Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.
Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.
Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.
Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Penyatuan Zevh Dan Elara
Zevh memejamkan matanya, leher Elara ia tarik mendekat, b!b!r mereka bertemu, obat dari mulut Zevh mengalir masuk ke mulut Elara, lalu masuk dalam tenggorokan Elara.
Tapi, sesuatu yang lain terjadi. Ketika Zevh merasakan ada aura Elara yang mengalir dalam dirinya, Zevh membuka matanya, ingatan yang Elara hapus itu kembali ketika b!b!r mereka saling bertautan, dalam.
Zevh mengerutkan alisnya, belum mengerti, hantaman-hantaman ingatannya yang hilang kembali perlahan, Zevh pun tenggelam dalam tautannya, dan membuat tubuh Elara menegang, seolah mendapatkan aliran energi, yang Zevh tidak sadari Elara tengah menyerap kekuatan Zevh saat ini.
Zevh belum melepaskan tautannya pada Elara, karena ia ingin mendapatkan ingatannya kembali. Sepenuhnya.
Kilasan ingatannya mulai kembali, ia membunuh dua prajuritnya, dan Elara yang mempunyai kekuatan penyembuh Zevh lihat dengan mata kepalanya sendiri, ia mengejar Elara di tepi sungai, kejadian saat di dalam arus sungai Oxair, Elara menyembuhkan luka di perutnya, dan ucapan Elara, saat menghapus ingatannya, semua kembali, saat Zevh merasa cukup karena ingatannya sudah kembali penuh, Zevh melepaskan tautan bibirnya.
Zevh terengah, ia mengatur nafasnya, dadanya berdebar ia menatap tubuh Elara. Tapi satu hal yang tak ada dalam ingatan Zevh, saat aura hitam menguasai tubuh Zevh, bahkan hampir membunuh Elara.
Lalu...
Uhuk! Uhuk! Uhuk! Zevh terbatuk keras, darah keluar dari mulutnya.
"Apa yang terjadi?" Zevh mengatur nafasnya, ia merasa lelah menyerang tubuhnya, tapi ia dengan cepat memulihkan energi di tubuhnya, yang Zevh belum tahu, padahal Elara telah menyerap energi Zevh tadi.
"Dia istimewa, tapi berbahaya." ucap Zevh, ibu jarinya mengusap darah di sudut bibrinya sendiri.
"Emh," gumam Elara, ia terbangun dari tidurnya, Energi yang Elara serap dari Zevh tanpa Elara sadari, cukup untuk memulihkan energinya saat ini.
"Ahh, sshh" desis Elara, sambil menyentuh kepalanya. Dan belum menyadari hadirnya Zevh Obscura.
Zevh tidak bicara, punggungnya masih bersandar pada jeruji besi, ia menatap setiap gerakan Elara, yang berusaha duduk dari posisi tidurnya. Dan tatapan Zevh berakhir di bibir ranum Elara, merah dan sedikit membengkak karena ulahnya.
Srak!! Suara pedang lepas dari sarung besi kokoh, ujung pedangnya mengarah tepat di ujung hidung mancung Elara.
"Cepat berdiri, dan ikuti aku." titah Zevh, suaranya dingin, memecahkan keheningan di ruangan tahanan, dan menyadarkan Elara yang baru sadar dan seketika terkejut oleh suara Zevh.
"Kau selalu muncul tiba-tiba Panglima." Elara menyembunyikan keterkejutannya di hadapan Zevh.
"Dan kau selalu tau cara menyembunyikan semuanya dari ku." balas Zevh, ujung atas pedang Zevh yang tumpul menyentuh dagu Elara, memaksa Elara lebih mendongak untuk menatapnya.
Bibir merah bengkak Elara mengingatkannya kembali pada ingatannya yang sudah kembali sepenuhnya, dan akan Zevh sembunyikan dari Elara, ia akan mengikuti arah permainan Elara kali ini.
Dan Elara, jantungnya berdetak cepat, panik, tentu, ia tengah dalam posisi bingung, apakah Zevh sudah mengetahui sesuatu. Elara menggelengkan kepalanya, "tidak mungkin, jika ingatannya kembali, pasti dia sudah murka padaku. aku pasti di tebas mati detik ini juga." gumam Elara dalam batinnya.
"Kau terlihat, gelisah." Suara Zevh menggema di ruangan tahanan, Elara memalingkan wajahnya. Zevh menggunakan kekuatan mata Elysight nya menatap Elara yang gelisah.
"Gelisah, tapi kau tak bisa lari dariku Elara." ucap Zevh, sisi pedangnya menyentuh pipi Elara agar kembali menatapnya.
"Hiduplah selamanya dalam kegelisahan mu itu." Ucap Zevh, lalu ia menarik pedangnya, dan menyimpannya kembali.
"Cepat jalan!!" titahnya, Zevh berbalik, lalu melangkahkan kakinya ke luar ruangan tahanan di ikuti Elara yang mengekorinya dari belakang.
Elara merasakan tenaganya pulih pagi ini, "Ini aneh, apa yang terjadi padaku, semalam bahkan aku tak bisa mengangkat kaki dan tangan ku," gumam Elara dalam batinnya, "Dari mana kekuatan energi ini aku dapatkan." Elara menatap punggung Zevh yang berjalan di depannya.
Gerbang tahanan terbuka lebar saat Zevh mendorongnya, Elara berdiri tepat di belakang tubuh tinggi Zevh.
Langkah seorang Ajudan mendekat pada Zevh, "Panglima, Putri Liora sudah berada di dalam kereta kuda, dan Putri meminta tawanan anda duduk di keretanya," Vein menyampaikan informasi tersebut dengan jelas.
"Pastikan perjalanan aman." jawab Zevh, sorot matanya menoleh pada Elara yang sedang mencuci wajahnya dari kendi air di samping pintu tahanan, ia meneguk airnya juga, untuk menghilangkan rasa dahaga.
"Aneh, kenapa Putri Mahkota ingin aku duduk dengannya? Dan Panglima juga tidak melarangnya." gumam Elara dalam hatinya, Vein dengan kasar mendorong bahu Elara untuk segera berjalan.
"Berterima kasihlah pada putri mahkota karena mengizinkan mu duduk di kereta kudanya." ucap Vein, tegas. ia mendorong kembali Elara saat hampir mendekati kereta kuda milik Liora.
sedangkan Zevh, ia menunggangi kuda gagah miliknya. Axten. Zevh tak terbiasa duduk di dalam kereta kuda. apalagi duduk bersanding dengan Liora. ia memilih duduk di atas kuda perangnya sambil mengawasi wilayahnya dari atas kuda.
"Elara Elowen." panggil Liora, lembut dan penuh perhatian, "Ya, saya di sini, Putri Liora." jawab Elara sopan. ia berdiri di sisi kereta kuda.
"Duduklah!" Liora menepuk kursi di dalam kereta kudanya.
"Tidak, saya tidak berani, saya duduk di luar kuda kereta saja, Gadis bandit seperti saya tak berhak duduk di tempat paling terbaik." sahut Elara, menolak dengan sopan dan halus.
Liora tersenyum getir, baginya ini bukanlah terbaik, Bahkan bagi Liora Elara lah yang sudah mendapatkan tempat duduk terbaik saat ini, menjadi tawanan istimewa sang panglima, duduk di kuda perangnya sang panglima.
Dan hal itu sangat membuat Liora kesal, tapi ia selalu menutupinya dengan sikap bangsawannya. "Aku akan menjadi istri terbaik Sang Panglima, Pangeran Kerajaan Noctis." gumamnya dalam hati. Bagai janji yang ia patri.
"Kau sangat manis," Liora membuka tirai jendela keretanya, lalu menatap Elara. "Silahkan duduk!" Liora menyambut Elara sopan.
"Semuanya siap," teriak Vein saat melihat Elara sudah duduk di luar kereta kuda Putri Liora. Roda kereta bergerak begitupun langkah kaki Kuda Zevh Obscura dan para prajuritnya mulai meninggalkan perbatasan barat dan timur.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Liora, pada Elara, bisik-bisik dua wanita itu terdengar jelas di telinga Zevh. Tapi ia membiarkan Liora. Matanya berfokus pada jalanan di depannya. Kuda Zevh melangkah menjauh kedepan tak memperdulikan dua obrolan wanita itu.
"Bagaimana rasanya di cium oleh pangeran Noctis?"
Deg! Elara menoleh ke pintu yang di tutup tirai. Di dalamnya Liora duduk manis, bibirnya tersenyum, tapi tangannya mengepal erat meremas baju istimewanya, baju Putri kerajaan yang memperlihatkan dirinya adalah putri mahkota pemilik dari pria bernama Zevh Obscura, tapi sayang hatinya Zevh belum bisa Liora miliki.
"Bagaimana rasanya Elara Elowen?" Tanya lagi Liora.
Bersambung...
aku mampir yaa🙏