Ketika keturunan mafia menyamar menjadi mahasiswa yang dibully!
William Stone-Brooks memiliki maksud tersendiri hingga memilih berkuliah untuk kedua kalinya di Venesia Italia, menyamar menjadi pria pendiam, culun dan sering di-bully. Hingga satu insiden yang membuatnya tertarik kepada seorang gadis yang berani membelanya tatkala semua hanya diam saat pembullyan terjadi. Jane Stewart, itulah nama gadis pemberani dan sangat energik.
Dengan maksud terselubung, William berhasil mendekatinya hingga menjalin hubungan kekasih dengan Jane sampai hari itu tiba.
“Aku tidak ingin berurusan denganmu Mr. Mafia.” Gertak Jane menatap tajam penuh amarah ketika dia merasa dikhianati oleh pria yang pernah dia cintai.
“Sekarang kau akan selalu berurusan denganku, ketika aku akan menjadikan mu sebagai milikku, Jane Robinson.”
Deg!
SEASON 2 DARI A Baby For The Mafia Boss
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEiaMM — BAB 31
AMARAH WILLIAM
Sebelum pulang ke mansion, Will mampir ke pelabuhan, hanya sekedar memeriksa saja dan sangat disayangkan dia malah bertemu dengan sekelompok penyusup di sana. Tentu saja Will tak melepaskan mereka begitu saja sebelum memberinya hukuman.
Setelah memberikan hukuman, barulah dia kembali ke mansion dengan tenang.
.
.
.
“Apa ada serangan lagi malam ini?” tanya Stacey yang baru saja tiba menghampiri Aurora yang kini duduk di ruang perapian dan baru saja selesai menelepon seseorang.
“Tidak ada. Mungkin itu hanya gertakan Bibi. Mereka sengaja tidak menyerang lagi karena mereka tahu, serangan keduanya akan berdampak buruk kepadanya.” Jelas Aurora dengan kerutan alis.
Stacey duduk di sofa singel menatap ke Aurora. “Aku sudah menyuruh beberapa anak buah untuk mencari pelakunya sebelum Will yang menemukannya.” Jelas Stacey yang juga disetujui oleh Aurora sendiri.
“Tapi jika Will yang mencarinya, itu lebih mempercepat semuanya!” lanjut Stacey tersenyum kecil.
“Jika dia tahu, dia akan menggila. Aku mencoba untuk tidak menjadikannya sebagai pembunuh, aku tidak ingin kehilangan nya.” Jelas Aurora dengan tatapan sendu saat ia mengatakannya dengan marah sekaligus cemas.
Jane yang belum kembali ke kamar, wanita itu mencoba mengintip dan mendengar percakapan kedua wanita tadi dengan baik-baik dan secara diam-diam.
Jika dia bertanya, toh mereka belum tentu akan memberitahunya bukan.
“Seharusnya aku masuk sebelum dia akan datang!” ucap Aurora tersenyum kecil hingga ia mengurungkan kembali niatnya yang hendak bangkit dari duduknya saat melihat pria bermata tajam dengan kemeja hitam itu baru saja masuk.
“Apa yang coba kalian sembunyikan hm?” tanya William yang berjalan ke arah Aurora dan Stacey yang terlihat pasrah saat akhirnya Will akan tahu juga.
Aurora menoleh ke Stacey yang menggeleng kecil kepadanya seolah dia lepas tangan karena tak akan bisa untuk membujuk seorang William Stone-Brooks saat ini.
“Tidak ada!” jawab Aurora mau tak mau dia yang menjawabnya. Namun itu justru membuat Will berkerut alis saat melihat perban yang tertutupi oleh poni rambut panjangnya Aurora.
Pria itu berjalan maju dan langsung menyibak rambut Aurora dan melihat adanya perban di sana. “Siapa yang melakukannya?” tanya Will menatap tegas ke Aurora.
Jane berkerut alis saat dia memperhatikan dan mendengarkan ucapan Will yang terdengar cemas. -‘Dia mencemaskan nya, tapi mereka tidak akur?’ batin Jane terheran.
“Ini hanya luka biasa, aku terbentur saat terlalu fokus ke tab kerjaku, itu saja. Dan iya, kau baru saja memeriksa— ”
“Jangan mengelaknya Aurora! Katakan, siapa yang melakukannya?” tegas Will menatap tajam wanita itu.
“Seseorang yang tidak kami kenal Will. Ada beberapa orang yang menyerang toko butik Aurora, tapi mereka bukan perampok ataupun melukai para pegawai di sana. Tapi Aurora... Mereka menyerangnya saat dalam perjalanan.” Jelas Stacey.
Will mendengarkan nya, tatapannya masih mengarah ke Aurora yang nampak tegang sendiri.
“Lalu di mana asisten mu saat itu? Bukankah dia harus menjagamu?” gertak Will yang membuat Aurora cukup tertegun karena Dante harus terseret dan akan selalu seperti itu. Karena memang, Will mempercayakan kakaknya kepada Dante.
“Di-dia tidak tahu apapun, aku yang menyuruhnya untuk istirahat. Tolong jangan salahkan dia Will!”
Tak ingin mendengarkan penjelasan Aurora, Will langsung saja berbalik pergi menuju ke luar. Oh, tentu saja Aurora segera mengikutinya dan mencoba menghentikan tindakan apa yang akan Will lakukan.
Jane tak tinggal diam, dia juga mengikuti mereka secara terus terang. Hingga William yang keluar rumah dan berdiri di halaman mansion langsung memanggil lantang. “DANTE!!”
Sangat keras penuh emosi. Pria bernama Dante segera menghampirinya, menghadap ke William dengan penuh keberanian dan ketegasan.
Brugh! Satu pukulan berhasil mendarat di pipi pria itu cukup keras sampai sudut bibir Dante berdarah. “Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk memaksa ikut dengannya, huh?” tegas Will.
“Will! Hentikan, dia tidak bersalah dan ini bukan waktunya— ”
“AKU MENGIRIM PRIA INI UNTUKMU, DAN UNTUK MELINDUNGIMU DARI BAHAYA DI SAAT AKU TIDAK ADA UNTUKMU AURORA!!” sentak Will.
“TAPI DIA TIDAK BERSALAH, DIA TIDAK TAHU DAN AKU SENDIRI YANG MENYURUHNYA UNTUK ISTIRAHAT!” sentak balik wanita itu dengan mencengkram kemeja Will.
Tetap saja, Wil dan Dante sudah melakukan kesepakatan mereka satu sama lain.
Tatapan tajam Will yang tadinya mengarah ke Aurora dan Dante dengan marah, kini pria itu menoleh ke istrinya yang berdiri di sebelah Stacey dengan tatapan tegang. Dalam sekejap, pria itu langsung cekatan akan sesuatu.
Tanpa di duga, Will langsung berjalan menuju Jane yang terlibat benar-benar panik saat Will menghampirinya dengan tatapan ancaman. Pria itu langsung meraih lengan kanan Jane dan membawanya paksa ke mobil hitamnya.
Tak ada pemberontakkan dari Jane, wanita itu hanya diam dan menurut saat Will memasukkannya ke dalam mobil. Yaa... meski Jane sedikit kesal dengan tindakan Will seperti itu.
“Kau sedang apa Will? Apa yang kau lakukan kepadanya?” tegas Aurora menatap tajam ke adiknya yang hendak masuk ke mobil.
“Akan aku cari orang itu. Dan menyeretnya kehadapan mu, mereka harus membayar dengan nyawanya karena sudah berani menyakitimu.” Tegas Will menatap tajam dan dingin ke kakaknya yang langsung tak bisa berkutik lagi.
Will masuk ke mobilnya saat dalam sekejap mobil tersebut melaju keluar melewati gerbang Mansion. Sedangkan Aurora nampak terdiam dengan kebingungan.
“Bibi, dia— ”
“Biarkan dia menyelesaikan nya Aurora!” ucap Stacey dengan serius kali ini. Mereka tak akan bisa menghentikan Will dari kemarahannya saat ini. Itu hanya sia-sia saja.
Dengan tatapan sendu, Aurora menatap ke Dante yang masih diam dengan wajah tegas melihat situasi di sana.
“Maafkan aku!” ucap wanita itu kepada asistennya. Aurora baru tahu kalau Will yang mengirim Dante untuknya. Selama ini Aurora berpikir bahwa Dante hanya seorang pria yang datang melamar pekerjaan dengan sukarela tanpa perintah dari orang lain.
“Maaf, Anda harus mendengar kebenarannya.” Balas pria itu terlihat sungkan.
“Tidak apa! Kau berulang kali melindungi dari orang-orang jahat dan keterlaluan!” balas Aurora tersenyum tipis lalu kembali menatap ke gerbang Mansion dengan tatapan khawatir akan Jane yang dibawa oleh Will.
Sementara Stacey sudah menebaknya bahwa pasti ada hubungannya dengan Robinson. Itu sebabnya Will membawa Jane, untuk apa? tentu saja untuk umpan sebelum memangsa seseorang.
...***...
[“Nyonya! Jane baru saja keluar bersama William Stone-Brooks.”] Ucap seorang pria mata-mata yang ditugaskan oleh Karen di area mansion Stone-Brooks. Namun kini dia terpaksa mengikuti mobil Will secara diam-diam saat melihat Jane keluar bersama Will.
Karen terdiam beberapa saat hingga dia menyeringai kecil. [“Pancing mereka ke tempat yang sepi, Lena akan datang membantumu dan pastikan bahwa Stone-Brooks tidak membawa anak buah... ”] Pinta Karen yang dimengerti oleh pria itu.
Ia terlihat puas saat berhasil memancing amarah Will dengan melukai kakaknya. Jika seperti ini maka semuanya akan lebih mudah bagi Karen untuk membunuh Jane dan melakukan keuntungannya dengan dan secara diam-diam di belakang ayahnya.
semoga dari restui 🫶