Stella yang anak konglomerat hanya berpura-pura miskin di hadapan mertuanya. Dia menikah dengan Soni,yang merupakan karyawan swasta di sebuah bank ternama yang ternyata punya Stella sendiri. Tetapi Soni tidak tahu kalau bank itu milik mertuanya.
Semenjak Stella menikah dengan Soni,mertuanya mengira dia anak orang biasa. Dan di rumah dia di suruh kerja layaknya pembantu.
Kalau ada kesalahan sedikit dia di marahin dan di maki sama ibu mertuanya sendiri. Stella dan Soni sudah empat tahun menikah dan mempunyai putri yang sangat cantik. Sebenarnya Stella sudah capek hidup di rumah mertuanya seperti di neraka. Tetapi demi anak dia bertahan sampai akhirnya dia jenuh.
Akankah rumah tangga Soni dan Stella akan bertahan. Atau Stella memutuskan untuk bercerai dari Soni?
Ini hanya ringkasan cerita saja ya. Untuk selengkapnya silahkan di baca per bab nya ya. Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Seminggu kemudian
Sidang hasil keputusan sudah di bacakan. Stella akhirnya bernapas lega jika dia sudah bercerai dengan Soni. Sebenarnya ada sedihnya juga dia harus bercerai. Soni bisa di bilang suami yang baik dan perhatian. Hanya sayangnya sebagai anak dia kurang tegas dengan ibunya.
Tapi dia bersyukur walaupun sudah bercerai,hubungannya dengan Soni tetap baik. Dan masih tetap komunikasi walaupun hanya membahas tentang anak.
Surat cerainya kemungkinan tiga hari lagi keluar. Dan sebentar lagi dia akan balik ke Jakarta.
Sedangkan di Jakarta,Richard sudah lama tidak bertemu dengan Stella. Walaupun hanya beberapa kali bertemu tetapi ada rasa kangen dengan Stella. Selama rapat di kantor Leo,Richard sering bertemu dengan Leo. Karena untuk sementara Leo yang menggantikan Stella sampai Stella pulang ke Jakarta.
Setelah meeting selesai,Richard memanggil Leo.
"Om",panggil Richard.
"Ya Richard. Ada apa?"
"Kapan Stella pulang,sudah seminggu lebih ya om menggantikan Stella."
"Tumben kamu hari ini menyindir om. Kenapa,kangen ya dengan Stella",goda Leo.
Pipi Richard sudah memerah di goda Leo.
"Bukan begitu om. Hanya saja Stella ke mana saja kok lama liburannya.
Richard pura-pura tidak tahu dan menanyakan ini ke Leo. Padahal dia sudah tahu Stella ke Palembang. Ingin menyusulnya tetapi kerjaan masih banyak.
"Stella bukan liburan tetapi ada urusan di Palembang. Sekalian dia mengecek cafenya yang ada di Palembang."
"Stella punya cafe ya di Palembang",tanya Richard.
"Iya,sewaktu dia tinggal di Palembang,dia membuka cabang di Palembang. Sedangkan cafe pusat berada di sini",jawab Leo dengan santai.
"Baiklah om. Terima kasih atas waktunya. Kalau begitu saya pamit ya om."
Leo hanya mengangguk.
Setelah Richard bersama asistennya pergi,Leo menatap punggung Richard dengan tersenyum.
Sedangkan Richard kembali ke perusahaannya. Dia segera masuk ke ruangannya. Dia duduk di kursi kebesarannya sampai termenung. Dia berpikir apakah segera menyusul Stella ke Palembang atau tetap menunggu dia pulang. Apalagi besok Maureen libur sekolah selama tiga hari. Dan sudah pasti dia akan pulang ke rumah omanya atau bisa dibilang orang tuanya.
Di saat Richard sedang termenung tiba-tiba teleponnya berdering. Richard melihat handphonenya di meja. Yang telepon ternyata anaknya sendiri.
Richard mengangkat telepon dari Maureen.
Richard
"Halo"
Maureen
"Halo pa"
Richard
"Ada apa Maureen?"
Maureen
Besok aku libur tiga hari. Boleh ya aku ke Palembang. Aku mau menyusul Tante Stella. Tadi aku menelepon Tante Stella katanya dia ada di Palembang.
Richard
Tante Stella siapa?
Maureen
"Tante yang pernah menolong aku di mall,pa. Terus waktu itu makan di resto nya papa. Nanti aku kasih liat fotonya ya. Sapa tau papa kenal."
Richard
"Baiklah. Kirim sekarang. Papa mau lihat."
Teleponnya segera di matiin Maureen. Dia langsung mengirim foto Stella kepada Richard.
Ya,pada saat Stella lagi makan,diam-diam Maureen menjepret Stella dengan handphone kameranya. Kamera handphonenya maureen matiin flash nya agar tidak ketahuan dan suaranya dimatiin juga. Jadi,Maureen bisa leluasa memfoto Stella dengan berbagai gaya saat Stella makan.
Handphone Richard berbunyi tanda ada yang mengirim massage ke Wa nya.
Dia kaget saat Maureen mengirim foto Stella. Ternyata itu Stella yang dia incar. Dan Richard juga kaget ternyata Maureen begitu dekat dengan Stella sampai mau menyusulnya ke Palembang.
Apakah ini yang dinamakan takdir. Richard pun juga bingung.
Keesokan harinya
Setelah memikirkan semalaman akhirnya Maureen diperbolehkan berangkat ke Jakarta dengan alasan dia yang mengantar Maureen ke Palembang.
Akhirnya Maureen senang semalam di telepon papanya dan memberitahu jika dia diperbolehkan berangkat ke Palembang. Dan paginya dia berangkat naik bus jurusan Bandung - Jakarta. Di karenakan sorenya mereka berangkat ke Palembang. Maureen menunggu papanya di bandara.
Saat menjelang sore,Maureen sudah ketemu Richard di sebuah cafe di bandara. Mereka makan sebentar lalu masuk ke dalam sambil menunggu pesawat datang.
Setelah pesawat tiba,mereka berdua masuk ke dalam pesawat dengan kelas bisnis. Pesawat dari Jakarta ke Palembang menempuh waktu satu jam.
Sesampainya Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang,menelepon taxi online. Setelah taxi tersebut sampai,mereka berdua naik ke dalam taxi dan menuju hotel yang sudah Richard pesan.
Kebetulan hotel Richard tidak ada di Palembang. Karena dia tidak membangun hotel di Palembang. Makanya dia memesan di hotel bintang tiga yang cukup mewah.
Sesampainya di hotel,Richard menemui sang resepsionis dan menunjukkan handphonenya. Karena Richard memesan hotel melalui online. Sang resepsionis memberi kunci tersebut kepada Richard.
Richard dan Maureen menuju ke lantai sepuluh (kebetulan hotel tersebut paling tinggi lantai sepuluh). Jadi bisa dibilang kamar yang di tempati Richard dan Maureen berada di lantai paling atas.
Richard memesan kamar suite city view dengan luas 74 m² dengan kasur king bed,memiliki ruang tamu dan ruang makan. Richard juga memesan kasur tambahan.
Richard sengaja memesan kasur tambahan supaya Maureen nyaman tidur di kasur utama. Toch kasur tambahan juga kasur spring bed dan cukup empuk buat di tidur.
"Capeknya",keluh Maureen.
"Ya sudah. Kamu istirahat sebentar dan telepon Tante Stella. Malamnya kita makan bareng",perintah Richard.
"Baik pa."
Maureen menelepon Stella yang kebetulan masih berada di cafe.
Telepon tersambung dan Stella segera mengangkat telepon dari Maureen.
Stella
Hallo
Maureen
Hallo Tante
Stella
Apa kabar Maureen?
Maureen
Baik Tante. Oh ya Tante,Maureen mau mengabarkan jika Maureen sekarang ada di Palembang.
Stella
Oh ya,menginap di hotel mana kamu?
Maureen
Maureen Menginap di Hotel View lantai sepuluh nomor 1053.
Stella
Baiklah. Nanti malam Tante ke sana sama teman Tante. Kita makan bareng ya.
Maureen
Benarkah Tante?
Stella
Nanti Tante ke sana. Kebetulan hotel itu milik teman Tante.
Maureen
Baiklah Tante kalo begitu aku istirahat sebentar.
Stella
Baiklah. Kalo begitu Tante tutup ya teleponnya.
Maureen
Ok Tante.
Telepon terputus. Maureen akhirnya senang bisa bertemu dengan Stella. Maureen akhirnya tertidur.
Sedangkan Richard sekarang berada di cafe bawah buat ngopi.
Pada malam harinya sesuai janji Stella ke Maureen,Stella datang ke hotel ditemani Ririn. Mereka sudah sampai di kamar dengan nomor 1053 sesuai petunjuk Maureen.
ting tong..bel berbunyi dari dalam kamar.
Richard yang sedang mengerjakan pekerjaannya dari tab mendengar bel berbunyi.
"Itu pasti Tante Stella",ucap Maureen dengan senang.
Richard hanya diam saja. Dia melihat Maureen membuka pintu kamarnya.
Stella dan Ririn yang masih berada di luar kamar segera memeluk Maureen. Stella juga kangen dengan Maureen. Dia merasa bisa dekat dengan Maureen karena Maureen orangnya menyenangkan dan ceria.