Takdir Gadis Pelunas Hutang

"Sudah selesai?" tanya Arya.

Gea hanya mengangguk saja. Ia sedang mengumpat dirinya sendiri atas kecerobohannya.

"Aku telah termakan ucapanku sendiri baru saja sebelum kejadian ini terjadi aku bahas tentang menjaga kehormatanku, tapi apa sekarang aku malah menyerahkan diri, aku kesal dengan Arya tapi aku juga yang salah, ini semua gara-gara si Riki sialan itu," batin Gea dengan kesal.

"Hello kenapa bengong ayo pulang aku akan mengantarmu" Ucap Arya sambil menarik Gea.

"Kalau dibawa jalan milikku sakit" balas Gea dengan pelan. Arya mengangkat satu alisnya saja.

"Mau aku gendong?"

"Tidak" tolak Gea.

Arya pun menghampiri Gea dan merangkulnya. "Jangan menyentuhku aku tidak mau berdekatan denganmu"

"Ck... Lalu mau kamu apa Gea, lagian aku sudah tahu kamu dan juga merasakannya" celetuk Arya.

Plaaak... Gea menggeplak Arya Ia begitu kesal dengan Arya. "Jaga mulutmu, aku muak mendengar itu dan sangat memalukan"

"Harusnya kamu bersyukur kepadaku Gea karena kamu tidak di tiduri teman lelaki mu itu yang tidak seberapa tampannya. dan kamu lihat kamu malah tidur denganku yang Tampan Maximal walau pun aku harus kehilangan keperjaka'anku" Arya sengaja selalu mengungkit tentang keperjaka'annya karena itu adalah jalan untuk membuat Gea semakin bersalah dan mau menikah dengannya.

"Arya aku kan sudah minta ma'af kenapa kamu bahas itu lagi, lagian kamu lelaki kan jadi tidak terlihat kalau kamu sudah bukan perjaka sedangkan aku pasti berbeda apa lagi benda tidaka sopanmu itu besar" ucap Gea dengan polosnya.

Arya hanya menahan tawanyanya menurutnya Gea sangatlah menggemaskan dengan expresi seperti itu. "Justru itu kau harus menikah denganku, coba kalau kamu menikah dengan lelaki lain apa tidak kecewa nantinya kalau kamu sudah tidak Virgin."

"Aku tidak mau menikah denganmu" tolak Gea dengan cepat.

Arya pun mendengus dengan kesal berapa kali ia terus-terusan ditolak. "Apa alasannya kau menolakku?"

"Aku belum siap berumah tangga apa lagi dengan kamu kasta kita jauh berbeda aku hanya anak seorang pegawai negri sedangkan kamu anak konglomerat kita itu seperti langit dan bumi" balas Gea sambil berjalan memasuki mobil Arya.

"Aku dan keluargaku tidak memandang dari status bahkan Masku saja menikah dengan orang biasa, kenapa kamu berpikiran seperti itu? Bukankah manusia itu sama di hadapan tuhan"

Degh... Gea pun terdiam atas ucapan Arya. Disisi lain ia takut masuk kedalam keluarga Wijaya yang terkenal tidak baik disisi lain ia juga sudah kehilangan kehormatannya.

"Aneh sekali dengan perempuan ini, perempuan lain mati-matian ingin jadi bagian dari keluargaku tapi dia enggan, maka dari itu aku sangat tergila-gila dengannya karena dia tidak matre." batin Arya.

"Sudah jangan berpikiran buruk aku akan melamarmu dan kamu harus bertanggung jawab atas hilangnya keperjaka'anku!" kata Arya sambil mengemudikan mobilnya untuk menuju rumah Gea.

Gea hanya diam saja seolah-olah tidak ada pilihan lain dan dia juga takut jika tidak mau bertanggung jawab akan berurusan dengan keluarga Wijaya.

***

Di kediaman Eyang putri. Dennis sedang sakit demam semua pelayan tengah sibuk untuk membujuk Dennis supaya mau makan.

"Dennis makan dulu nak, nanti sakitnya tambah parah bagaimana?" bujuk Maryati sambil menyuapkan bubur ayamnya.

"Aku tidak mau makan aku mau mbak Jingga!"

"Mbak Jingga lagi kerja nanti juga pulang, makan dulu sedikit saja lalu minun obat"

"Maryati berikan padaku buburnya" kata Eyang. Maryati pun mengangguk dan memberikan buburnya.

"Makan dulu cicit Eyang yang tampan. aaa buka mulutnya, kalau tahu mba Jingga kamu seperti ini pasti mbak Jingga juga sedih" bujuk Eyang. Dennis pun membuka mulutnya perlahan sambil menangis.

"Aku kangen sama mbak Eyang." kata Dennis sambil mengunyah.

"Ada apa hm? Kenapa menangis?" tanya Satria yang baru sampai sambil membuka dasinya.

"Darimana saja kamu Satria, Arya tidak pulang kamu juga tidak pulang mau jadi apa kalian semua" kata Eyang dengan kesal.

"Aku mencari Jingga eyang" balas Satria sambil duduk dengan wajahnya yang lesu.

"Ini semua gara-gara Daddy mbak jadi pergi pokonya aku tidak mau tau bawa mbak kembali." pinta Dennis sambil menangis histeris.

"Sudah jangan menangis, ayo makan lagi nak terus minum obat kalau tidak mau Eyang bawa ke rumah sakit mau?"

"Tidak aku tidak mau pergi kerumah sakit" ucap Dennis.

"Come with Daddy ke kamar" kata Satria. Dennis pun mengangguk. Lalu pergi dengan Satria ke kamar.

Tidak lama kemudian Arya sampai dirumah dengan wajah berseri-seri layaknya habis mendapatkan jackpot besar.

"Dari mana kamu baru pulang?" tanya Eyang putri.

"Habis dari hotel" Jawab Arya dengan jujur.

"Ngapain kamu habis dsri hotel Arya jangan macam-macam kamu"

"Satu macam saja, Eyang aku ingin menikah tolong lamar Gea untuk aku" kata Arya.

"Gea siapa?"

"Gea anaknya pak Hendra yang bekerja di balai desa itu Eyang, sudah lama aku mencintainya tapi Gea baru menerimaku sekarang" kata Arya dengan serius.

"Jangan sampe Eyang tahu, kalau tahu aku habis mengambil perawan Gea habislah aku di rujak sama Eyang" batin Arya dengan ketar ketir.

Eyang putri pun mengangkat satu alisnya. "Baik lah nanti Eyang lamarkan untuk kamu, lalu kamu habis dari mana semalam tidak pulang?"

"Aku habis menghadiri party temanku Eyang, aku mau pulang malas jadi aku tidur di hotel" balas Arya dengan berbohong.

"Sudah sarapan lalu istirahat!" kata Eyang lalu melenggang pergi.

Di dalam kamar Satria. Satria pun membuka bajunya dan memeluk Dennis yang sedang demam. "Aku ingin sekali setiap hari seperti ini sama Daddy, setiap hari Daddy sibuk terus" kata Dennis yang sedang berada didalam dekapan Satria.

Satria pun tertegun atas ungkapan Dennis yang begitu dalam karena memanglah dirinya sibuk diluar yang begitu banyak masalah.

"Sorry ya Daddy benar-benar sibuk sekali, nanti kalau kamu sudah besar pasti kamu tahu, kamu tidak merindukan Mommy mu?"

"Rindu Dad, tapi aku sakit hati Mommy tidak sayang kepadaku, Mommy hanya sayang kepada Daddy saja dan aku tidak suka itu karena Daddy sudah menikah dengan Mbak Jingga, aku ingin sekali seperti teman-temanku mempunyai orang tua yang utuh, tapi bagaimana lagi kalau Daddy dan Mommy harus pisah aku bisa apa dan aku juga sayang sama mbak Jingga, aku rindu sekali apa dia masih sedih apa gimana aku tidak bisa melihatnya" ungkap Dennis yang merasa benar-benar kehilangan Jingga.

Satria hanya diam sambil mengusap kepala putranya dan lagi-lagi dia merasa bersalah, selama ini anaknya begitu perhatian dan mengkhawatirkan Jingga tetapi Ia tidak berpikir sampai kesitu, Ia merasa di tampar sampai berkali-kali.

***

Di Singapore. seperti biasa Jingga menjalani harinya dengan bekerja. Jingga sedang berada di ruangan Mr Wang.

"Jingga aku ada penawaran baik untukmu, aku pernah mendengar tentang pendidikanmu yang sempat tertunda, apa kamu ingin melanjutkannya kembali?"

"Iya tadinya aku ingin melanjutkan kembali, tapi keadaan dana finansialku tidak mendukung" sahut Jingga.

"Kamu boleh melanjutkannya disini kalau kamu mau, nanti Dylan yang urus semuanya kamu bisa kembangkan bakat kamu dan asah terus kemampuan kamu Jingga"

"Terima kasih Sir, kalau boleh tahu kenapa Sir begitu baik kepadaku?"

Mr Wang pun terkekeh atas pertanyaan Jingga yang to the point. "Aku sudah menebak kamu akan mempertanyakan ini karena wanita secerdas dirimu akan berfikir kalau orang melakukan sesuatu berlebihan ada mau nya, Ia kan? Wow sangat luar biasa Jingga kamu penuh kehati-hatian dan itu aku suka. Tenang saja aku melakukan ini semua tidak ada maksud apa-apa dari kamu, kamu mengingatkanku kepada putriku yang sudah tiada itu seumuran denganmu wajahmu dan kecerdasannya sama sepertimu" ungkap Mr Wang dengan mata berkaca-kaca.

"Sorry Sir, aku tidak bermaksud apa pun ma'af kalau saya membuat Sir bersedih, jika membuat Sir senang, Sir boleh menganggapku sebagai putrimu"

"Hm... Terima kasih jadi bagaimana, apa kamu mau melanjutkan pendidikanmu?"

"Tentu saja aku mau apa lagi pendidikan disini sangat terkenal bagus, lalu bagaimana dengan pekerjaanku jika aku kuliah?"

"Pekerja'anmu bisa dilakukan dimana saja, setelah kuliah kamu bisa bekerja dan ingat jangan terlalu kelelahan" kata Mr Wang.

"Baik Sir Terima kasih, terima kasih banyak anda seperti malaikat penolong" kata Jingga sambil menunduk dengan menahan airmatanya yang hendak jatuh.

"Sudah jangan menangis kamu berhak bahagia dan sukses. Jingga aku sudah tahu semua tentangmu lalu bagaimana dengan pernikahanmu?"

"Nanti aku akan mengurus perceraian pernikahan kami, untuk sekarang aku fokus dulu sama karir dan pendidikanku" ucap Jingga.

"Good girl jangan sungkan kalau butuh bantuan, kamu bilang kepadaku" kata Mr Wang. Jingga pun mengangguk dengan tersenyum tipis.

Dibalik pintu Dylan yang hendak masuk kedalam mendengar percakapan Jingga dan Mr Wang. Dylan mematung yang mendengar Jingga sudah menikah namun ada sedikit kebahagiaan didalam hatinya yang mendengar ada kata perceraian.