Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diutus Untuk Menyiksanya
Alleta gegas turun dari ranjang dan berlari masuk ke kamar mandi. Diam-diam Alfarez tersenyum menahan tawa melihat tingkah peliharaannya itu.
Alfarez terbangun sekitar pukul 02:00 dini hari, serta mendapati Alleta tertidur di lantai dengan pakaian miliknya yang masih ia peluk dengan erat.
Bibir gagahnya tersenyum tipis dan lalu ikut turun, berjongkok di hadapan Alleta, memperhatikan wajah polos wanita itu dengan waktu yang cukup lama.
"Gadis sepertimu bahkan berani menggugat cerai aku? Apa kau pikir akan dengan mudah lepas dari genggamanku?" gumamnya dengan sunggingan penuh arti licik di dalamnya.
Alfarez diam-diam bergerak melepaskan pakaian yang dipeluk oleh Alleta, dan lalu memakainya sendiri.
Tubuh gadis kecil itu pelan-pelan ia gendong untuk bisa berbaring di kasurnya, dan lalu dia sendiri berbaring di samping Alleta.
Jari Alfarez bergerak pelan menyingkap beberapa helai rambut Alleta yang menutupi matanya, gadis itu bergerak dan bergumam ngasal, tapi Alfarez dapat menangkap bahwa gadis itu sedang memakinya.
Bahkan di bawah alam sadarnya pun dia masih membawa rasa jengkelnya terhadap Alfarez.
Pria itu tersenyum samar dan meraih tangan Alleta agar melingkar di perut berototnya, dan itulah yang terjadi hingga pagi menjelang, seolah Alleta sendiri juga merasa nyaman akan hangatnya aliran darah Alfarez sehingga dia tak ingin untuk berpaling.
Kembali pada Alleta yang segera mencuci wajahnya ketika di kamar mandi, sementara Alfarez sibuk menertawakan ketidak tahuannya itu.
"Bagaimana caranya aku bisa berada di sana dan bahkan sampai memeluknya? Ah, bodoh sekali kau, Alleta."
Alleta terus-terusan memukul kepalanya dengan kening yang terus mengerut, tak berani ia bayangkan betapa malunya nanti jika dia harus menghadapi Alfarez.
"Tapi tunggu dulu, bagaimana kalau sebenarnya tadi malam dialah yang membawaku naik ke ranjangnya?" gumam Alleta, yang mulai mencurigai Alfarez. Namun, detik berikutnya ia menggelengkan kepala berusaha berpikir tenang.
Lagi pula untuk apa Alfarez membawanya naik ke kasur? Pria itu bahkan tak sudi menyentuhnya, dia juga berkali-kali mengatakan bahwa Alleta bukan tipe wanita yang dia sukai, jadi tidak ada alasan bagi pria itu untuk tidur berdampingan dengannya di satu kasur yang sama.
Ah, Alleta benar-benar akan gila memikirkan itu semua.
Saking tak inginnya bertemu dengan Alfarez, Alleta bahkan berada di kamar mandi selama setengah jam lamanya.
Jika tidak mengingat bahwa dirinya harus berangkat bekerja, mungkin seharian pun ia betah di dalam sana asalkan tak bertemu dengan Alfarez. Entah apa yang akan dikatakannya terkait apa yang telah terjadi pagi ini.
Dengan hati-hati Alleta melangkah, berharap Alfarez tak akan menyadari bahwa dirinya telah keluar dari kamar mandi, bersiap untuk keluar diam-diam dan berangkat ke perusahaan tanpa memberitahukan pria itu.
Namun, belum sempat membuka pintu kamar, suara Alfarez kembali mengejutkannya, membuat langkah yang berat itu, dibuat semakin tak bisa bergerak.
"Apa aku sudah mengizinkanmu untuk keluar?" Pertanyaan yang dingin itu, sudah bisa ditebak oleh Alleta bahwa 'dia' si Alfarez itu, sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Ah, lagi pula kapan pria sepertinya pernah memiliki suasana hati yang baik? Tak pernah sekalipun.
Alleta dengan hati-hati berbalik badan dan tersenyum canggung pada Alfarez yang kini telah duduk bersandar di badan ranjang.
"Itu, saya mau turun ambil minum, takutnya Anda kehausan saat bangun," elaknya berbohong sambil terus tersenyum pura-pura, tentu saja Alfarez tahu betul bahwa Alleta hanya mencari-cari alasan agar bisa kabur darinya.
"Kau pikir aku akan minum sebanyak apa setelah bangun?" jawabnya ketus sembari mengangkat botol minum yang terisi penuh dengan air mineral, dan lalu meminumnya sedikit.
Alleta semakin canggung dan malu, ia tidak tahu bahwa Alfarez memiliki persediaan air minum di kamarnya.
"Kau tahu persis akibatnya jika berani kabur dariku, bukan?" sergap Alfarez datar tanpa sedikit pun rasa simpati.
Alleta menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Saya tidak kabur, Tuan. Sungguh."
"Lalu?"
Demi Tuhan, melihat tatapan yang begitu tajam dari Alfarez membuat Alleta semakin gagap untuk menjawab.
"Coba pikirkan, hukuman apa yang pantas kuberikan padamu?" Sembari beranjak dari tempatnya dan melangkah pelan mendekati Alleta.
Gadis itu tertunduk, tak berani menjawab meski hanya sepatah kata pun.
"Pertama, kau berani naik ke kasurku, dan bahkan berani memelukku. Apa kau pikir aku ini gulingmu?"
Alleta menggigit bibir bawahnya sambil terpejam dengan kuat, malu pada dirinya sendiri.
Apakah dirinya memang berjalan sendiri naik ke kasur? Tetapi kenapa dia tidak dapat mengingatnya sama sekali?
"Kedua, berani masuk ke kamar mandi tanpa meminta izin terlebih dahulu. Aku tidak suka kamar mandi yang kupakai, digunakan oleh orang lain."
Mendengar itu, Alleta sedikit mengerutkan alis. Sepertinya soal ini dia kurang setuju.
"Tapi, Tuan, saat dikampung, Anda menggunakan kamar mandi umum di rumahku," protesnya tanpa sadar.
Menarik!
Alfarez berdecih sambil tersenyum, bisa-bisanya Alleta memberikan perbandingan hari ini dengan waktu di masa lampau, itu jelas adalah dua hal yang berbeda baginya.
"Dulu aku orang yang seperti apa, tentunya kau juga tahu persis, tetapi pria yang kau kenal dulu, bukanlah dia yang sekarang."
Usai mengatakan itu, Alfarez berbalik badan, berjalan pelan menuju cermin besar yang dapat melihat semua sisi tubuh dari kepala hingga kaki, dia berdiri di sana.
"Ketiga, kau berani memakaikan aku baju ketika sedang tertidur, itu adalah pelanggaran yang amat sangat tidak bisa kutoleransi."
Ia tersenyum datar menatap wajah kepura-puraannya di depan cermin, tidak tahu apakah wanita itu masih memiliki nyali untuk menjawab sesuatu yang tak pernah dia lakukan.
Sementara itu Alleta mengangkat sedikit kepalanya menatap Alfarez. "Maaf, Tuan, kalau soal itu, saya berani jamin bahwa saya tidak melakukannya," sanggahnya membela diri.
"Lalu, apakah menurutmu aku tidur sambil mengganti pakaianku sendiri?" Alfarez menatapnya dalam-dalam, yang membuat Alleta semakin tergegap.
"M-mungkin saja Sekretaris Han yang melakukannya, atau mungkin ada pelayan lain yang ...."
"Kau sampai harus melempar kesalahan itu pada orang lain demi menyelamatkan diri? Ck, aku tak tau betapa kejamnya wanita yang nampak polos ini." Alfarez menyela sambil tersenyum sinis dan licik. Alleta terpojok dan semakin tak mampu untuk berkutik.
"Tetapi saya benar-benar tidak melakukannya, Tuan. Saya tidak pernah mengigau sampai mampu mengganti pakaian sendiri, apa lagi mengganti pakaian Anda."
"Lalu, apa kau mencurigaiku?" serang Alfarez yang membuat Alleta semakin panik.
"Tidak, Tuan, saya tidak bermaksud." Perempuan itu menggelengkan kepala dengan cepat, sudah tak tahu harus berkata apa lagi untuk membela dirinya.
"Tidak ada orang yang bisa mengingat apa yang terjadi ketika mereka mengigau, kau pun tak terkecuali, apa kau berpikir kau seorang superman?" decaknya lagi dan lagi.
Alfarez terus berperang habis-habisan di saat Alleta sudah tidak memiliki apa pun untuk menyerang balik, statusnya tidak mengizinkan dia untuk memikirkan cara membela diri, hingga akhirnya hanya bisa diam, tak ingin pasrah, berontak pun tak mampu.
"Lagi pula jika memang tidak melakukannya, kenapa harus mencoba untuk kabur? Itu sudah menunjukkan bahwa kau mencoba menghindari kesalahan yang telah kau buat sendiri."
Sudah cukup, Alleta benar-benar tak bisa berdebat dan benar-benar tak ingin, ia akhirnya melemahkan bahunya menarik napas dengan pasrah.
"Baiklah, lakukan saja, hukuman apa yang pantas untuk saya? Saya akan berusaha diam menerimanya," kata Alleta dengan tanpa tenaga.
"Kulihat kau tidak berniat untuk meminta maaf dan tampak terpaksa mengatakan itu," sarkas Alfarez untuk ke sekian kalinya.
"YA TUHAAAN!!!! TERBUAT DARI APA MANUSIA SATU INI!!!" batin Alleta berteriak sejengkel-jengkelnya.
Sosok Alfarez ini, seolah-olah diciptakan Tuhan hanya untuk menyiksanya selama hidup di muka bumi ini.
Seperti malaikat pencabut nyawa yang amat sangat menyeramkan, yang sewaktu-waktu akan menarik nyawanya terbang ke langit ketujuh.
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/