 
                            Kenzo Tanaka — penguasa bisnis raksasa, pria yang menganggap dunia hanyalah papan catur untuk egonya.
Namun pada puncak kejayaannya, langit menjatuhkan vonis: sebuah kecelakaan misterius menghancurkan segalanya.
Ketika membuka mata, Kenzo tak lagi berada di penthouse mewah Tokyo…
melainkan di tubuh seorang anak kecil bernama Kazuki, di sebuah desa miskin yang penuh lumpur dan kesederhanaan.
Dari CEO yang dipuja menjadi bocah tak berdaya — Kenzo harus menghadapi dunia yang sama sekali tak mengenalnya, dunia yang memaksanya belajar arti rendah hati, kehilangan, dan… penebusan.
Apakah ini hukuman Tuhan, atau kesempatan kedua?
Dan bisakah seorang pria yang terbiasa menjadi dewa, belajar menjadi manusia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eagle Ofgod, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 “Negosiasi Pertama Sang Penguasa”
...Pagi berikutnya, Kenzo bangun dengan mata yang terasa segar, meskipun semalam ia nyaris tidak bisa tidur karena kombinasi kedinginan dan pikiran yang berputar-putar. Ia mengamati Haru dan Midori yang sudah sibuk dengan rutinitas pagi mereka. Haru menyiapkan cangkulnya, Midori membersihkan sisa makan malam. Keduanya bekerja tanpa keluhan, tanpa inovasi, hanya mengulang siklus yang sama setiap hari....
..."Mentalitas budak," batin Kenzo, menggelengkan kepala. "Mereka tidak tahu apa itu *leverage*."...
...Setelah sarapan bubur gandum (yang kali ini ia terima dengan sedikit lebih pasrah), Kenzo memutuskan untuk melakukan riset pasar secara langsung. Ia mengikuti Haru ke ladang, tapi alih-alih mencangkul, ia berkeliling. Matanya yang tajam mengamati setiap detail....
..."Ayah, kenapa di sini tidak ada pagar tinggi?" tanyanya, menunjuk ke batas ladang yang terbuka. "Agar serigala tidak masuk?"...
...Haru tertawa ringan. "Pagar? Bahan bakunya mahal, Kazuki. Dan butuh banyak tenaga untuk membangunnya. Kalau serigala lapar, pagar setinggi apapun pasti bisa mereka lewati."...
...Kenzo mencatat. *Masalah: Keamanan terhadap predator. Solusi: Pagar (tidak efektif/mahal). Alternatif: Pemburu. Peluang.*...
...Ia terus berjalan, melewati gubuk-gubuk lain. Ia melihat tumpukan kayu bakar di luar setiap rumah....
..."Ibu, kita membakar kayu setiap malam?" tanyanya saat kembali ke gubuk....
..."Tentu saja, Kazuki. Untuk memasak dan menghangatkan tubuh," jawab Midori sambil menenun kain....
..."Berarti, kita butuh banyak kayu bakar?"...
..."Sangat banyak," Midori mengiyakan. "Setiap hari Ayah dan beberapa pria lain pergi ke hutan untuk mengumpulkannya."...
...Kenzo mengangguk. *Masalah: Kebutuhan kayu bakar. Solusi: Mengumpulkan (memakan waktu/tenaga). Peluang: Efisiensi pengumpulan? Sumber energi alternatif?* Meskipun yang terakhir ini sepertinya terlalu maju untuk dunia ini....
...Otaknya, yang terbiasa memproses data dan mencari *bottleneck* dalam sistem, mulai bekerja keras. Ia sedang membangun basis data internalnya tentang dunia baru ini....
...Ia melihat anak-anak lain sedang bermain. Mereka tidak punya *smartphone*, tidak ada *video game*. Mereka bermain dengan tongkat dan batu, berlari-lari, atau membantu orang tua mereka. Ini membuat Kenzo bertanya-tanya....
..."Ayah, apa yang dilakukan orang dewasa yang tidak bertani?" tanyanya....
..."Oh, ada Pak Tua Genji, dia pandai membuat alat dari besi. Lalu Nenek Fumi, dia membuat keranjang dari anyaman," Haru menjelaskan. "Dan ada Ichiro, dia yang paling sering berburu. Kadang-kadang dia membawa hasil buruan ke desa sebelah untuk ditukar."...
...Kenzo berhenti di situ. "Ichiro? Berburu?" Matanya berbinar. "Dia berburu apa saja?"...
..."Babi hutan, rusa, kadang-kadang beruang kecil," Haru menyebutkan. "Dia sangat jago. Tapi sendirian saja."...
...*Pemburu. Skill individu. Membutuhkan hasil buruan. Membutuhkan pengakuan.*...
...Kenzo mulai melihat gambaran yang lebih jelas. Di dunia yang sederhana ini, sumber daya utama adalah tenaga kerja terampil dan barang-barang esensial. Keamanan dan makanan adalah prioritas....
..."Ayah," Kenzo memanggil, suaranya lebih serius. "Jika ada yang bisa melindungi desa dari serigala, atau menyediakan lebih banyak makanan... apakah itu bagus?"...
...Haru meletakkan cangkulnya, menatap putranya yang tiba-tiba terdengar terlalu bijak. "Tentu saja bagus, Nak. Itu akan membuat hidup kita lebih mudah. Tapi siapa yang bisa melakukannya? Kita semua punya pekerjaan sendiri."...
..."Aku akan mencarinya," kata Kenzo tegas....
...Haru hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Kau ini, Kazuki. Baru kemarin demam, sudah memikirkan hal-hal besar."...
...Kenzo tidak peduli. Ia sudah memetakan potensi *stakeholder* utamanya: Haru (buruh), Midori (manajemen rumah tangga), Pak Tua Genji (teknisi/manufaktur), Nenek Fumi (pengrajin), dan yang paling penting, Ichiro (jasa keamanan/pengadaan)....
...Ini bukan lagi tentang mencari uang pribadi. Ini tentang membangun sebuah *ekosistem*. Dan dia, Kenzo Tanaka, akan menjadi arsiteknya....
...Setelah mengamati dan menganalisis selama hampir sepanjang hari, Kenzo akhirnya memiliki gambaran awal tentang struktur ekonomi dan sosial desa. Kesimpulannya, ini adalah pasar yang belum terjamah, penuh potensi. Dan *human capital* adalah kunci....
...Target pertamanya adalah Ichiro, sang pemburu....
..."Ibu, di mana Ichiro tinggal?" tanya Kenzo saat makan malam, yang kali ini berupa rebusan sayur dan sepotong kecil ikan asin. Jauh dari *sashimi* terbaik di Tokyo, tapi setidaknya lebih baik dari bubur gandum....
...Midori melirik Haru. "Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang Ichiro, Kazuki?"...
..."Hanya... ingin tahu," jawab Kenzo santai, berusaha menyembunyikan minatnya. "Dia kan pemburu terhebat di desa, kan? Aku ingin... belajar darinya."...
...Haru tersenyum bangga. "Betul! Ichiro memang jago. Rumahnya di ujung desa sana, dekat sungai. Tapi dia jarang ada di rumah. Selalu di hutan."...
..."Begitu," Kenzo mengangguk. "Apakah dia... dibayar untuk berburu?"...
...Haru mendengus. "Dibayar? Siapa yang membayar? Dia berburu untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Kadang, kalau hasil buruannya banyak, dia bisa menukar daging beruang dengan gandum atau sayuran dari kita."...
...Kenzo mencatat. *Tidak ada gaji. Sistem barter. Rendah efisiensi.* Ini adalah titik awal yang buruk untuk negosiasi kontrak kerja....
...Keesokan paginya, Kenzo memutuskan untuk mencari Ichiro. Dengan alasan ingin bermain, ia menyelinap keluar gubuk setelah Haru dan Midori pergi ke ladang. Langkah kakinya yang kecil, namun penuh tekad, membawanya menyusuri jalan setapak desa. Ia menemukan gubuk Ichiro, yang lebih besar dan tampak lebih kokoh dari gubuk mereka, dengan banyak tanduk hewan dan kulit tergantung di dinding luarnya. Aroma asap dan daging kering menyeruak....
..."Permisi!" teriak Kenzo, suaranya sedikit gemetar....
...Tidak ada jawaban. Kenzo mencoba lagi, kali ini lebih keras....
...Pintu terbuka berderit. Sesosok pria kekar, tinggi, dengan rambut gimbal dan mata yang tajam seperti elang, berdiri di ambang pintu. Ichiro. Ia mengenakan rompi kulit binatang dan membawa kapak di tangannya. Raut wajahnya tidak ramah....
..."Ada apa, Nak?" suaranya berat, dalam....
...Kenzo, yang terbiasa dengan tatapan takut dari para eksekutifnya, kini merasa sedikit terintimidasi. Tapi ini adalah Kenzo Tanaka. Dia tidak pernah mundur dari tantangan....
..."Aku... aku Kazuki," kata Kenzo, berusaha terdengar percaya diri. "Aku anak Haru. Aku ingin... berbicara denganmu, Ichiro-san."...
...Ichiro menatapnya dari atas ke bawah. "Ada apa? Kau tersesat? Pulanglah ke Ibumu."...
..."Bukan!" Kenzo menegaskan. "Aku ingin berbicara tentang bisnis."...
...Alis Ichiro terangkat. Sebuah ekspresi baru muncul di wajahnya: kebingungan. "Bisnis? Apa yang anak kecil sepertimu tahu tentang bisnis?"...
..."Aku tahu banyak," jawab Kenzo cepat. "Aku tahu bagaimana membuatmu lebih kaya. Bagaimana membuat desa ini lebih aman. Dan bagaimana… bagaimana mengubah nasib kita semua."...
...Ichiro tertawa, suara tawa yang kasar dan kering. "Kau? Mengubah nasib? Kau bahkan tidak setinggi tombakku, Nak. Pergilah bermain." Ia hendak menutup pintu....
..."Tunggu!" Kenzo menjulurkan tangannya yang mungil, menghalangi pintu. "Aku tahu tentang serigala yang berkeliaran di malam hari. Aku tahu hasil buruanmu hanya cukup untuk bertahan hidup. Aku tahu kau punya keterampilan yang luar biasa, tapi tidak ada yang menghargainya dengan benar."...
...Ichiro terdiam, tangannya yang memegang kapak sedikit mengendur. Matanya menatap Kenzo dengan serius. "Bagaimana kau tahu itu?"...
..."Aku melihat. Aku mendengar. Aku berpikir," jawab Kenzo, kini dengan nada yang lebih tegas, yang mulai menyerupai nada seorang CEO yang sedang bernegosiasi. "Aku punya visi, Ichiro-san. Visi untuk membangun sesuatu yang lebih besar dari sekadar ladang dan gubuk ini. Dan aku membutuhkan orang sepertimu."...
...Ichiro masih terlihat skeptis. "Dan apa yang kau tawarkan, anak kecil?"...
...Kenzo tersenyum tipis. Ini adalah momennya. "Sebuah masa depan yang lebih baik. Keamanan. Kesejahteraan. Dan… uang. Lebih banyak dari yang pernah kau bayangkan dengan menukar daging di pasar."...
...Ichiro menatapnya lama. Di mata anak kecil itu, ada sesuatu yang tidak biasa. Sebuah kilatan ketajaman yang tidak selayaknya dimiliki seorang bocah desa....
..."Masuklah," kata Ichiro akhirnya, membuka pintu lebih lebar. "Ceritakan padaku tentang 'masa depan yang lebih baik' itu."...
...Kenzo tersenyum menang. Langkah pertama berhasil. Negosiasi dimulai....
......
 
                     
                    