Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aneh
"Kondisikan tatapanmu. Bola matamu sudah hampir terjatuh". Kata Damian lagi saat Naora tidak menjawab pertanyaannya dan hanya menatap tubuhnya yang bertato.
"Kau yang mengangkat daguku. Mana mungkin aku tidak mendongak keatas". Kata Naora pelan tapi Damian masih bisa mendengarnya.
"Baiklah". Ia duduk di depan Naora dan meraba balutan luka di kepala Naora.
"Apa yang kau rasakan. Apa terasa sakit ?". Tanya Damian lagi.
Naora menyingkirkan tangan Damian yang mengelus kepalanya.
"Aku tidak apa-apa, Tuan. Tadi sepertinya aku terpeleset kemudian tidak ingat apa-apa lagi. Maaf jika aku merepotkan mu". Ucap Naora dengan kikuk.
Bagi Naora, luka seperti ini tidak ada apa-apanya. Ia sering merasakan yang lebih parah dari pada hanya terluka karena terpeleset.
Sudah pasti jika Damian yang menolongnya sebab tidak ada orang lagi di dalam mansion. Dan lagi, ruangan ini tidak asing baginya. Ia biasanya membersihkan ruangan ini dan menyiapkan segala kebutuhan Damian.
Kemudian terbersit dalam benaknya jika tadi ia hanya mengenakan handuk setelah mandi. Dan sekarang yang ia kenakan adalah gaun tidurnya. Siapa yanng menggantikannya baju ? Apa Damian.
Gerakan Naora terbaca oleh Damian. Damian tersenyum kecil melihat wajah panik Naora.
"Pelayan yang menggantikan pakaianmu. Kau pikir aku yang melakukannya ? Seperti tidak ada kerjaan saja". Kata Damian meninggalkan Naora dan masuk ke dalam ruang gantinya.
Setelah mendengar apa yang Damian katakan, Naora merasa lega. Entah mengapa Naora begitu percaya dengan apa yang Damian katakan.
Tidak lama kemudian Damian keluar dengan mengenakan celana panjang dan tetap bertelanjang dada.
Bertepatan dengan itu, pintu kamar diketuk dari luar dan Damian membukanya. Saat itulah Naora menyadari jika di punggung Damian terukir tato yang sangat besar.
Sebuah tato bergambar singa namun memiliki sayap. Entah apa artinya, Naora tidak mengerti. Tapi itulah yang ditangkap oleh pandangannya.
Untuk sesaat, Naora memandang Damian dari belakang dengan tatapan kagum nya. Pria dingin yang irit bicara, memiliki aura menyeramkan, wajahnya sangat tampan dan tubuhnya tinggi kekar.
Naora sempat berpikir beruntung sekali wanita yang bisa dicintai oleh pria seperti Damian. Tapi sedikitpun ia tidak menempatkan dirinya sebagai wanita beruntung itu.
Dalam hatinya, rasa cinta seolah hanya tipuan belaka. Cinta itu kebohongan dan kelemahan. Begitu banyak sesal yang ia rasakan ketika mencintai Aldric dulu. Ia bahkan pernah berlutut di kaki Aldric hanya untuk meminta sebuah kebebasan.
Seorang pelayan masuk dengan membawa troli makanan. Aromanya begitu menggugah selera Naora.
"Letakkan disitu saja. Dan keluarlah". Perintah Damian.
Pelayan tersebut meletakkan troli itu di dekat ranjang kemudian menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Damian maupun Naora kemudian keluar.
"Makanlah yang banyak. Coba lihat tubuhmu sangat kurus". Kata Damian duduk di ujung ranjang sebelah Naora.
"Tuan, aku kembali saja ke kamarku". Pinta Naora.
"Mulai sekarang ini adalah kamar mu". Jawab Damian sibuk mengambil makanan.
"Apa ?". Naora merasa apa yang di dengarnya salah.
"Apa sekarang pendengaranmu bermasalah ? Sejak tadi aku bicara sepertinya kau tidak paham juga". Balas Damian kesal.
Naora diam tidak mengatakan apapun lagi. Biarlah suka-suka Damian ingin berbuat apa dan menempatkannya dimana. Toh ini adalah mansion nya. Bahkan jika Damian akan menyiksa atau menodainya ia tidak peduli lagi. Bukankah itu yang sudah Naora tanamkan sejak masuk dalam mansion ini.
Ia dijadikan pertukaran untuk kejayaan Aldric. Balasan apa yang diinginkan oleh Damian jika bukan dua hal itu.
"Buka mulutmu". Kata Damian saat Naora masih asik dengan pikirannya sendiri.
Naora sebenarnya bingung dengan apa yang Damian lakukan saat ini. Tapi kembali lagi, ia enggan membantah.
Naora membuka mulutnya dan menerima suapan dari tangan Damian meskipun rasanya begitu aneh.
Dada Damian bergetar hebat kala Naora bersedia menerima suapan nya. Berbeda dengan Naora yang tidak merasakan apa-apa selain rasa lezat dari makanan yang dikunyah nya.
"Kau tidak makan, Tuan ? Aku bisa makan sendiri". Kata Naora setelah beberapa kali Damian menyuapkan makanan untuknya.
"Aku tidak lapar. Sudahlah, habiskan makananmu". Damian lagi-lagi menolak apa yang Naora tawarkan.
Naora menyelesaikan acara makannya yang terasa aneh. Damian mengeluarkan troli itu kemudian menyuruh Naora tidur.
Tanpa banyak bicara Naora segera membungkus dirinya dengan selimut dan tidur membelakangi Damian.
Saat sudah hampir tertidur, samar-samar Naora merasa ada sebuah tangan yang mengelus kepalanya. Tapi matanya berat untuk terbuka dan membiarkannya.
..
Naora membuka matanya saat merasa ada cahaya yang menyilaukan di depannya. Benar saja saat matanya sudah terbuka, cahaya matahari masuk dari arah jendela kaca yang sengaja dibuka.
Naora bangun dan meregangkan tubuhnya. Ia terkejut sebab cahaya matahari sudah sangat terang. Dan ia tidak menemukan adanya jam disini.
Segera ia bangkit dan menuju kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tidak ia pedulikan kepalanya yang masih terasa pening.
Naora keluar dari kamar Damian dan berjalan perlahan. Ia ingin kembali ke kamarnya saja. Terlalu lama berada disekitar Damian membuat nya tidak nyaman juga.
"Kau sudah bangun ?". Suara Damian mengejutkan Naora yang hampir menapakkan kakinya untuk menuruni tangga.
"Iya. Maaf aku terlambat bangun". Kata Naora dengan senyum kikuk nya dan terlihat lucu di mata Damian.
"Tidak masalah. Ayo ikut aku ke ruang kerjaku ?". Damian melangkah mendahului Naora menapaki anak tangga. Dan Naora mengikutinya dari belakang.
Naora sengaja memelankan langkahnya agar tidak bisa mengimbangi Damian. Dan Damian sadar akan hal itu. Ia membiarkan saja apa yang Naora lakukan. Toh nantinya mereka bertemu juga.
Sepanjang perjalanan senyum kecil tidak hilang dari bibir Damian. Menambah nilai ketampanannya. Tapi ia enggan memperlihatkannya pada orang lain.
"Aku sudah mengetahui siapa Naomi itu". Kata Damian saat mereka tiba di dalam ruang kerja Damian.
Naora terkejut. Secepat inikah Damian mencari tau siapa Naomi itu ? Ia pikir, Damian melupakan permintaannya kemarin sebab pria itu memberinya syarat menikah dengannya.
"Benarkah, Tuan ? Siapa dia ? Dan dimana dia sekarang berada ?". Tanya Naora antusias.
"Naomi adalah saudaramu. Saudara kembarmu. Dia lahir lebih dulu dari pada dirimu. Orang tua kalian memberikan Naomi pada teman mereka yang kaya raya sebab mereka tidak memiliki anak. Saat remaja, orang tua angkat Naomi memberitahu tentang kenyataan ini namun Naomi menolak untuk kembali pada kalian sebab ia sudah merasa nyaman dengan apa yang dimilikinya saat itu". Jelas Damian.
Naora terdiam. Jadi selama ini ia memiliki saudara ? Kenapa orang tuanya tidak pernah memberitahukan kenyataan ini padanya.
"Aku tidak tau jika aku memiliki saudara. Kenapa orang tuaku tidak pernah memberitahukan hal ini padaku". Ucap Naora lirih.
"Naomi terlahir dengan sakit jantung bawaan. Ia harus melakukan operasi besar yang membutuhkan banyak uang. Jadi orang tuamu bersedia memberikan Naomi pada temannya agar Naomi bisa melakukan operasi itu". Lagi-lagi penjelasan Damian membuat Naora amat terkejut.
..