Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Di markas Black Demon. Hari ini Elang tidak ada job, dan ia memilih berkumpul bersama teman-temannya. Suasana markas begitu ramai, akhirnya Elang bisa ikut kumpul lagi.
Elang membawa banyak makanan. Mentraktir mereka, tanda permintaan maaf karena jarang hadir. Sebenarnya ia sudah mencoba menyerahkan pangkat ketuanya kepada yang lain. Namun, mereka menolak dan menginginkan tetap di ketuai olehnya.
"Lang, kemana aja?"
"Biasa, banyak job."
"Gak ada liburnya, gak cape apa? Jangan terlalu keras, Lang. Lo masih sekolah, fokus belajar."
Elang tersenyum tipis mendengar ucapan Nathan, "Kalo lo udah nikah, pasti bakal tau rasanya nafkahin istri pake hasil keringet sendiri. Itu lebih menyenangkan."
"Iye dah yang udah nikah mah bebas. Mau wleo wleo pun gak ada yang larang lagi. Jadi iri gue! Pasti tiap malam uh ah!" timpal Juan yang membuat Elang langsung melempar botol minuman ke arahnya.
Pletak!
"Ah!"
"Pikiran lo ngeres, ke situ mulu! Kita masih sekolah anjir, gue aja nahan-nahan biar gak lakuin itu! Sekarang mah baru sebatas, tidur ada yang nemenin sambil peluk-pelukan, baju udah rapih di siapin, makan di masakin, kalo malem di pijitin, sakit bisa manja-manja. Baru gitu doang gue udah bahagia. Kalian gak mau coba apa?" ujarnya dengan sengaja manas-manasin yang membuat teman-temannya iri.
"Lwang, udwah bwahas ywang laen ajwa... Uhukk!"
"Kebiasaan! Makanya kalo makan telen dulu!" Bima langsung memberikan air pada Aldo yang keselek karena ngomong saat mulut penuh dengan bakwan.
"Gue iri anjir!"
Elang hanya terkekeh, "Jangan liat enaknya, nikah juga banyak gak enaknya. Kalian harus lebih dewasa, harus saling mengerti."
"Siap pak guruuu!"
Elang memutar bola matanya. Tidak ingin membahas itu lagi, ia pun memilih mengajak mereka bermain kartu. Lagian mereka masih sekolah, apalagi banyak anggotanya yang baru kelas 10 dan 11. Sedangkan dirinya sekarang sudah menikah awalnya karena terpaksa.
Memang Elang sudah memberitahu anggota lainnya kalau dia sudah menikah. Awalnya mereka selalu memergokinya di rooftop saat sedang bersama Kia, dan selalu bertanya-tanya. Akhirnya Elang memberitahu dan menyuruh mereka untuk selalu melindungi bu bosnya.
"Lang, bini lo ngapa gak di ajak? Padahal gue kangen!" celetuk Juan yang membuat Elang melototkan matanya.
"Haha santai elah, gue cuman bercanda!"
Tak!
"Lo masih aja ngarepin bini orang!" Nathan menjitak kepalanya.
Sedangkan Elang tidak menghiraukan lagi, ia malah teringat dengan istrinya. Elang melihat jam di ponselnya, menunjukkan pukul 21.25. Ia mulai membuka kunci layar ponselnya. Ternyata terdapat panggilan tak terjawab dan beberapa pesan dari istrinya. Elang lupa menyalakan mode silent.
"Gue pulang dulu ya!" ucapnya sambil beranjak dari duduknya.
"Cepet amat? Masih sore juga?"
"Istri gue sendiri di rumah, dia lagi sakit perut!" Elang meraih kunci motor dan jaketnya, lalu bergegas pergi.
"Semenjak dia nikah dan sibuk kerja, jarang sekali nongkrong ya. Gue jadi sedih, mungkin suatu hari nanti kita juga bakal gitu. Kalo udah pada nikah bakal sibuk cari nafkah dan fokus pada keluarganya. Lo pada bisa bayangin gak?"
"Bim, sialan lo! Gue jadi melow!" sahut Nathan merasa sedih membayangkan apa yang Bima katakan.
"Apa nanti kita masih bisa kumpul lagi?" timpal Aldo.
"Mungkin gak bakal bisa kompak, karena sibuk masing-masing. Gue beneran gak bisa bayangin, pasti bakal kangen masa-masa kek gini."
"Makanya sekarang nikmatin masa muda. Jangan mikirin nikah dulu!" ujar Raka ikut nimbrung.
"Nah bener tuh kata Raka! Udah melow melow an nya!" sahut Juan.
Sedangkan di sisi lain. Beberapa menit berlalu, Elang sudah berada di rumah karena mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Maaf, sweetie. Aku gak liat hp, kamu mau apa? Mau beli sesuatu? Mau di elus-elus perutnya?"
Elang terus membujuk istrinya yang ngambek karena pesannya ia abaikan. Padahal Kia sedang pms dan sakit perut. Tapi dia malah enak-enakan nongkrong.
"Gak perlu! Kamu nongkrong aja sana, aku mau tidur!" Kia meringkuk membelakanginya sambil memegangi perutnya yang sakit.
Sedari tadi ia terus meringis kesakitan. Bahkan matanya sudah sembab karena menangis. Dan merasa kesal karena pesannya di abaikan. Padahal Kia sangat membutuhkan suaminya. Biasanya Elang yang selalu membantunya saat sedang pms seperti ini. Laki-laki itu pasti akan memanjakannya.
"Sayang, di minum dulu jamunya. Aku udah beli tadi," Elang meraih kiranti yang di belinya tadi.
Kia masih diam membelakanginya. Elang menghela nafas pelan, ia mencoba membalikkan tubuh istrinya dengan lembut. Walaupun gadis itu selalu memberontak. Dia tetap bisa membalikkan tubuhnya hingga menghadapnya.
Kia mengubah posisinya menjadi duduk dan mengalihkan pandangan agar tidak menatapnya. Elang menangkup wajah sembab istrinya. Dan mengusap lembut air matanya.
Cup! Cup! Cup!
Elang mengecup kening dan kedua matanya. Kia masih diam, mencoba menahan rasa sakit.
"Udah jangan nangis, maafin aku. Minum dulu jamunya ya?" bujuknya sambil membukakan tutup botol kiranti dan memberikan padanya.
Kia hanya menurut dan mulai meminumnya. Elang tersenyum, ia meraih bantal hangat yang sedang di cas. Lalu menaruh di atas perut istrinya. Karena tahu saat haid perutnya selalu sakit, Elang pun membelikan bantal hangat untuknya.
Elang mengelus rambut istrinya, dan menyelipkan anak rambut pada sisi telinganya. "Jangan ngambek lagi ya, aku janji bakal turutin apapun yang kamu mau."
"Mau seblak!"
"Gak boleh, sweetie. Nanti perutnya nambah sakit," ucapnya lembut.
"Coklat aja ya?" Elang meraih pelastik belanjaan dan mengeluarkan beberapa coklat Silverqueen dan se toples coklat payung.
Melihat itu membuat Kia langsung berbinar. Moodnya kembali membaik, apalagi perutnya yang sudah mendingan karena bantal hangat.
"Kamu seneng?"
"Iya, makasih."
"Sama-sama, sweetie."
Elang naik ke atas ranjang. Ikut merebahkan tubuhnya dengan sedikit menyender pada senderan ranjang. Lalu menarik istrinya untuk menyender pada dadanya.
"Udah mendingan perutnya?" tanyanya yang di balas anggukan kecil.
"Sekarang tidur gih," Elang mengelus lembut rambut istrinya, sambil sesekali mengecup puncak kepalanya.
"Nyanyiin," pintanya sambil menatap suaminya dengan bibir memanyunkan bibirnya.
Melihat itu membuat Elang gemas. Ia mencubit pelan pipinya, "Iyaa, sweetie."
Laki-laki itu mulai bernyanyi sambil mengusap-usap kepalanya lembut. Hingga tidak lama istrinya sudah masuk ke alam mimpi.
Ia menatap lekat wajah istrinya yang sangat dekat. Senyuman mengembang di sudut bibirnya. Di belai pipi chubbynya dengan sangat lembut, "Aku berharap selamanya kita seperti ini. Love you, sweetie."
'Gue gak yakin harapan lo terkabul.'