Di dunia modern, Chen Lian Hua adalah seorang medikus lapangan militer yang terkenal cepat, tegas, dan jarang sekali gagal menyelamatkan nyawa. Saat menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik bersenjata, ia terjebak di tengah baku tembak ketika berusaha menyelamatkan anak-anak dari reruntuhan. Meski tertembak dan kehilangan banyak darah, dia tetap melindungi pasiennya sampai detik terakhir. Saat nyawanya meredup, ia hanya berharap satu hal
"Seandainya aku punya waktu lebih banyak… aku akan menyelamatkan lebih banyak orang."
Ketika membuka mata, ia sudah berada di tubuh seorang putri bangsawan di kekaisaran kuno, seorang perempuan yang baru saja menjadi pusat skandal besar. Tunangannya berselingkuh dengan tunangan orang lain, dan demi menjaga kehormatan keluarga bangsawan serta meredam gosip yang memalukan kekaisaran, ia dipaksa menikah dengan Raja yang diasingkan, putra kaisar yang selama ini dipandang rendah oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 : Kenapa harus Lian Hua?
Yi Chen melangkah masuk kembali ke dalam aula istana. Suasana di sana masih ramai; Rui Feng dan Xin Yi berdiri bersama, sementara beberapa pelayan dan tabib tampak sibuk di sekitar tirai tempat Wei Ming beristirahat.
Tatapan tajam Yi Chen segera tertuju pada sepasang suami istri berjubah ungu yang berdiri dengan penuh wibawa. Pria itu menoleh sambil melengkungkan senyum sinis.
“Ah, adik tiriku,” ucapnya dengan nada mengejek. “Kau baru datang? Mengapa sendiri? Ke mana istri pembuat masalah itu?”
Yi Chen hanya diam, langkahnya lurus menuju bagian dalam aula. Tanpa menanggapi ejekan itu, ia berdiri di sisi Rui Feng, seolah pria berjubah ungu itu tidak pernah berbicara.
Xin Yi menoleh lembut, wajahnya penuh perhatian. “Yi Chen… ada apa? Kau baik-baik saja?” tanyanya dengan suara hati-hati.
Yi Chen hanya melirik sekilas, kemudian mengangguk singkat. Rui Feng yang menggenggam tangan Xin Yi mengelusnya pelan. “Tidak perlu khawatir,” katanya dengan nada meyakinkan. “Mereka sudah terbiasa seperti itu. Yi Chen dan Lian Hua akan baik-baik saja.”
Sekilas tatapan Yi Chen singgah pada Rui Feng, lalu segera dialihkannya. Tangannya mengepal rapat, jemarinya menekan kain jubah. Dari celah tirai, ia bisa melihat tabib istana memeriksa Wei Ming.
Tak lama kemudian, Lei Feng, penasihat setia Wei Ming, melangkah ke depan. Suaranya tenang, namun penuh makna. “Ini sungguh keajaiban. Malam ini seharusnya menjadi perjamuan terakhir Tuan Wei Ming sebelum kepergiannya. Tetapi siapa yang menyangka… sejak bertemu pewarisnya, kondisinya justru membaik.”
Alis Rui Feng terangkat, ia menoleh pada Xin Yi. “Kakek sudah bisa menggerakkan tangannya,” katanya lirih. “Itu pertanda baik.”
Namun Yi Chen justru mengerutkan kening. Kecurigaan menyesaki kepalanya. Wei Ming, yang sebelumnya begitu lemah, tak berdaya menggerakkan tubuhnya… kini, setelah Lian Hua memberinya cairan asing, tubuhnya mulai merespons?
‘Apa sebenarnya cairan itu?’
Pikiran itu berputar, semakin menguatkan rasa tidak tenangnya.
Suara Lei Feng kembali terdengar, “Tuan Wei Ming menyampaikan satu permintaan terakhir malam ini, ia ingin ditemani salah satu pewarisnya.”
Rui Feng menegakkan tubuh, bersiap menyahut. “Kami siap menemaninya,” katanya mantap.
Xin Yi menunduk sedikit, suaranya lembut. “Aku pun bisa membantu memenuhi kebutuhannya malam ini.”
Namun Lei Feng menggeleng, wajahnya penuh permintaan maaf. “Aku berterima kasih atas kesediaan kalian… tetapi, Tuan Wei Ming meminta Permaisuri Lian Hua yang menemaninya.”
Deg. Hening.
Ruangan itu sontak membeku. Semua saling berpandangan, seolah tak percaya pada apa yang baru saja terdengar.
Rui Feng dan Xin Yi menoleh bersamaan ke arah Yi Chen. Raja itu masih berdiri di sisi mereka, wajahnya tampak tenang, namun sorot matanya menajam tajam bagaikan bilah pedang. Tangan yang tersembunyi dalam jubahnya mengepal kuat, hingga urat-uratnya menegang.
Keheningan terasa menekan. Pilihan Wei Ming… menimbulkan kebingungan sekaligus kegelisahan bagi semua yang hadir.
Rui Feng akhirnya melangkah maju. “Apa Lei Feng yakin?” tanyanya kepada Lei Feng. Nada suaranya berisi keraguan sekaligus keberatan. “Mengapa harus Lian Hua? Bukankah ia hanya membawa masalah ke dalam istana? Xin Yi jauh lebih layak untuk menemani… bahkan lebih berguna tanpa menimbulkan kekacauan.”
Namun Lei Feng menunduk hormat. “Aku hanya menyampaikan pesan. Tuan Wei Ming meminta Permaisuri Lian Hua sendiri. Dan beliau juga berkehendak agar semua yang lain meninggalkan istana… sebelum matahari terbenam.”
