NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:54k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.

Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.

Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ledakan Perang

Di puncak gemuruh ledakan itu—

GROAAARRRRHHH!!!

Langit yang semula menyala keperakan meledak menjadi pusaran merah tua bercampur ungu kehancuran, seperti luka terbuka di tubuh dunia.

Suara seperti genta raksasa yang dihantam bertubi-tubi—

DUUUMMM!!!

DDUAARRRHH!!!

—mengguncang seluruh penjuru Alam Rahasia Qianlong yang mulai runtuh dalam deru maha dahsyat. Celah-celah retakan menyebar seperti jaring laba-laba di cakrawala, dan energi spiritual menumpah ruah seperti banjir surgawi yang kehilangan kendali.

WHOOSHH!!!

Semburan energi liar itu menyapu daratan, membentuk pusaran-pusaran brutal. Tubuh-tubuh para kultivator—mereka yang belum mencapai ranah Martial Ancestor—terangkat ke udara, beterbangan tak berdaya seperti daun musim gugur yang tertiup badai.

Raungan binatang dan suara-suara aneh meledak satu per satu saat celah-celah dimensi terbuka—

REEEEEHHH!!!

KRAAAKKHH!!!

SSHHHHRRRRR!!!

Jutaan binatang roh berhamburan dari dalam tanah dan langit, seakan seluruh isi perut dunia ini dimuntahkan sekaligus.

Dan di tengah-tengah kekacauan itu… dua sosok berdiri tegak.

Yang satu—

Kui—mengarungi badai dengan sayap-sayapnya yang menjulur megah.

Pasang pertama—kulit kelelawar kelam, melengkung seperti pisau malam, berdenyut samar, setiap geraknya menebar gemuruh halus dalam jiwa.

Dum… dum…

Pasang kedua—sisik naga purba, hitam keperakan, memantulkan kilatan api kehancuran di langit, tajam seperti tombak langit.

Krinkk… klink…

Dan pasang terakhir—sayap phoenix kelam kebiruan, menari dalam api kegelapan yang membalikkan konsep kehidupan. Api itu tak membakar, tapi membusukkan makna waktu.

Fshhhh… tzzzzhhh…

Ia tampak seperti raja iblis yang baru bangkit dari takhta kehampaan.

Dan di hadapannya, berdiri Zhang Wei—namun bukan Zhang Wei yang dikenali semua orang.

Sosoknya masih sama, tapi aura yang menyelimuti tubuh itu... terlalu asing.

Diam, tapi mengancam.

Tenang, tapi menghancurkan.

Tubuh itu seperti hanya wadah dari sesuatu yang jauh lebih besar—lebih purba.

Ming Rui yang sejak awal mencoba mengikuti pergerakan mereka, kini berdiri kaku. Rong Fan pun menyipitkan mata, suara-suara binatang roh di sekeliling tak lagi penting.

"Itu... bukan Zhang Wei yang kita kenal..." suara Ming Rui lirih, hampir tak terdengar, tapi gemetarannya terasa dalam udara yang dipenuhi kilatan energi.

Di langit, empat makhluk kolosal mulai menampakkan diri satu per satu.

Gurita Pemakan Jiwa—tentakelnya bersinar dengan glyph kuno, dan setiap gerakannya mengiris suara jiwa.

KRRHHHHHHHHHH…

Phoenix Salju Hitam—menyebarkan badai es di sekitarnya, dengan tiap kepak sayapnya menghembuskan kematian beku.

WWWOOOSHHHHH!!!

Ular Baja Bercula Sepuluh—berdesis dan melilit udara, suaranya seperti logam diseret di atas batu.

GREEEHHHHTTT!!

Dan Naga Batu Tanah Murni—mengeram, tubuhnya seperti gunung yang bangkit dari dasar bumi, menciptakan gempa di tiap langkah.

DUUUMM… KRAK!!! DUMMM!!!

Ming Rui segera berseru sambil melompat ke arah Rong Fan,

"Kita harus menarik mundur warga Benua Tengah! Sebelum semuanya terseret dalam bencana ini!"

Rong Fan tak menjawab, tapi wajahnya menegang. Mereka berdua langsung melesat ke arah wilayah bawah, menerobos celah waktu yang sempit sebelum kehancuran menyapu semuanya.

Sementara itu, Kui dan sosok Zhang Wei yang tak dikenali saling berhadapan. Udara di sekitar mereka meliuk tak wajar, seakan dimensi sendiri terbelah di antara dua kutub kekuatan.

Tidak ada kata. Hanya tekanan.

Dan tekanan itu… cukup untuk mematahkan kehendak siapa pun yang menyaksikannya.

Di langit yang koyak, langit ketiga mulai turun perlahan—

Bukan langit baru, tapi amarah lama yang terbangun.

Dan dunia tahu, sesuatu yang tak seharusnya terbangun… telah kembali.

***

Langit merah pekat dihiasi semburat petir ungu yang mengoyak cakrawala, menggetarkan tanah seolah dunia akan runtuh. Di medan perang yang kacau, para pemimpin dari berbagai sekte dan organisasi berdiri di garis depan, menahan gelombang binatang roh yang datang bagaikan banjir maut. Petir spiritual, api surgawi, dan senjata sakti melesat dari segala arah—menciptakan tontonan megah yang membuat udara terasa berat dan padat oleh kekuatan.

Di sisi lain, Ming Rui dan Rong Fan berhadapan dengan empat makhluk kolosal yang tubuhnya menjulang laksana menara iblis. Masing-masing makhluk memiliki kekuatan penghancur benua, namun dengan hanya sepuluh persen dari kekuatan sejatinya, Ming Rui mampu menghancurkan satu dalam sekejap. Tubuh kolosal itu meledak menjadi kabut darah... tapi sebelum serpihannya menyentuh tanah, tubuh itu kembali disusun oleh kekuatan hitam yang mengalir dari langit—dibangkitkan ulang oleh Kui.

"Menjijikkan..." desis Ming Rui. "Berapa kali lagi kau ingin kuhabisi, kau boneka busuk?!"

Dengan sekujur tubuh diselimuti aura perak keunguan, matanya menyala bagaikan bulan berdarah. Dia mengangkat tangannya, dan sebuah bola cahaya raksasa mulai terbentuk, kekuatan suci yang cukup untuk memusnahkan seluruh daratan. Namun sebelum dilepaskan, Rong Fan menahan tangannya dengan mata membara oleh kesadaran.

"Rui! Hentikan! Kalau kau melepaskannya, bukan hanya kolosal itu—jutaan orang di wilayah ini akan ikut lenyap!"

"Aku tak peduli! Kalau ini terus berlanjut, mereka semua akan mati juga!" teriak Ming Rui, tapi tangannya gemetar.

Rong Fan menggertakkan gigi, lalu mendekat dan menatapnya tajam. "Kalau kau kehilangan kendali, lalu siapa yang akan menyelamatkan Zhang Wei? Siapa yang akan menahan Siluman itu kalau bukan kita? Percayakan pada dia..."

Di tengah huru-hara itu, di bagian terdalam dari medan tempur, dua sosok berdiri di antara dunia yang retak—Zhang Wei dan Kui. Tubuh Zhang Wei compang-camping, darah menetes dari sudut bibirnya, tapi kedua matanya menyala bukan oleh tekad, melainkan oleh cahaya ilahi yang tak berasal dari dirinya sendiri. Aura lembut dan agung mengalir dari tubuhnya, bagaikan kabut embun pagi yang menyelimuti jurang neraka.

Namun cahaya itu mulai redup. Kekuatan yang mengendalikan tubuhnya berguncang—lemah.

Sosok agung di dalam dirinya, yang berdiri dengan tubuh cahaya samar, mulai kehilangan bentuk. Suaranya lembut, namun menyayat jiwa.

"Maaf, Nak... Ibu tak bisa bertahan lebih lama lagi," bisiknya, nyaris seperti doa yang tenggelam dalam gemuruh. "Mantra yang ibu tanam padamu... terlalu lemah..."

Zhang Wei terdiam, bibirnya bergetar, namun ia tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Tubuhnya hanya bisa menggigil, seolah menyadari bahwa yang menggerakkan tubuhnya selama ini... adalah seseorang yang selalu mengawasinya dari jauh, dalam diam.

Sosok itu tersenyum tipis dan menengadah ke langit yang mendidih.

"Biarlah ibu menutup panggung ini dengan satu lagu terakhir..."

Tangan Zhang Wei terangkat pelan, dan dari telapak tangannya, embun keperakan mulai berkumpul, berputar, menari, menyatu dalam formasi kuno yang tak bisa dibaca oleh siapa pun.

Ledakan cahaya meledak bagai fajar yang memaksa malam untuk pergi. Jurus terakhir itu—ledakan embun—melesat menghantam Kui tepat di sisi tubuh kirinya. Dalam sekejap, separuh tubuh Kui—dari bahu hingga pinggang—menghilang dalam pusaran cahaya yang mendidih. Jeritan siluman itu mengguncang langit, suaranya menusuk langit seperti lolongan zaman purba.

Namun setelah serangan itu, tubuh Zhang Wei jatuh lemas. Aura cahaya lenyap. Sosok agung... telah benar-benar hilang.

"Zhang Wei!!!" teriakan Ming Rui mengguncang dunia. Tubuhnya melesat seperti kilat, menerjang kolosal yang menghadangnya tanpa ampun. Darah dan cahaya menyembur di belakangnya saat ia terbang menerjang, hanya demi satu hal—

Menyelamatkan keponakanya.

...****************...

Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, izinkan saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pembaca setia yang telah menantikan kelanjutan kisah ini.

Saya sangat memahami betapa berartinya kisah Zhang Wei bagi kalian semua, dan saya pun tidak pernah berniat untuk menghentikan langkahnya. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, saya disibukkan oleh berbagai hal penting yang menyangkut masa depan saya, termasuk penyusunan jurnal, pengumpulan berkas-berkas penting, dan segala persiapan untuk proses kelulusan serta wisuda dari jenjang kuliah.

Terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian yang luar biasa. Tanpa kalian, kisah ini tidak akan pernah hidup seperti sekarang. Mari kita lanjutkan perjalanan menuju klimaks yang telah lama dinantikan.

1
budiman_tulungagung
gass... satu bab satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
gass satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lanjutttt
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lagi
budiman_tulungagung
tetap satu mawar 🌹 satu bab
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
apakah Zhang Wei akan menemukan Lin Mei
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Puitis..
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kopi... Kopi...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Makjlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Nostalgia
irul
vote meluncur💪💪💪
yuliati sumantri
sehat selalu ya.
yuliati sumantri
haduh kemenangis ......
yuliati sumantri
nangis ya. kalau hutang nyawa susah, sdh Setara dengan ortu.
sie ucup
mantap banget alurnya Thor👍👍
saniscara patriawuha.
wes augustus saiki,, mbokkk mei nya masih turu....
saniscara patriawuha.
gasssss maninggg manggg zhongggg.....
saniscara patriawuha.
manggg lin yanzai lagi retret tertutup....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!