Ryuga tersenyum tipis dan berusaha menahan tawa yang sebenarnya ingin mengudara. Terlebih ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Aluna.
'Mas' sebutan yang menggelitik telinga. Namun memiliki kesan manis bagi seorang suami.
"Minumnya apa?" Lagi, Ryuga bertanya.
"Eee ... air pu-tih saja."
"Oke."
Semua menu yang dipesan Ryuga dicatat di captain order oleh seorang waiters ber-name tag Hany.
Setelah membaca list pesanan untuk memastikan tidak ada yang kurang ataupun salah penulisan, Hany pamit undur diri dan meminta kedua costumer supaya menunggu.
"Kak, makasih sudah menyelamatkan aku lagi --" Aluna kembali membuka obrolan. Wajahnya masih setia menunduk, demi menghindari kontak mata dengan lelaki yang tadi dipanggilnya 'Mas'.
"Tadi, dia nggak sempet ngapa-ngapain lo kan?"
Stupid !!!
Bukannya menanggapi ucapan terimakasih yang diutarakan oleh Aluna, Ryuga malah melontarkan pertanyaan bodoh dan membuat Aluna teringat interaksi semalam.
Aluna menggeleng. Bibirnya serasa berat untuk berkata.
Takut salah bicara? Jelas. Dan tentunya menghindari kesalah pahaman yang mungkin akan membuat Ryuga kembali marah dan mencetuskan kata-kata yang mengoyak ulu hati.
Senyap.
Tidak ada lagi obrolan.
Kecanggungan kembali tercipta karena kebodohan Ryuga.
"Gue ... minta maaf." Ryuga berucap pelan dan terdengar sedikit berat. Jarang bagi seorang Ryuga mengucap dua kata itu. Bahkan bisa dibilang, hampir tidak pernah.
"Minta maaf untuk apa?"
"Semalam, gue udah ngomong kasar. Bikin Lo nangis dan ... nyuekin lo sampai pagi."
"Kak Ryu nggak salah --" Aluna mengangkat kepalanya yang semula menunduk dan mengunci atensi pada satu objek--Ryuga.
"Aku terima, kalau Kak Ryu menganggap-ku hina atau kotor, karena bibir dan leherku sudah disentuh oleh Hamdan. Aku juga terima, kalau Kak Ryu ingin melepas ku. Tapi Kak Ryu harus percaya, aku ... belum pernah dicium apalagi disentuh oleh Baskara."
"Kalau Kak Ryu ingin pernikahan kita usai, nggak pa-pa. Aku akan beralasan, ingin kuliah di Inggris dan nggak akan ngasih tau ke semua orang. Aku akan bersandiwara, sampai Kak Ryu memberi kode 'durasi sandiwara cinta kita' berakhir."
Hening
Rangkaian kata yang mengalir dari bibir Aluna mencubit ulu hati dan menghadirkan rasa bersalah yang kini memenuhi rongga dada.
"Gue ... beneran minta maaf. Gue nggak bermaksud nuduh lo. Apalagi nganggep lo ... hina dan kotor. Gue cuma --" Ryuga menggantung ucapannya.
Ia ragu untuk mengutarakan perasaan yang masih samar dan belum diyakini.
"Kita jalani pernikahan ini. Bantu gue ... biar nggak jadi suami bangsat," sambungnya setelah sepersekian detik terdiam.
Aluna mengejapkan mata dan mengulas senyum.
"Bantu aku juga, supaya bisa menjadi seorang istri yang diinginkan Kak Ryu."
Ryuga mengangguk samar dan menarik kedua sudut bibir.
Obrolan terjeda. Semua menu yang dipesan sudah tiba dan tersaji di atas meja.
Bistik Jawa, tempe mendoan, mangut lele, seporsi nasi uduk, dan dua gelas air putih.
Aroma khas menguar, merayu Ryuga dan Aluna untuk segera menyantap.
"Makan yang banyak, biar badan lo nggak kerempeng." Ryuga kembali memperdengarkan suara. Datar, tapi terselip canda yang mencipta seutas senyum.
"Kak Ryu juga. Makan yang banyak, biar nggak kurus kering." Aluna membalas.
"Ck, porsi gue standar. Nggak bisa banyak dan emang nggak boleh kebanyakan."
"Biar perutnya tetep sixpack?"
Ryuga mengerutkan dahi dan menatap wajah Aluna yang sedikit menunduk. "Dari mana lo tau kalau perut gue sixpack? Ooo jangan-jangan, tadi pagi lo ngintip gue mandi."
"Nggak. A-aku nggak ngintip. Aku ... asal menebak."
"Ngintip juga nggak masalah. Lo udah halal ngeliat semua yang gue miliki. Dan sebaliknya --"
Pipi Aluna serasa panas ketika mendengar celotehan Ryuga. Jantungnya berdegup kencang dan tangannya sedikit tremor.
Ah, Ryu. Pandai sekali membuat wajah Aluna seperti kepiting rebus.
Tidak ada lagi obrolan. Tergantikan suara denting sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring.
Aluna menikmati Bistik Jawa dan tempe mendoan. Sementara Ryuga menikmati seporsi nasi uduk dengan lauk mangut lele.
Usai menandaskan menu sarapan, Ryuga beranjak dari posisi duduk dan berjalan menuju kasir.
Sementara Aluna, menunggu sambil berbalas pesan dengan Ayu.
Lun, novel yang kamu baca tadi pagi ketinggalan di kantin. Aku ambil dan aku simpan. Besok bisa kamu ambil di studio
Makasih, Kak. Tadi Kak Ayu juga ke kantin Sastra?
Iya. Aku merhatiin kamu dari jauh. Maaf ya, aku nggak bantuin kamu waktu Baskara mendekat
Kenapa? Kak Ayu sudah nggak peduli sama aku? Atau, sudah nggak sayang?
Bukan karena itu. Tapi aku tau, ada pangeran berkuda putih yang bakal datang nyelametin kamu
Pangeran berkuda putih yang sedikit galak?
Sedikit galak gpp. Yang penting bucin
Bucin? Sama Kak Ayu?
Sama kamu, Luna. Aku yakin, kamu bakal bikin dia bucin
Aku nggak yakin, Kak
Harus yakin
Bibir Aluna melengkung, membentuk sebaris senyum. Tawanya muncul ketika Ayu mengirim pesan yang berisi gibahan tentang Ryuga.
Kedua wanita berbeda usia itu masih saling berbalas pesan. Saking asyiknya, Aluna tidak menyadari jika Ryuga sudah kembali. Duduk di hadapan dan memperhatikan. Tatapannya menelisik dan tersirat tanya.
"Chat-an sama siapa?" Suara Ryuga membuat Aluna terhenyak.
Refleks, Aluna menghentikan aktivitas jarinya yang semula menari lincah di atas layar ponsel.
"Eng, sama Kak Ayu, Kak --"
"Kalian gibahin gue?"
Aluna mengangguk ragu. Sungguh, ia tidak terbiasa berdusta.
"Gibahin gimana?"
"Mmm, ya gitu --"
"Dia nggak ngumbar aib gue kan?"
"Kak Ayu muji Kak Ryu. Dia bilang, Kak Ryu keren. Sayang, terkadang ngeyel kalau dibilangin. Suka ngupil dan hobi mungut puntung rokok."
"Ck, fitnah. Gue nggak pernah ngupil. Apalagi mungut puntung rokok," ujar Ryuga--kesal.
"Kak Ayu juga bilang, Kak Ryu spek pangeran berkuda putih. Tampan dan berjiwa kesatria, tapi kalau ngomong suka nge-gas. Seperti perawan yang lagi kedatangan bulan."
Ryuga menghela napas. Tahan emosi dan berusaha membungkam bibirnya yang ingin mengumpat.
"Ada lagi yang dia omongin?"
"Ada. Kak Ayu bilang, Kak Ryu sudah menemukan pawang."
"Maksudnya?"
Aluna mengendikkan bahu dan tersenyum.
Obrolan mereka kembali terjeda, karena terdengar suara notif pesan yang berasal dari ponsel Ryuga dan memaksa pria berlesung pipi itu untuk segera membaca nama yang tertera di layar.
--Xavier--
Ada yang mo gue omongin. Penting! Gue tunggu di gudang, bekas basecamp Geng Brawijaya
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini