NovelToon NovelToon
Jodohku Guruku

Jodohku Guruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua / Cinta setelah menikah / Cintamanis
Popularitas:38.5k
Nilai: 5
Nama Author: Eli Priwanti

Nurma Zakiyah adalah seorang siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) yang ceria, namun hidupnya seketika dilanda tragedi. Sang ayah terbaring sekarat di rumah sakit, dan permintaan terakhirnya sungguh mengejutkan yakni Nurma harus menikah dengan pria yang sudah dipilihnya. Pria itu tak lain adalah Satria galih prakoso , guru matematikanya yang kharismatik, dewasa, dan terpandang.
Demi menenangkan hati ayahnya di ujung hidup, Nurma yang masih belia dan lugu, dengan berat hati menyetujui pernikahan paksa tersebut. Ia mengorbankan masa remajanya, impian kuliahnya, dan kebebasannya demi memenuhi permintaan terakhir sang ayah.
Di sekolah, mereka harus berpura-pura menjadi guru dan murid biasa, menyembunyikan status pernikahan mereka dari teman-teman dan rekan sejawat.
Bagaimanakah kelanjutan rumah tangga Nurma dan Satria?
Mampukah mereka membangun ikatan batin dari sebuah pernikahan yang didasari keterpaksaan, di tengah perbedaan dunia, harapan, dan usia, bisakah benih-benih cinta tumbuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Termakan omongan Rea

Nurma menunduk, wajahnya serasa terbakar. Pertanyaan Rea yang sangat blak-blakan itu benar-benar membuatnya mati kutu. Ia menggigit bibir, mencoba mencari kata yang tepat.

"Rea... kami... kami belum pernah sama sekali," bisik Nurma, suaranya nyaris tak terdengar. Ia menutup wajahnya lagi, berharap tanah menelannya saat itu juga.

Rea terdiam sejenak, kemudian tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. Tawa yang keras dan nyaring, seolah-olah ia baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia.

"HAHAHAHA! Ya ampun, Nurma! Kalian ini payah banget! Astaga, aku kira kalian sudah sering!" Rea memukul-mukul lututnya, berusaha menghentikan tawanya.

Wajah Nurma semakin memerah. "Rea! Jangan keras-keras! Malu tahu!"

Rea akhirnya meredakan tawanya, menyeka sedikit air mata di sudut matanya. "Oke, oke, sorry. Tapi sumpah, aneh banget! Kalian sudah sah, tinggal serumah, sepertinya sudah sering ciuman seperti barusan... Tapi belum pernah?"

Nurma menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. Ia menatap Rea dengan serius.

"Bukan belum mau, Rea. Tapi aku... aku memang belum siap. Aku masih merasa ini terlalu cepat. Lagipula, fokusku sekarang adalah ujian kelulusan dua bulan lagi. Aku nggak mau pikiran dan konsentrasi ku terpecah. Aku minta Mas Satria menundanya sampai aku lulus."

Mendengar penjelasan itu, wajah nakal Rea berubah menjadi lebih pengertian. Ia mengangguk-angguk.

"Ohhh... I see. Masuk akal sih. Ujian itu penting banget. Good point, Nurma. Aku ngerti kok. Tapi janji ya, setelah lulus kamu harus bilang-bilang ke aku. Aku harus tahu update kisah cinta rahasia sahabatku ini," goda Rea, mencolek dagu Nurma.

"Rea!" Nurma mendesis, tapi tak bisa menahan senyum tipisnya.

Tiba-tiba, Satria muncul dari balik pintu dapur. Ia tersenyum ramah, membawa suasana kembali tenang.

"Maaf mengganggu pembicaraan kalian, tapi makan malam sudah siap. Ayo, Rea, bergabunglah. Tidak enak rasanya jika tamu tidak ikut makan malam," ajak Satria dengan suara yang menenangkan.

Rea tersenyum cerah. "Wah, benarkah, Pak? Masak apa nih?"

"Ayam Rica-Rica pedas dan Tumis Kangkung, makanan sederhana, tapi dijamin enak," jawab Satria, menunjuk ke meja makan yang kini sudah tertata apik.

"Wah, kebetulan saya lapar, Pak! Boleh banget!"

Mereka bertiga pun duduk di meja makan. Nurma menyendokkan nasi untuk suaminya dan sahabatnya, sementara Satria menyendokkan Ayam Rica-Rica yang menggugah selera.

Saat suapan pertama masuk ke mulutnya, mata Rea langsung berbinar. "Gila, Pak Satria! Ini enak banget! Pedasnya pas, Ayam Rica-Rica Bapak bisa buka restoran nih!"

Satria tertawa kecil. "Ah, kamu ini berlebihan, Rea. Tapi terima kasih sudah memuji."

Suasana makan malam itu pun dipenuhi obrolan ringan, sesekali diselingi tawa. Ketegangan yang sempat menyelimuti karena insiden di dapur kini hilang sepenuhnya, digantikan oleh kehangatan persahabatan dan kekeluargaan yang tak terduga.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Rea berdiri di depan pintu, dan bersiap-siap untuk pulang.

"Oke, Nurma, Pak Satria, aku pulang dulu ya. Terima kasih untuk makan malamnya yang luar biasa, Pak!"

"Sama-sama, Rea. Hati-hati di jalan," kata Satria.

Saat Satria masuk kembali ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu, Rea menarik tangan Nurma. Wajahnya kembali menunjukkan ekspresi nakal.

"Dengar ya, Nurma. Aku pulang, tapi... sebaiknya kau hati-hati," bisik Rea, suaranya dibuat dramatis.

Nurma mengerutkan dahi. "Hati-hati kenapa?"

"Pak Satria bisa saja menerkammu sewaktu-waktu. Kamu sudah lihat tadi, dia sudah seperti singa kelaparan saat menciummu, Jadi, kau harus waspada," Rea menggoyangkan bahu Nurma. "Dan kalau bisa, pakai pengaman! Just in case!"

Mendengar itu, Nurma langsung mematung. Wajahnya seketika menjadi pucat pasi.

Rea tertawa cekikikan melihat ekspresi horor sahabatnya itu. Ia menepuk pipi Nurma.

"Sudah, jangan tegang! Bye!"

Rea langsung berlari kecil meninggalkan rumah, meninggalkan Nurma yang masih berdiri mematung di ambang pintu, perkataan Rea terngiang-ngiang di kepalanya.

Setelah menutup pintu dan memastikan Rea benar-benar pergi, Nurma berbalik dan mendapati Satria sudah berdiri di belakangnya.

"Kenapa wajahmu tegang sekali, Nurma? Rea bilang apa?" tanya Satria lembut, tangannya terulur menyentuh pipi Nurma.

Nurma menjauh sedikit, ia berusaha tersenyum. "Ah, enggak, Mas. Hanya... hal biasa saja."

Satria menarik tangannya kembali. Ia menatap Nurma sejenak, lalu menghela napas. "Sudahlah. Malam sudah larut. Ayo kita istirahat. Besok pagi kita harus kembali ke sekolah."

Mereka berjalan menuju kamar. Nurma masuk lebih dulu, dan Satria mengikutinya, mengunci pintu kamar.

Di dalam kamar, Nurma berjalan menuju tempat tidur. Matanya tanpa sadar mencari 'tirai' pemisah yang dulu ia ciptakan: bantal dan guling yang selalu ia jadikan benteng di tengah ranjang. Namun, malam ini, tirai itu tidak ada.

Tiba-tiba, perkataan Rea kembali menghantamnya.

"Pak Satria bisa saja menerkammu sewaktu-waktu..."

"...dan kalau bisa, pakai pengaman!"

Seketika, sekujur tubuh Nurma terasa dingin. Rasa takut yang samar-samar ia rasakan sebelumnya kini membesar, berubah menjadi kecemasan yang mencekik. Ia takut jika malam ini, suaminya akan menagih haknya, hak yang sah, namun ia belum siap.

Jantungnya berdetak kencang. Secara refleks, Nurma bergeser ke tepi ranjang, merapat ke dinding, menjauh dari Satria. Ia mulai memikirkan hal-hal yang tidak-tidak. Apakah Satria sedang menahan diri? Apakah ia sudah sangat ingin? Apakah sebentar lagi ia akan memaksaku?

Satria, yang saat itu sedang fokus dengan ponselnya, melirik ke arah Nurma. Ia menatap aneh istrinya yang mendadak tidur menjauh darinya, seolah-olah ia adalah penyakit menular.

Satria meletakkan ponselnya. Ia membalikkan badan dan memandang lurus ke arah Nurma.

Mata Nurma yang semula terpejam, kini terbuka perlahan. Ia menoleh ke arah Satria. Pandangan mereka bertemu.

Mata Satria yang semula ramah, kini terlihat gelap dan tajam. Tatapan itu, bagi Nurma, sudah seperti seekor singa buas yang siap menerkam mangsanya.

Nurma terkejut, menelan ludah dengan susah payah. Ia kembali merapatkan dirinya ke dinding, merasakan ketakutan yang luar biasa.

"M... Mas Satria?" bisik Nurma, suaranya bergetar.

Apakah Satria akan berkata jujur tentang apa yang ia rasakan malam ini, ataukah ia akan kembali menahan diri demi Nurma?

Satria perlahan mendekati Nurma. Satu langkah, kemudian langkah kedua. Aura maskulinnya terasa begitu kuat, apalagi ditambah dengan tatapan mata yang tajam dan intens tadi.

Nurma yang sudah dilingkupi rasa takut, panik luar biasa. Ia mengangkat kedua tangannya di depan dada, seolah membentuk perisai.

"J... JANGAN! Mas, jangan sentuh aku!" Jerit Nurma, suaranya terdengar histeris dan sedikit serak.

Ia meremas seprai di tangannya. "Aku mohon, Mas! Jangan berbuat yang macam-macam! Aku... aku belum siap! Aku takut!"

Melihat reaksi Nurma yang begitu ketakutan, Satria berhenti tepat di tepi ranjang. Ia mengamati wajah istrinya yang pucat, matanya berkaca-kaca, dan tubuhnya yang gemetar. Ekspresi histeris ini jelas bukan dibuat-buat.

Satria tidak marah, justru ia tertawa. Tawa yang awalnya kecil, namun kemudian meledak menjadi tawa terbahak-bahak yang keras dan lepas.

"HAHAHAHAHA! Ya ampun, Nurma! Kamu ini kenapa? Astaga, kamu pikir aku ini monster?!" Satria tertawa sambil memegangi perutnya.

Nurma mengerutkan kening, bingung dengan reaksi suaminya. "Mas Satria kenapa tertawa? Aku serius!"

Satria meredakan tawanya, mengambil napas dalam-dalam. Ia duduk di tepi ranjang, tetapi menjaga jarak, tidak menyentuh Nurma.

"Oke, maaf, maafkan aku menertawakanmu, Nurma," ujar Satria, masih menyisakan senyum geli di wajahnya. "Tapi kamu lucu sekali. Wajahmu... seperti melihat hantu. Jangan-jangan ini semua ulah Rea, ya?"

Nurma menunduk malu. "Dia... dia bilang aku harus hati-hati. Katanya Mas bisa 'menerkam' aku kapan saja..."

Satria menggelengkan kepala, lalu menghela napas. Ia menatap Nurma dengan tatapan yang kembali melembut, penuh kasih sayang.

"Dengar, Nurma. Coba tatap mataku."

Nurma perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Satria.

"Aku serius. Aku tidak akan mungkin melakukan hubungan intim denganmu selama kamu masih berstatus murid sekolah," kata Satria dengan nada tegas namun meyakinkan. "Jangankan melakukan itu, aku tidak akan memaksamu melakukan apapun yang membuatmu tidak nyaman. Aku sudah berjanji padamu, dan aku akan memegang janji itu sampai kamu lulus."

Ia mengulurkan tangan kanannya, dan Nurma tanpa sadar menyambut uluran itu. Satria menggenggam tangan Nurma erat.

"Aku menjamin hal itu, Nurma. Kamu harus percaya padaku. Aku menikahimu bukan hanya untuk memenuhi wasiat ayahmu, tapi karena aku ingin menjagamu. Aku ingin melihatmu berhasil. Fokuslah pada kelulusanmu."

Mendengar jaminan itu, ketegangan di tubuh Nurma perlahan mencair. Rasa malu karena sudah berprasangka buruk dan berteriak histeris kini menggantikan rasa takutnya.

"Maafkan aku, Mas. Aku sudah berpikiran buruk," bisik Nurma.

Satria tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Aku mengerti perasaanmu. Hanya saja..."

Satria kini bergeser sedikit, mendekat ke arah Nurma. Tatapannya kembali lembut, tetapi ada kerinduan yang mendalam di matanya.

"Hanya saja, aku sudah candu jika tidur bersamamu," suaranya Satria berubah menjadi sedikit serak dan memikat. "Aku harus memelukmu. Mencium aroma tubuhmu yang lembut."

Satria menarik Nurma perlahan ke dalam pelukannya. Kali ini, Nurma tidak melawan. Ia bersandar di dada Satria, merasakan detak jantung suaminya.

"Itu... itu satu-satunya hal yang bisa membuatku bisa tertidur pulas," lanjut Satria, membenamkan wajahnya di rambut Nurma.

"Menciummu, memelukmu, itu menghilangkan semua rasa stres dan penat di pikiranku karena pekerjaanku yang cukup menguras otak. Jadi, boleh ya? Kita tidur seperti ini, tanpa batas lagi?"

Nurma mengangguk pelan dalam dekapan suaminya. Kehangatan yang ia rasakan mengalahkan rasa takut yang tadi sempat muncul. Ia menyadari, pelukan Satria memang memberinya rasa aman dan nyaman yang luar biasa.

"Boleh, Mas. Terima kasih sudah mengerti aku," balas Nurma, menikmati pelukan yang hangat itu.

Mereka pun berbaring, Satria memeluk Nurma erat. Walaupun tidak ada tindakan lebih jauh, jarak antara mereka kini sudah tidak ada lagi. Mereka tidur sebagai suami istri yang saling menjaga, dan di dalam keheningan malam itu, benih-benih cinta yang tulus semakin mengakar kuat.

Bersambung...

1
Amalia Putri
Wah keren thor cerita nya juga visual nya pantesan santi pengen sama pak Satria,di tunggu lanjut nya thor💪💪💪/Rose//Rose/
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kakak 🙏😊
total 1 replies
Nar Sih
waah...bnr an nih cerita kakak kali ini beda baget dri cerita yg lain nya ,jdi gak sabar nunggu lanjutan nya ,moga satria sgra menemukan nurma
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih banyak kak 🙏🤭
total 1 replies
Nar Sih
semoga segra ada yg menolong mu ya nurma
Nar Sih
grgr omgan rea nurma jdi takut kan lihat satria untung nya satria sbr ngadepi istri kecil nya
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Perista Aja
kereeen eeey critanya ..tmbh seru...ga sabar nunggu tiap episodenya...banyk upload episode nya per hari ya ka😘
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak, sehari up 3 bab kak 😊👍
total 1 replies
Teh Euis Tea
rea km ya nakutin trs nurma, cubit nih ya rea, genes aku sm km😄
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: aku juga gemes kak 🤣🤣
total 1 replies
suryani duriah
yaelah pak satria pintar bgt🤭anggap simulasi aja😁😁
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: betul kak 🤣🤣
total 1 replies
Amalia Putri
Moga -moga satria tau ,lanjut thor bikin penasaran pembaca,met siang met istirahat siang dan makan siang.
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak 🙏😁
total 1 replies
Agos Widodo
/Ok/
neny
sebenar nya aq takut klau nurma ketemu dng douglas,,smg ajh satria dan ayah nya bs menyelesaikan perkara hutang piitang ayah nya numa,,,semangat up kak 💪😘
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: semangat juga kak 💪🙏
total 1 replies
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼
/Good//Good//Good/
yumaku
lanjut thor😍
Isma Fasya
cerita nya seru.. jadi penasaran/Grin/
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak 🙏😁
total 1 replies
Jumkasiyanah
🤣🤣🤣nurma sating... sendiri
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nar Sih
hahaha 😂😂ketangkap basah deh ,gak apa,,kan udah sah cukup di jlskan pasti rea paham
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: betul kak 🤣🤣
total 1 replies
Teh Euis Tea
rea kepooooo🤣🤣🤣🤣🤣🤣
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰
nnti ada saja yg cemburu dan iri hati pd Nurma
Perista Aja
bagus kak cerita nya,,ada berapa episode ini ka ceritanya..
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak 👍😊
total 2 replies
suryani duriah
khan khan ketahuan lagi cipokan🤭😁😁lanjuuut👍👍
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nar Sih
santi,,kmu kok ngk ada puas,,nya ys cri mslh terus dgn nurma ,awas aja ntar klau kmu tau yg sbnr nya pasti kmu nyesel🤣
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: gak bakalan Kapok kak si santi ini🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!