Lin Feng, seorang Pendekar Langit yang dihormati di seluruh Dunia Langit Surgawi, berhasil mencapai pencapaian legendaris: membangkitkan Seni Pedara Naga Terbang, teknik kuno yang hilang yang mampu membuka Gerbang Surgawi. Namun, kesuksesannya justru menjadi bumerang. Kaisar Langit Xuan, penguasa dunia, diliputi keserakahan dan rasa iri, merancang konspirasi keji untuk mencuri kekuatan Lin Feng—kekuatan yang hanya bisa diambil dengan membunuh pemiliknya.
Dijebak, difitnah sebagai pengkhianat, dan disiksa di penjara paling kelam, Gua Pengasingan Langit, Lin Feng menyaksikan hidupnya hancur berantakan. Bahkan Mei Ling, istri yang dicintainya, dirampas dan dijadikan selir oleh Pangeran Ke-7. Dalam detik-detik terakhir sebelum ajal menjemput, hati Lin Feng dipenuhi amarah dan penyesalan yang mendalam.
"Jika ada kehidupan lain... aku akan membalaskan semuanya!"
Namun, kematian bukanlah akhir baginya. Roda takdir berputar dengan cara yang tak terduga. Jiwa Lin Feng yang penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wee nakk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUAN LIN FENG
Lin Tao terpaku, napasnya sempat berhenti sejenak melihat perubahan drastis Lin Feng.
Dua minggu lalu anak itu bahkan belum mencapai tahap kultivasi apa pun.
Kini… aura yang memancar dari tubuhnya tidak bisa disalahartikan—itu adalah **Tahap Qi Memadat Lapisan Kelima**.
Jauh mengungguli Xiao Lei yang baru di lapisan kedua.
“Kita keluar dulu! Jangan ganggu adikmu, dia sedang berada dalam kondisi spiritual.” Lin Tao menarik lengan Yu Xin Qian dan membawanya keluar dari kamar Lin Feng.
Setelah duduk di ruang tengah, Lin Tao menghembuskan napas berat sambil memijit dahi.
“Mei, kau mungkin tidak percaya… tapi adikmu itu sudah mencapai tahap Qi Memadat.”
“A-apa?!” Yu Xin Qian hampir berteriak, cepat-cepat menutup mulutnya.
“Tidak mungkin! Dua minggu hilang di Pegunungan Hitam, lalu pulang-pulang sudah lapisan kelima? Itu… mustahil!”
“Mataku tidak mungkin salah.” Lin Tao menggeleng perlahan, wajahnya serius.
“Auranya sangat jelas. Mirip para kultivator muda dari keluarga besar… bahkan lebih bersih.”
Yu Xin Qian tercengang. Dalam hatinya, dia tahu ada sesuatu yang terjadi di hutan itu. Sesuatu yang besar.
“Kita tunggu saja dia keluar,” Lin Tao bangkit. “Siapkan makanan. Besok kita harus berangkat lebih pagi. Beritahu ayah kalau Feng sudah sadar.”
Yu Xin Qian mengangguk, meski pikirannya kacau.
---
Di dalam kamar, Lin Feng membuka mata, senyum lebar terukir di wajahnya. Aura kepercayaan diri terpancar jelas dari kedua matanya.
“Teknik dari Ming Yue ini… benar-benar gila!” Lin Feng mencengkeram cincin dimensinya.
“Tak perlu Api Asal atau bahan langka tingkat tinggi. Cukup dengan Api Roh dari Spirit Beast tipe api terkuat di hutan itu. Apa ini keberuntungan atau takdir?”
Saat hendak bangkit dari tempat tidur, sebuah benda dingin menyentuh kulit lehernya. Lin Feng terkejut.
“Kapan… Senior Ming Yue memberi kalung ini?”
Dia menggenggam liontin kecil itu, ekspresinya melembut.
“Aku bahkan tak sadar… sampai pulang ke rumah. Senior Ming Yue… siapapun kau, dimana pun kau berada… suatu hari aku akan mencari mu.”
Kalung itu dia simpan hati-hati. Ia memutuskan pergi mencari Bai Yun untuk berlatih teknik baru di tanah kosong dekat danau. Namun ketika melewati ruang tengah, ia melihat Lin Mei sedang melamun menatap makanan di atas meja.
Lin Feng tersenyum jail, meringankan langkah untuk menakutinya, namun—
Kalimat lirih Yu Xin Qian menghentikan niatnya.
"…Ibu dibunuh seseorang dari Keluarga Lin? Apa benar…?"
Tubuh Lin Feng langsung membeku. Pandangannya menjadi gelap. Jemari mengepal begitu kuat hingga terdengar suara retakan tulang.
‘Ibu… dibunuh? Dan pelakunya dari Keluarga Lin sendiri? Mereka bukan hanya menginjak harga diri ayah… tapi juga… membunuh ibu? **Bajingan!**’
Amarah meledak dari dalam dadanya. Aura Qi-nya bergolak liar. Yu Xin Qian terkejut dan langsung menoleh.
“Fe-Feng? Sejak kapan kau di belakangku?”
Wajahnya pucat. Dia takut Lin Feng mendengar semuanya.
“Siapa yang membunuh ibu?” Lin Feng bertanya datar… namun tatapannya cukup untuk membuat jiwa melemah.
“Aku—aku tidak tahu… Feng, kau salah dengar, kakak hanya—”
“Aku mendengar semuanya. Katakan.”
Nada itu… tidak menerima penolakan.
Yu Xin Qian gemetar. Lidahnya terasa lumpuh karena takut Lin Feng bertindak gegabah. Saat ia hendak berbohong—
Langkah kaki terdengar.
“Sudah saatnya kau tahu.”
Lin Tao berdiri di ambang pintu, bahu sedikit turun karena beban yang ia simpan selama bertahun-tahun.
Lin Feng duduk. Yu Xin Qian duduk di sampingnya. Ruangan itu terasa berat.
Lin Tao menghela napas panjang sebelum mulai bercerita.
“Saat ibumu mengandung, keluarga besar memperlakukannya dengan cukup baik. Namun ketika kau lahir, dan mereka tahu bayi itu laki-laki—bukan perempuan yang mereka perlukan untuk ritual keluarga—situasi berubah.”
Lin Feng menegang.
“Mereka ingin menghapus keberadaan mu.”
Suara Lin Tao bergetar samar.
“Saat itu ayah sedang menjalankan misi. Kakakmu masih umur tiga tahun. Menurut orang yang ayah percaya…, perintah pembunuhan itu ada hubungannya dengan kakak keduaku—Lin Jian Rui. Tapi tanpa bukti, ayah hanya bisa menyimpan dendam itu.”
Lin Tao memejamkan mata.
“Ibumu melawan pembunuh bayaran itu. Ia berhasil membunuhnya, tetapi… ia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.”
Keheningan menggantung.
Lin Feng merasa dunia di dalam dirinya runtuh.
“Lalu… dari keluarga mana ibu berasal?”
Suara Lin Feng nyaris berbisik, namun dipenuhi tekanan.
“Ibumu… adalah keturunan terakhir dari **Klan Yin**. Namanya Yin Lihua.”
Darah Lin Feng berhenti mengalir.
‘Klan Yin…?
Senior Ming Yue pernah mengatakan itu… klan kuno yang musnah puluhan tahun lalu. Jika benar… berarti ibu… keturunan terakhir…’
Jika ibunya keturunan terakhir—
**maka dirinya adalah penerus garis darah Klan Yin.**
Tubuh Lin Feng bergetar—bukan karena takut… tetapi karena kemarahan dan takdir yang terbuka di depan mata.
“Feng…”
Lin Tao memanggilnya lembut.
Lin Feng perlahan berdiri.
“Ayah… aku tidak akan diam lagi.”
Matanya menyala seperti bara.
“Aku akan ikut turnamen junior. Itu langkah pertama. Setelah itu… aku akan mengambil kembali semua kehormatan keluarga ini. Semua yang pernah mereka rampas.”
Lin Tao terdiam lama… lalu mengangguk.
Tatapannya berubah menjadi tajam—bukan sebagai seorang ayah, tetapi sebagai mantan pemburu dari dunia kultivasi.
“Jika itu keputusanmu… ayah percaya.”
Lalu ia menambahkan pelan namun penuh makna:
“Balas dendam… harus dilakukan dengan kepala dingin. Lakukan hingga mereka berlutut.”
Yu Xin Qian menatap Lin Feng diam-diam, cemas sekaligus bangga.
Lin Tao tersenyum tipis.
“Sekarang makan dulu. Besok pagi-pagi kita ke Kota Serakan Awan menjual kubis. Setelah itu… kau bebas melakukan apa pun yang sudah kau rencanakan.”
di sebelah udah ampe jauh bgt ini ceritanya