NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:43.9k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25 hana mendonorkan darah

“felix kecelakan”

Hampir saja jefri oleng dan lepas kendali mendengar kabar itu

Flashback on

“Hua… hua… hua…” Felix terbangun dari tidurnya sambil menangis keras.

“Ateu… mana… ateu mana?” teriaknya melengking. Semalam ia tidur bersama Hana, namun saat bangun, Hana sudah tidak ada.

Baby sitter mencoba menenangkan, tetapi Felix semakin histeris. Ia melemparkan semua mainannya ke lantai.

“Aku mau sama Ateu!” jeritnya.

Viona segera masuk ke kamar Felix dengan wajah khawatir.

“Ada apa, sayang?” tanyanya sambil memeluk cucunya. Hanya Viona, Jefri, dan Hana yang bisa mendekap Felix tanpa ia menolak.

“Oma… Ateu mana?” Felix terus menangis membuat Viona heran.

“Ateu lagi bekerja sama Papih, Nak,” jawab Viona sambil membelai kepala Felix.

“Aku mau ketemu Ateu!” serunya semakin kencang.

“Baiklah, tapi berhenti menangis dulu, ya,” ucap Viona lembut. Meski begitu, hatinya diliputi kegelisahan yang sulit ia mengerti.

Viona lalu menghubungi Jefri melalui asistennya. Dari Doni, ia mendapat kabar bahwa Jefri sedang berada di mal bersama Hana.

“Siapkan mobil,” perintah Viona kepada ART.

Hari itu, Felix menolak dimandikan baby sitter. Ia hanya mau bersama Viona. Dengan sabar, Viona memandikannya sendiri, lalu mendandani cucunya dengan penuh kasih sayang. Jantungnya berdegup tidak karuan.

“Cucu Oma ganteng sekali,” katanya sambil menatap Felix penuh haru. Dalam hati ia bergumam, Sayang sekali, Melisa. Kau meninggalkan anak setampan ini.

“Nyoya, mobil sudah siap,” lapor seorang pengawal.

“Baik, Sayang, ayo kita berangkat.” Viona menggendong Felix, menciumnya berkali-kali, lalu masuk ke mobil. Ia duduk di bangku belakang bersama Felix, sementara sopir dan pengawal berada di depan.

Tiba-tiba pengawal berkata, “Nyonya, mobil pengawal sedang diservis. Sebentar lagi selesai. Apakah kita menunggu?”

“Enggak mauuuu!” teriak Felix, semakin keras.

Viona menghela napas. “Sudahlah, jalan saja. Suruh mereka menyusul,” katanya mantap.

Mobil pun melaju, membawa Viona dan Felix menuju tempat Jefri dan Hana berada… tanpa pengawalan lengkap.

Mobil yang ditumpangi Viona dan Felix melaju meninggalkan rumah. Jalanan siang itu ramai, namun sopir tetap menjaga kecepatan. Viona mencoba menenangkan cucunya yang masih sesekali merengek ingin bertemu Hana.

Namun, dari kaca spion, sopir menyadari ada sebuah mobil hitam yang sejak tadi mengikuti mereka. Tatapan seriusnya sempat tertangkap oleh pengawal yang duduk di kursi depan.

“Nyonya, ada yang mengikuti kita,” bisiknya pelan.

Viona menoleh. Jantungnya langsung berdegup kencang. Mobil hitam itu semakin mendekat, lalu berusaha menyalip. Tiba-tiba, dari arah samping, mobil tersebut menabrak dengan keras.

“Pegangan!” teriak sopir.

Benturan hebat membuat Felix menangis ketakutan. Sopir berusaha mengendalikan setir, namun mobil musuh kembali menabrak dari belakang. Tubuh Viona terhuyung, pelukannya semakin erat pada Felix.

“Papihhh… Omaaa…” jerit Felix panik.

Mobil mereka oleng dan menabrak pembatas jalan. Kaca depan pecah, suara logam bergesekan terdengar mengerikan. Sopir berusaha menyelamatkan, tetapi tubuhnya terhantam keras. Pengawal yang duduk di depan pun tak sempat melindungi diri.

Dalam sekejap, mobil terbalik di pinggir jalan. Asap mengepul dari kap mesin. Viona berusaha tetap sadar, meski kepalanya terasa berat. Ia masih mendekap Felix yang menangis tanpa henti.

Beberapa menit kemudian, suara sirene pengawal yang menyusul terdengar mendekat. Mereka segera turun dan berlari menghampiri.

“Cepat! Selamatkan Nyonya dan Tuan Muda!” teriak salah satu pengawal.

Dengan sigap mereka memecahkan kaca, menarik Viona dan Felix keluar tepat sebelum api mulai menjilat bodi mobil. Sopir dan pengawal yang ada di depan tidak tertolong, namun Felix dan Viona berhasil diamankan.

Jefri langsung memacu kendaraannya seperti orang kesetanan begitu menerima kabar kecelakaan. Gas diinjak dalam-dalam, Lamborghini itu melesat di jalan raya dengan suara raungan mesin yang membuat orang menoleh.

“Tenang, Ka… tenang! Jangan sampai kita yang kecelakaan,” seru Hana cemas.

Namun, Jefri tidak mendengarkan. Mobil berbelok tajam, berjalan zigzag, hampir saja menabrak beberapa kendaraan lain. Wajahnya pucat, napasnya memburu. Hanya satu yang ada di pikirannya: Felix dan Viona.

Setibanya di rumah sakit, Jefri langsung berlari ke ruang gawat darurat. Beberapa perawat tampak sibuk, suara monitor medis berbunyi bersahut-sahutan.

“Dimana Felix?, dimana ibuku”  teriaknya penuh panik.

Seorang dokter keluar, wajahnya serius. “Tuan, keadaan cukup kritis. Anak kecil bernama Felix mengalami pendarahan hebat dan membutuhkan darah segera. Nyonya Viona juga kehilangan banyak darah akibat benturan. Kami butuh donor sesegera mungkin.”

Tanpa pikir panjang, Jefri mengulurkan lengannya. “Ambil darah saya!”

Petugas segera melakukan pemeriksaan golongan darah. Namun beberapa menit kemudian, hasilnya keluar dan membuat semua terdiam.

“Maaf, Tuan… golongan darah Anda tidak cocok dengan Felix maupun Nyonya Viona.”

Jefri mematung. Wajahnya pucat pasi. Tangan yang tadi mengepal kuat kini gemetar.

“Aku… tidak bisa menolong mereka?” bisiknya lirih. Wajahnya panik, tubuhnya bergetar, dan rasa frustrasi menghimpit dadanya.

“Ambil darah saya!” ucap Hana tiba-tiba, menyadari bahwa golongan darahnya cocok dengan Felix.

“Tidak boleh! Kamu orang asing, tidak pantas darahmu mengalir ke tubuh anakku!” bentak Jefri dengan nada marah.

Hana terdiam. Hatinya perih. Niat baiknya ditolak begitu saja. Ia menunduk, panik melihat kondisi Felix yang semakin kritis.

“Berapa lama saya harus mendapatkan pendonor?” tanya Jefri dengan suara bergetar.

“Enam jam paling lambat,” jawab dokter tegas.

Dengan terburu-buru, Jefri meraih ponselnya. Ia menekan nomor Melisa.

“Melisa…” suara Jefri bergetar. “Felix kecelakaan. Cepat datang ke rumah sakit.”

Dari seberang terdengar jawaban panik. “Aduh, maaf Jef… aku ada di Jepang sekarang.”

“Aku kirim jet pribadi! Berapa lama paling lambat kamu bisa ke sini?” tanya Jefri penuh harap.

“Enam jam,” jawab Jefri cepat.

“Tidak keburu, Jef. Coba cari yang lain,” balas Melisa sebelum sambungan terputus entah kenapa.

“Arrggghhh!” Jefri berteriak frustrasi.

Sementara itu, monitor di ruang gawat darurat menunjukkan detak jantung Felix semakin melemah. Viona juga terus kehilangan banyak darah. Waktu mereka hampir habis.

Hana melangkah cepat ke arah dokter. “Dokter, golongan darah saya sama dengan Felix. Ambil sebanyak yang dibutuhkan, asalkan Felix selamat!” ucapnya tulus.

“Tidak!” bentak Jefri lagi. “Kamu hanya orang asing. Kamu tidak berhak, dan tidak pantas!”

“Diam!” seru Hana, matanya berkaca-kaca. “Aku manusia, bukan makhluk asing. Hentikan egomu, Jefri!”

Hana menoleh ke dokter. “Ambil darah saya, Dok!”

Dokter ragu, lalu melirik Jefri. Hana semakin marah. “Anda dokter, bukan? Turunkan rasa takutmu. Ingat kemanusiaan!”

“Baik… baik, Nona,” jawab dokter akhirnya.

Hana menatap Jefri dengan ketegasan penuh. “Dan aku akan pergi setelah mendonorkan darah ke Felix. Bilang saja nanti pada anak itu, ibunya yang jadi donor.”

Jefri hendak menjawab, tetapi seorang perawat masuk tergesa.

“Pak Jefri, Nyonya Viona juga butuh darah.”

Hana menoleh tajam pada Jefri. “Cari pendonor untuk ibumu. Felix biar aku yang urus. Jangan keras kepala, atau kamu akan menyesal!”

Untuk pertama kalinya, Jefri yang arogan dan keras kepala hanya terdiam. Ketegasan Hana membuatnya kehilangan kata-kata.

Segera setelah itu, Jefri menelpon beberapa orang. “Andri, tante kamu kecelakaan. Dia butuh darah, cepat datang ke rumah sakit!”

Hana yang mendengar nama itu bergumam dalam hati, Jangan bilang kalau Andri—mantan pacar Sinta—ternyata masih ada hubungan saudara jefry

1
Sholikhah Sholikhah
pak Romi dan Maharani langsung dapat mantu double 😄😄😄😄
Sholikhah Sholikhah
satu sama yah kakak yah adik 🥰🥰🥰🥰🥰
Arga Putri Kediri
menarik
Widya Herida
lanjutkan thor ceritannya bagus
Widya Herida
lanjutkan thor
Pipit Rahma
hayo bongkar kasih pelajaran si sinta. sama mamahnya lanjut kasih tau......
Sholikhah Sholikhah
apakah Andri itu anak Maharani ? soalnya kalau ya, kan gak boleh nikah sama Hana sama sama satu ibu
Sholikhah Sholikhah
keluarga bodoh, sering bolak balik rumah sakit tapi kok malah gak mikir buat test DNA
merry
berati Sinta tu ank mirna dan hana anky maharani,, mky perlakuan mirna ke hana beda,, berati mirna ada dendam ke maharani di msa lalu jdi terbawa smpai skrg dan hana jdi korban ya,,
merry
aduhh mau mau y ketipu mn uang di porotin tar dsrh gnti gk bs lgg,,
Sholikhah Sholikhah
keluarga kaya tapi kok bodoh, kenapa gak test DNA aja sih
Asphia fia
bukanya sinta anak mirna , hana yg anak tiri berarti yg saudara andri hana dong
Wien Ibunya Fathur
wah... yang sadar kalau anak aslinya Hana cuma Roni...
secepatnya pasti terkuak dan Andri gak jadi sama Hana deh 😅😅
Pipit Rahma
kasih tau kalo hana sebenar anak kandungnya....
Widya Herida
lanjutkan thor
Dewi Anggraeni
kan hana sodra nya andri
Pipit Rahma: cepat kasih tau hana kasihan dia. enak benar si sinta padahal bukan anaknya.....
total 2 replies
merry
ribet klo andri nikh sm hana,, ap lg Sinta adik Tri ya bklnn ribut x tuu iri dengki jahat licik juga nnti hana di jdinn sama aku hidup lgg,,secara Sinta ajj ud jdi pelakor rebut riko dr hana,, bs jdi knn Sinta yg licik ngehasut maharani biar bnci hana,, bgs dgn jefri tuu
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih lo mampir
total 1 replies
Dewi Anggraeni
menyesal yg sudah terlanjur Riko
Dewi Anggraeni
ea ate asiap asal papa kamu mode . oanda jgan mode singa 😄😄
Dewi Anggraeni
jadi andri saudaraan dgn sinta
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!