Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasrah
Surya sudah bisa menerka, pasti nanti ujung-ujungnya wanita itu akan kembali membahas tentang ketiaknya.
Namun entah kenapa Surya justru seperti tidak punya daya untuk menolak ajakan wanita yang belum diketahui namanya itu, untuk mampir ke rumahnya.
Mungkin karena jiwa jomblonya sudah lama meronta, jadi ada wanita ngajak berbincang pun Surya enggan untuk menolaknya. Tak peduli status wanita itu sudah bersuami. Yang pasti untuk saat ini setidaknya Surya ada teman wanita untuk saling berbagi cerita.
"Oh iya, Mbak, kalau boleh tahu, kamu sih namnya siapa?" tanya Surya setelah memasuki rumah wanita yang ditinggal kerja suaminya dan kini dia duduk di kursi tamu.
Wanita itu pun tersenyum. "Panggil aja aku Rani," jawab wanita itu. "Nama kamu Surya kan?"
Surya pun kaget. "Kok Mbak tahu?" tanya anak muda itu.
"Aku tanya teman kamu tadi waktu di bengkel," jawab Rani. "Aku juga tadi dari bengkel sempat beli makanan di warung ibu kamu, masakannya enak ya?"
Kali ini Surya tersenyum. "Emang Mbak Rani barusan dari mana sih?"
"Habis jenguk mertua," jawab Rani dengan raut muka yang sedikit berbeda. "Kalau dari sana tuh aku bawaanya kesel mulu, Sur."
"Kesel?" tanya Surya. "Emang rumah mertua kamu dimana?"
Wanita itu lantas menyebut nama sebuah kota yang letaknya di kabupaten tetangga. "Aku tuh paling males kalau ke rumah mertua tapi nggak sama suami. Keluarganya senang banget nyindir-nyindir. Padahal mereka tahu, aku juga punya penghasilan sendiri. Eh, mereka kaya buta gitu."
Surya nampak heran tapi pria itu memilih tersenyum sebagai respon atas cerita yang dia dengar. "Emang ,mbak Rani nggak akur sama keluarga suami?"
Wanita itu mengangguk samar. "Sejak suamiku kerja di kapal, sikap mereka jadi berubah. Aku pikir awalnya hanya karena perasaanku saja. Padahal yang meminta dan ngasih tahu ada kerja di kapal itu aku, eh, mereka bukannya bersyukur, malah sikapnya kaya waspada gitu."
Keming Surya sontak berkerut. "Berarti suami Mbak kerja di kapal setelah menikah?"
Rani kembali mengangguk. "Dulu kan sebelum kita nikah, kita kerja bareng, tapi setelah menikah aku malah diminta berhenti. Terus tak lama setelah berhenti, suamiku malah ikutan berhenti karna perusaahan mendapat masalah yang parah sampai diambang kebangkrutan."
"Oh begitu," Surya pun mengangguk paham. "Lamayan berat juga ya, Mbak."
"Ya begitulah," jawab Rani. "Namanya juga hidup berumah tangga, ada aja cobaannya. Apa lagi sekarang suamiku kerja di kapal, pasti selalu aja dengar berita yang bikin panas telinga."
"Berita yang bikin panas?" Kening Surya kembali berkerut.
"Ya itu, tentang pandangan negatif para pekerja kapal," jawab Rani nampak kesal. "Katanya, mereka tuh kebanyakan suka main perempuan."
"Oh yang itu," ucap Surya. "Aku dengar juga begitu sih, Mbak. Soalnya saudaraku sendiri mengalaminya."
"Saudaramu? Gimana ceritanya?" sekarang giliran Rani yang melempar pertanyaan.
"Waktu itu tuh saudaraku posisinya masih pacaran pas kerja di kapal, kebetulan saudaraku tuh laki-laki anaknya Pakde. Awalnya sih nampak biasa saja, tapi dua tahun kerja di kapal, dia jadi doyan jajan dan nginep di hotel. Tiap pulang pasti dia bakalan jajan cewek.
"Owalah, tega banget ya?" ujar Rani. "Terus sekarang nasibnya gimana?"
"Ya nggak jadi nikah karena ketahuan sering jajan dan gonta-ganti cewek. Malah pacarnya itu sudah menikah dan sudah memilki anak satu."
"Hmm, pasti saudaramu nyesal banget tuh," ujar Rani. "Apa mungkin suamiku juga kaya gitu ya?"
"Semoga aja sih enggak, Mbak," balas Rani.
Rani langsung mendengus dan mereka kembali berbincang, membahas topik lain hingga akhirnya apa yang diperkirakan Surya terjadi juga.
"Gimana, Sur? Aku boleh cium ketiak kamu nggak?" ucap Rani membuat Surya terkejut seketka.
"Mbak Rani serius?" tanya Surya memastikan meski dia sendiri bingung mau mengabulkan atau tidak.
"Serius lah," diluar dugan Rani malah bangkit dan melangkah lalu duduk di samping tamunya. "Boleh ya? Pliss, anggap aja sebagai obat kangenku pada suami."
Rasa canggung langsung menyeruak dan Surya pun jadi salah tingkah sendiri. "Baiklah," jawab Surya pasrah.
Anak muda itu pun melepas jaketnya dengan perasaan yang cukup kacau. Setelah jaket terlepas, Surya menggulung lengan kanan kaos yang dia pakai. Namun dia tidak langsung memamerkan ketiaknya karena malu dan canggung.
"Kenapa tangannya nggak diangkat?" ucap Rani yang sudah kegirangan dan sangat antusias.
"Malu lah, Mbak," jawab Surya.
"Malu sama siapa? Orang di sini sepi ngak ada siapa pun."
Surya tidak langsung membalas karena rasa canggung yang terus mendera. Disaat Surya masih dalam ambang keraguan, tanpa diduga Rani meraih tangan Surya dan mengangkatnya hingga bulu ketiak Surya langsung terpampang di depan mata Rani.
"Wahh, indah banget," puji Rani dengan mata berbinar. Surya sendiri hanya terdiam keheranan sembil menatap wanita itu. "Aku cium sekarang ya?"
Tanpa menunggu persetujuan Surya, wanita itu langsung mendekatkan lubang hidungnya dan menghirup aroma yang sangat dia rindukan dari tubuh seorang pria.
"Ah, enak banget baunya , Sur," Rani semakin kegirangan. "Asem dan seger banget," pujinya dengan wajah tampak sangat bahagia.
Surya sendiri hanya terperangah. Dia tidak menyangka reaksi wanita itu membuat benak Surya dipenuhi tanda tanya dan rasa bangga juga.
"Sumpah, Sur, ini baunya enak banget," puji Rani lagi. "Kamu nggak pakai parfum apa-apa kan?" Surya menggelang. "Bagus, pertahankan," ucapnya dan dia dengan semangat melanjutkan kegiatannya
Surya sendiri hanya pasrah dengan pikiran yang berkelana kemana-mana.
"Sur, kaosmu lepas aja sih," pinta Rani tiba-tiba membuat Surya kembali dilanda terkejut.
"Di lepas, Mbak?" Tanpa rasa ragu wanita itu langsung mengangguk. "Nanti kalau ada yang lihat gimana, Mbak? Takutnya tetangga pada curiga."
"Aman kok Sur, nggak perlu khawatir," balas si wanita dengan sangat yakin.
"Nggak usah lah, Mbak, aku takut," Surya tetap menolak.
Rani pun langsung mendengus dan dia memilih kembali menghirup aroma ketiak Surya dalam-dalam.
"Begini aja deh, supaya lebih aman, kamu lebih baik masukan motor kamu ke dalam, lalu kita masuk ke kamar, gimana?"
"Hah! Kamar?" Surya langsung syok.
"Kenapa? Nggak berani?"
"Bukan begitu, Mbak," bantah Surya. "Kalau di kamar, nanti terjadi hal yang lain gimana?"
Rani sontak tersenyum. "Ya nggak apa-apa, berarti, kamu normal."
"Tapi, Mbak..."
"Udah nggak usah pakai tapi segala," Rani bangkit dari duduknya.
"Tapi aku nggak berpengalam, Mbak?" kali ini Surya memberanikan diri untuk berterus terang membuat Rani tersenyum lebar.
"Nggak perlu khawatir, Sayang," uajr Rani. "Nanti aku yang ajarin, oke? yok kita pindah, tapi kita amankan dulu motor kamu."
Surya kembali pasrah saat tangannya ditarik Rani. Malam ini Surya tidak hanya membayangkan sambil nonton film dewasa