NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pelaku tabrakkan

Pintu ruangan itu terbuka dengan kasar, membuat Kody dengan segera menoleh ke arah pintu.

Ia mengira pengawal Lukas yang datang untuk menyerangnya, namun ia salah.

Kody pun merasa lega saat tahu jika Hugo yang masuk ke dalam ruangan. Ia menghela napas lega, merasa sedikit tenang.

Namun wajah leganya berubah menjadi cemas saat ia melihat wajah Hugo tampak panik dan khawatir. Ada sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Kody..." ucap Hugo dengan napas terengah-engah. Ia berusaha menenangkan diri sebelum menyampaikan berita buruk itu.

"Ada apa? kau sudah berhasil melumpuhkan anak buah Lukas?" ucap Kody dengan nada cemas. Jantungnya mulai berdebar kencang, merasakan firasat buruk.

"Laura..." ucap Hugo, menggantungkan kalimatnya. Ia tidak sanggup mengatakan apa yang telah terjadi pada Laura.

"Kenapa dengan Laura?" ucap Kody dengan nada panik. Jantungnya berdetak semakin kencang saat Hugo menyebut nama Laura. Ia takut sesuatu yang buruk telah terjadi padanya.

"Laura kecelakaan, dan sekarang berada di rumah sakit," ucap Hugo akhirnya, menyampaikan berita buruk itu. Ia menatap Kody dengan tatapan penuh simpati.

"Pergilah... aku akan mengurus di sini," lanjut Hugo, memberikan dukungan kepada Kody. Ia tahu bahwa Kody sangat mencintai Laura, dan ia harus segera menemuinya.

Kody langsung berlari keluar dari ruangan dan menuju ke mobil yang ada di depan rumah peternakan.

Anak buahnya sudah menyiapkan mobilnya di depan, siap untuk di pakai oleh Bosnya ke rumah sakit.

*

Kody dan Hugo berhasil melumpuhkan Lukas bersama dengan anak buahnya.

Mereka telah menyelesaikan misi mereka, namun pikiran Kody saat ini hanya tertuju pada Laura.

Ia langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit di mana Laura berada.

Ia mengemudi dengan panik, melanggar semua aturan lalu lintas. Ia hanya ingin segera sampai di rumah sakit dan melihat keadaan Laura.

*

*

*

*

*

Kody berlari di lorong rumah sakit yang sepi dan dingin, jantungnya berdebar kencang.

Perasaan kalut dan gelisah mencengkeramnya saat mendengar kabar Laura, istrinya, mengalami kecelakaan.

Aroma obat menusuk hidungnya, menambah kesan mencekam.

Napasnya tersengal saat tiba di ruang tunggu operasi. Di sana, anak buahnya yang bertugas menjaga Laura, bersama dengan Connie, menunggu dengan wajah cemas yang semakin menambah kepanikan Kody.

"Apa yang terjadi?" tanya Kody dengan suara bergetar, mencoba menenangkan diri.

"Maaf, Tuan," jawab pengawal itu gugup, "Nyonya tertabrak mobil saat keluar dari toko roti menuju mobil."

"Di mana kau saat itu? Bagaimana bisa dia tertabrak?" Kody tidak bisa menyembunyikan emosinya, suaranya meninggi.

"Kody... tenanglah," Connie mencoba menenangkan dengan menyentuh lengannya, namun Kody terlalu panik untuk merespon.

"Nyonya menyuruh saya menunggu di mobil karena ia bilang hanya sebentar membeli roti. Kejadiannya begitu cepat, saya tak sempat menyelamatkan Nyonya," jelas pengawal itu dengan wajah pucat pasi, ketakutan terpancar jelas dari matanya.

Bugh...

Sebuah kepalan tinju mendarat telak di wajah anak buah Kody yang bertugas melindungi Laura. Amarahnya meledak, tak terkendali.

Pukulan itu membuat pipi pengawal itu memerah, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Ia tersungkur, tak berani melawan.

"Kody..." Connie segera bertindak, memeluk Kody erat dari belakang, berusaha menghentikannya sebelum keributan lebih lanjut terjadi di rumah sakit. "Kody, kendalikan dirimu!"

Kody mencoba mengatur napas, menenangkan diri. "Bagaimana keadaannya, Connie?" tanyanya dengan suara tercekat.

"Dia sedang ditangani oleh dokter yang berpengalaman. Kita tunggu saja sampai dokter itu selesai," jawab Connie lembut, mengusap punggung Kody.

"Apa kalian menangkap pelakunya?" tanya Kody lagi, matanya tajam memandangi pengawalnya yang masih menunduk.

"Ya, Tuan. Kami menangkap pelakunya saat berusaha melarikan diri. Pelakunya seorang wanita," jawab pengawal itu dengan nada takut.

"Wanita? Apa wanita itu mengenal aku dan Laura?" tanya Kody, curiga.

"Namanya Bianca Jefferson," ucap pengawal itu.

Mendengar nama itu, wajah Kody langsung berubah. Emosi yang tadinya mereda kembali membuncah.

Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

Bugh... bugh... bugh...

Kody melampiaskan emosinya dengan membabi buta, meninju dinding rumah sakit sekuat tenaga.

Ia tak peduli dengan rasa sakit, tak peduli tangannya terluka dan berdarah akibat tinjuannya.

"Kody... hentikan!" Connie berusaha menghentikannya, menarik-narik lengannya, namun Kody sudah dibutakan amarah.

Marco dan Celia tiba di sana, terkejut melihat pemandangan itu. Dengan sigap, Marco dan pengawal Laura mencoba menghentikan Kody.

"Kody... hentikan!" teriak Aunty Celia dengan nada cemas.

"Hentikan, Son," ucap Marco sambil menahan tubuh Kody dan memeluknya erat dari belakang. "Tenanglah, Nak."

Connie menangis melihat Kody yang tampak tak terkendali dan frustrasi.

Ia tahu betapa Kody mencintai Laura, dan rasa takut kehilangan membuat pria itu kehilangan akal sehat.

"Kau ingin membuat keributan saat istrimu sedang ditangani oleh dokter? Kau ingin membuat dokter kehilangan fokus menangani istrimu di dalam ruang operasi itu karena sikapmu saat ini?" ucap Aunty Celia dengan nada tegas namun penuh kasih sayang. Kata-katanya menusuk Kody, membuatnya tersadar.

"Aunty benar, Kody. Kau harus tenang. Agar saat dokter keluar setelah selesai menangani Laura, kau harus tenang dan menjaga Laura," ucap Uncle Marco, menimpali.

Marco melepaskan pelukannya perlahan setelah menyadari Kody sudah mulai tenang, meskipun napasnya masih tersengal-sengal.

Connie mendekati Kody, lalu melihat luka di tangan Kody saat ia meninju dinding rumah sakit. Darah masih menetes dari luka-luka kecil di tangannya.

"Aku akan mengambil obat untuk mengobati lukamu," ucap Connie dengan suara lembut, lalu berbalik dan mengambil peralatan medis untuk mengobati luka di tangan dan juga di wajah Kody.

Tak lama, Connie kembali dan mulai mengobati luka Kody dengan telaten.

Kody hanya diam, membiarkan Connie membersihkan dan membalut lukanya.

Mereka semua menunggu di ruangan tunggu, dalam diam dan kecemasan.

Laura masih berada di ruang operasi, di tangan para dokter yang berjuang untuk menyelamatkan nyawanya.

Waktu terasa berjalan sangat lambat, setiap detik terasa seperti siksaan.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!