NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tokyo, Tunggu Kedatanganku

​Ketika mereka lagi asyik ngobrol, suara panggilan bagi calon penumpang tujuan Jepang pun dipanggil untuk segera masuk ke gamenya.

Cia pun pamit pada Juna "Mas makasih ya. Udah nemenin aku di sini" kata Cia.

"Iya. kamu hati-hati ya. Jaga diri, jaga hati. Karena aku disini juga akan menjaga hatiku" kata Juna.

"Maksud?" tanya Cia sambil mengerutkan alisnya.

Tapi Juna "Udah sana nanti kamu ketinggalan pesawat" Kata Juna. .

Akhirnya Cia pun berjalan masuk ke dalam gatesnya sambil melambaikan tangannya pada Juna "Bye Juna" kata Cia perlahan tapi Juna bisa melihat gerakan bibirnya lalu Juna membalas

"Bye Cia, sampai ketemu lagi" Cia pun tersenyum lalu membalikkan badannya berjalan masuk ke dalam gatesnya dan terus ke dalam pesawat yang akan mengantarnya kepada masa depan yang cerah.

Di dalam pesawat Cia memikirkan apa maksud perkataan Juna tadi.

"Apa maksudnya nyuruh aku jaga diri dan jaga hati karena dia juga jaga hatinya ya?" batin Cia.

"Ah daripada cape mikirin apa Maksudnya mending aku menikmati perjalanan ini.

Setelah semua penumpang masuk di dalam pesawat, Seorang pramugari berdiri dengan anggun di depan semua penumpang dan memberi beberapa informasi dan petunjuk serta larangan bagi semua penumpang.

Sebagai penumpang pemula, Cia memperhatikan dan mendengarkan dengan baik. Beberapa saat kemudian Pesawat mulai perlahan lepas landas. Cia melihat keindahan Indonesia dari atas langit.

"Wow, Indah banget ya Tuhan, Ciptaan-Mu. Selamat tinggal negaraku. Sampai jumpa lagi di waktu yang berbeda" kata Cia dalam hati.

Dia sangat menikmati penerbangan ini.

"Ini gila. Keren banget. Awannya terlihat seperti kasur raksasa yang bisa kugunakan untuk tidur. Wah pasti sangat nyaman kalo bisa tidur di atas awan itu." Batin Cia.

"Tokyo tunggu kedatanganku. Gadis desa ini akan kuliah di Universitas terbaik yang ada di Tokyo. Jangan kecewakan mereka Cia" batin Cia lagi.

Cia menarik napas panjang. Ia mencoba membuka bungkusan makanan ringan pesawat, tetapi bungkusannya robek karena dia sedikit gemetar.

Rara, penumpang di sebelahnya, tersenyum kecil.

Dengan ramah Rara menyapa, "sepertinya ini penerbangan pertamamu?"

Cia terkejut dan cepat-cepat menutup bungkusan yang robek itu.

"Astaga. Maaf Mbak, iya...bagaimana Mbak tahu?" tanya Cia.

Rara tertawa pelan "dari caramu memegang bantal dan melihat awan. Matamu penuh rasa takjub. Penerbangan pertama memang selalu berkenan. Siapa namamu?" tanya Rara.

" Saya Cia Mbak" kata Cia sambil mengulurkan tangannya pada Rara.

"Salam kenal saya Rara. Ke Tokyo sendirian? ada urusan apa kali boleh tahu" kata Rara.

"Ehm...saya...dapat beasiswa penuh untuk kuliah di sana, Mbak" kata Cia.

Pipinya merona merah karena merasa bersyukur.

"Wah. Beasiswa penuh. Itu luar biasa sekali Cia. Selamat ya. Kamu pasti gadis yang cerdas. Orang tuamu pasti sangat bangga" Rara terlihat sangat terkesan.

Cia menghela napas "Terima kasih, Mbak. Mereka hanya orang biasa. Ayah saya seorang petani dan Ibu saya penjual kue keliling. Ini mimpi terbesar kami. Awalnya saya takut sekali Mbak untuk meninggalkan desa, penerbangan pertama, hidup sendiri di negara asing yang jauh dari orang tua. Bahasa Jepang saya juga sangat terbatas" Kata Cia.

"Jangan takut. Perasaan gugup itu wajar. Lihat saja di luar sana" kata Rara sambil menunjuk awan.

"Jika kamu sudah berhasil terbang melewati batas-batas ini, kamu pasti bisa melewati tantangan yang ada di Tokyo.

Jepang adalah negara yang menghargai kerja keras. Beasiswa itu buktinya. Mereka melihat potensi dalam dirimu". kata Rara lagi.

Cia pun tersenyum kecil mendengar perkataan Rara. Perkataannya memberinya ketenangan.

"Benar. Saya harus ingat kenapa saya disini. Saya harus belajar dengan giat" tekad Cia.

"Tentu saja. Omong-omong, tadi kamu mencoba membuka makanan ringan ini kan? Ambil aja." Kata Rara sambil menyerahkan bungkusan baru dari saudara kursinya.

'Sekarang mari kita bicarakan hal-hal yang menyenangkan. Sudah tahu akan makan apa setibanya di sana? Ramen?Sushi?" tanya Rara.

Mata Rara berbinar, tadi ya ia gugup tetapi sekarang dia sangat antusias.

"Ah Iya, saya sangat ingin mencoba taiyaki! Dan juga melihat Shibuya Crossing!"kata Cia antusias.

Sebelum dia ke Jepang dia sempat mencari info-info menarik tentang Jepang.

Rara mengangguk penuh semangat "Bagus. Itu baru semangat anak muda. Nikmati perjalanan ini Cia. Dan nikmati setiap detailnya di Tokyo. Kamu pantas mendapatkannya." kata Rara.

Cia kembali melihat keluar jendela pesawat. Senyumnya kini lebar dan yakin. Awan yang tadinya tampak seperti kasur tebal empuk untuk tidur kini menjadi jembatan yang kuat menuju masa depannya.

Cia dan Rara sudah selesai makan. kini Cia sedang membolak balik majalah penerbangan dengan takjub.

Sebuah kereta dorong minuman di dorong mendekat oleh seorang Pramugari yang berbicara bahasa Inggris dan sedikit Indonesia.

Ketika Pramugari itu sampai di dekat tempat duduk Cia "Would you like something to drink? We have Juice, Coffee, tea and soft drinks." kata Pramugari itu.

Cia terdiam sejenak. Di kampung dia biasa minum teh tubruk sama air putih, kata-kata di menu terasa asing.

Cia gugup, dia mencoba mengingat istilah Jepang, tapi yang keluar malah Indonesia yang ragu-ragu, melirik ke Rara sejenak "Ehmmm...saya mau Hot Tea Mbak".

Pramugarinya tersenyum lalu menjawab "Black tea or green tea?".

Cia mengerutkan keningnya, dia tidak tahu bedanya dan takut salah pilih. Cia berbisik pelan pada Rara "Mbak Rara Black tea itu apa ya? Kalo di desa namanya Teh Poci, tapi di sini...".

Rara tersenyum mengerti, dan dengan lancar berbicara dengan Pramugari itu dalam bahasa Inggris" She would like a Black tea, please. With a liter bit a lemon, if you have itu".

"Sure, Black Tea with lemon coming right up."

Dengan cekatan Pramugari membuat pesanan.

Cia merasa malu dan lega di saat yang bersamaan. "Terima Kasih banyak Mbak Rara. Saya bingung harus menggunakan bahasa apa. Tiba-tiba semua kosakata Jepang saya hilang" kata Cia.

Sambil menerima kopinya Rara berkata Gak apa-apa Cia. santai aja. Itu namanya Jet leg mental. Di sini kamu boleh jadi dirimu sendiri. Gunakan bahasa yang membuatmu nyaman. Nanti di Jepang baru kamu harus berjuang dengan bahasanya. Ini Teh Lemon untuk calon insinyur hebat!.

Pramugari menyajikan teh dan lanjut ke kursi berikutnya.

Cia menghirup uap teh hangat, mesasa lebih tenang.

Kemudian Cia menarik napas pelan dan tersenyum kecil "Mbak Rara udah sering ke Jepang?" tanya Cia.

"Sudah cukup sering. Saya bekerja du bidang impor- ekspor. Selalu ada urusan di Tokyo. Oh, coba lihat di peta di layar kecil itu" Rara menunjuk layar hiburan di depan Cia.

Perasaan rute pesawat menunjukkan mereka sudah berada di atas lautan luas, mendekati kepulauan Jepang.

"Kita sudah melewati setengah perjalanan, sebentar lagi kita akan mulai penurunan. Tokyo itu luar biasa, Cia. Sangat sibuk, tapi juga sangat teratur.

Mata Cia fokus pada titik kecil bernama Tokyo di layar. Rasa gugupnya kini berganti dengan kegembiraan yang meluap-luap.

"Sibuk...saya belum pernah melihat kota yang benar-benar sibuk. Di desa jam tujuh malam saja sudah sepi. Saya membayangkan bagaimana rasanya menaiki kereta yang super cepat itu" kata Cia sambil tersenyum.

Rara menyeruput kopinya. "Itu tantanganmu berikutnya. Tapi jangan khawatir, kamu akan cepat terbiasa. Sekarang coba kamu pejamkan mata sebentar. Membayangkan kamu sudah di sana memegang kartu mahasiswa barumu dan mengucapkan Ohayou Gozaimazu pada teman-teman sekelasmu ". Cia menutup matanya, wajahnya perlahan dipenuhi senyum.

Rara membiarkannya menikmati momen itu, lalu berbalik dan mulai mengetik di laptopnya.

Beberapa menit kemudian, lampu kabin meredup dan terdengar pengumuman dari kokpit "Attention passengers, we will shortly be preparing for our descent info Narita International Airport. Please ensure your seatbelts area fastened and all electronic devices are set to flight mode. Cia tersentak kaget dan buru-buru mengencangkan sabuk pengamannya. Ia kembali menatap Rara, yang sudah memasukkan laptopnya ke tas. Cia sangat bersemangat seperti anak kecil.

"Mbak Rara, kita sudah hampir sampai." kata Cia exaited. Rara mengedipkan dan berkata

"Ya. Saatnya gadis desa kecil itu menjadi mahasiswa baru di Tokyo. Ayo Cia, tunjukkan pada dunia apa yang bisa di lakukan oleh anak Indonesia."

Bersambung

1
Afifah Aliana
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!