Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.
Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.
Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya.
Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Bersama
"Ehm ...." Darren, berdehem. Pria itu berdiri di ambang pintu kamar Lio sambil bersedekap di bawah dada.
Sera, yang sedang mengganti popok Lio, pun menoleh.
"Dandani Lio, saya mau ajak dia jalan-jalan," ujar Darren memberitahukan Sera.
"Jalan-jalan ke mana? Saya, tidak bisa memberikan Lio padamu, Lio masih kecil memangnya kamu bisa bawa Lio sendiri."
"Kata siapa aku bawa Lio sendiri?"
"Terus?"
"Ya, sama kamulah ... ibu susunya. Kalau Lio nanti mau nyusu, terus aku yang nyusuin gitu!" Darren berkata dengan ngegas. "Cepat ganti baju, saya tunggu 15 menit," terang Darren yang melihat jarum arlojinya. Darren kembali ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Sera.
"Gampang banget dia ngomong 15 menit. Memangnya gak ribet apa ngurus bayi, Lio lagi ganti popok lagi," umpat Sera, yang kembali memasangkan popok untuk Lio.
Lio hanya mengeram, tergelak, sampai mengacung-ngacung kedua kakinya ke udara. Sera, cukup kesulitan memakaikan popok untuk Lio, karena bayi itu kini mulai aktif yang tidak pernah diam dan bergerak ke kanan dan kiri.
"Lio, jangan dulu tengkurep sayang." Sera, menahan Lio yang hendak membalikkan badannya. Sera, bergerak gesit, setelah popok sudah di pasang Sera, melanjutkan dengan memakaikan baju setelan pada bayi itu.
Lio, tampak lucu dan menggemaskan ketika dipakaikan baju kaos tangan panjang berkarakter beruang, ditambah dengan topi rajut dengan warna yang senada.
"Ya ampun ... kamu belum selesai juga? Kapan selesainya, sih. Gak ngerti, ya dibilang 15 menit?" Darren, datang lagi yang langsung menghardik Sera.
Sera, yang kesal langsung membantah.
"Kamu pikir mudah! Kalau mau cepat, ya bantuin."
Darren, terbelalak. Mulutnya ternganga mendengar Sera yang sudah berani membentaknya. Namun, anehnya Darren selalu menurut.
"Lio, biar aku saja yang urus. Kamu ganti baju sana!"
"Lio, sudah selesai. Kalau mau bantu, tolong masukkan semua barang itu ke tas ini, ya." Sera, berkata seraya berjalan ke arah kamar mandi. Darren, bengong menatap tumpukkan pempes, minyak telon, bedak bayi, dua baju ganti dan perlengkapan untuk Lio yang lain.
"Sera, aku bukan ngajak kamu kemping, ya!" teriak Darren yang melirik ke arah kamar mandi.
"Cuman jalan sehari bawaan bayi banyak bener. Mau pindahan apa," protes Darren tapi tetap mengemas rapi barang-barang yang sudah disiapkan Sera.
Tidak berselang lama, Sera keluar dari kamar mandi. Darren, terpaku menatap tubuh Sera yang begitu indah bagaikan biola. Mata Darren semakin melebar Kala dua buah melon milik Sera, terlalu jelas, mungkin karena pakaiannya yang terlalu ketat.
"Berhenti! Kamu ngapain dandan kayak gitu?" Tahan Darren, kepada Sera yang hanya menggunakan celana jeans, dan kaos oblong yang pas. Darren, merasa tidak setuju dengan pakaiannya hari ini.
"Ganti cepat! Jangan yang ketat, pilih saja yang longgar, dress atau apalah itu jangan memperlihatkan p*yud*r*mu itu tidak enak dilihat."
Sera, mencebik lalu menunduk sambil menyentuh dadanya. Sera, kembali menutupi kedua benda besar itu dengan tangannya. Ia baru sadar jika dadanya semakin membesar, Mungkin karena sedang menyusui, seharusnya Sera memilih pakaian yang agak longgar.
Sera berlari ke kamar mandi, ia memejamkan mata sambil mengumpati dirinya. "Tuan Daren pasti melihatnya, malu banget aku!"
Tidak berselang lama Sera, keluar yang kini sudah berganti dengan dress merah yang panjangnya selutut dengan bagian dada yang agak longgar. Sepertinya Darren, menyukainya itu terlihat dari cara Darren memandangi Sera.
"Tuan!"
Sera, hampir saja syok ketika Darren, tidak sengaja menjatuhkan Lio. Hanya karena dia melihat penampilan Sera, membuat tangannya lemas, yang melonggarkan gendongan pada Lio.
"Lio, baik-baik saja, kan?"
"Makanya Tuan, saya tidak percaya jika Tuan membawa pergi Lio sendirian." Sera, dengan marah. Beruntung ia menangkap Lio jika tidak entah apa yang terjadi.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucap Darren gugup, karena harus melihat belah dada Sera sedikit terbuka.
"Sera, kamu itu mau menggoda saya atau apa! Benarkan, bagian dadanya," ujar Darren, sambil memalingkan muka.
Sera, langsung menunduk yang langsung mencoba menutup resleting bagian depan.
"Jika sudah selesai turun ke bawah, saya tunggu. Nggak pake lama." Darren, keluar meninggalkan kamar.
Sera, mengambil gendongan untuk membawa Lio, lalu mengambil tas yang penuh tadi yang ia selempangkan. Sungguh sangat ribet, tapi itulah tugasnya. Membawa bayi yang masih kecil pasti harus membawa bekal yang banyak, untuk ganti dan yang lain.
Sera, sudah selesai. Sebelum pergi ia kembali memeriksa barang-barang yang mungkin tertinggal.
"Semuanya sudah. Lio, ayo kita jalan," katanya yang menatap Lio. Namun, Lio tidak menjawab karena bayi itu tertidur.
***
"Darren, kamu mau ke mana?" tanya Maudy melihat Darren yang sedang memainkan ponselnya sambil menunggu Sera.
"Mau, keluar Ma. Mau ajak Lio jalan."
"Sendiri?"
"Ya, nggaklah Ma, masa sendiri. Kalau Lio mau nyusu bagaimana?"
"Jadi sama Sera?"
"Hmm ...." Hanya itu jawaban Darren.
Dari atas sana Sera, sudah terlihat. Wanita itu terlihat kesulitan karena banyak sekali barang bawaannya, Sera menuruni tangga lalu membungkuk setelah tiba dihadapan Maudy.
"Darren, bantuinlah kamu bawain tasnya."
"Nggak apa-apa Nyonya, saya bisa sendiri."
"Aduh, kasihan aku lihat kamu ribet begini. Kalau saya nggak ada urusan saya akan ikut dengan kalian," tutur Maudy.
"Nyonya gak ikut?" tanya Sera, yang baru tahu jika mereka hanya jalan berdua.
"Maunya sih, ikut tapi Darren bilangnya mendadak. Saya hari ini ada janji dengan Clara, hari ini jadwalnya memeriksa kesehatan saya." Memang setiap bulan Maudy, selalu di cek kesehatannya oleh Clara, dokter sekaligus teman dekat Darren.
"Happy, happy ya ..."
Darren dan Sera, pergi meniggalkan Maudy. Setibanya di depan, mereka menaiki mobil. Sera hendak duduk di belakang tapi Darren langsung mencegahnya.
"Ngapain kamu duduk di belakang? Kamu pikir saya sopir kamu," tegur Darren membuat Sera, langsung menutup pintu mobil, lantas berpindah ke depan.
"Saya pikir Tuan nggak mau duduk berdampingan sama saya," ujar Sera, setelah mendaratkan bokongnya.
"Sera, cepat pakai sabuk pengamannya."
"Tidak bisa Tuan, susah," katanya yang membuat Darren kesal.
Darren, mendekat yang mencoba meraih tali sabuk pengaman, wajahnya yang semakin dekat membuat Sera mundur perlahan, untuk menghindari sentuhan yang tidak di sengaja. Namun, tidak dengan detak jantungnya kali ini yang tidak bisa Sera, kendalikan.
Suara klik menandakan jika sabuk pengaman sudah terpasang. Darren, hendak mundur tapi tatapannya malah terpaku menatap wajah Sera yang sangat dekat dengannya. Sera, hanya diam sambil menahan nafas.
Tok, tok, tok.
Ketukan dari luar menyadarkan keduanya. Darren segera mundur yang kembali ke kursinya. Ia menurunkan kaca mobil untuk melihat Maudy, yang baru saja mengetuk kaca tadi.
"Iya,. Ma?"
"Nanti, kamu mampir ke supermarket. Beli tisu kering, tisu basah, popok Lio, pokoknya semua perlengkapan Lio, tadi Mama cek sudah mau habis. Kamu tanya saja sama Sera, apa aja yang harus dibeli iya, kan Sera?"
"Iya, Nyonya." Sera mengangguk.
"Iya, Mah."
"Jangan lupa belikan vitamin untuk Sera, agar ASI nya banyak."
"Kan, sudah ada katuk," bantah Darren.
"Katuk beda lagi, Sera juga perlu nutrisi."
"Iya, iya." Darren langsung menutup kaca mobilnya lalu melajukan mobil itu meninggalkan halaman rumahnya.
Maudy, mematung menatap kepergian mereka. Sebenarnya, ia melihat aksi Darren tadi, yang memakaikan sabuk pengaman hingga bertatapan.
"Tuh, kan Nyonya saya bilang apa. Ada sesuatu antara Tuan dan Sera. Nggak mungkinlah mereka tiba-tiba jalan berdua." Suara Inah mengacaukan suasana.
"Berisik kamu Inah, sana kembali ke belakang!" usir Maudy membuat Inah cemberut.
"Apa benar ya, mereka saling jatuh cinta? Bagaimana ini ...."'
...----------------...
Pagi reader ... masih semangat dong, jangan lupa like, vote, komentarnya. Dan rating 5 nya wajib 🤗