Keluarga Grand Duke Chamberlain yang hidup dalam keharmonisan dikejutkan dengan kedatangan Putri asli setelah 20 tahun usai insiden yang menewaskan Amrielle, Grand Duchess Chamberlain sebelumnya.
Kedatangan Calista otomatis mengusik Faelynn, Sang Putri palsu yang selama ini di besarkan tanpa kekurangan apapun.
"Apa Kau tidak merasa janggal dengan dirinya yang tiba-tiba ada di Kediaman ini ? Putri asli yang muncul setelah sekian lama, kira-kira apa pemicunya ? Kita tidak akan tahu sampai Dia bertindak. Aku bahkan tidak mendapat gambaran sedikit pun untuk masa mendatang. Calista itu terlalu tenang. Terlalu sunyi. Terlalu tersembunyi. Dia bermain terlalu rapi." —Putra Mahkota, Davendra Czar Aberstwyth
“Jangan sentuh Aku dengan tangan kotor Mu! Ayah tidak mungkin memihak Mu hanya karena hal yang terjadi malam ini!” —Faelynn Lirael Chamberlain
“Tapi Kau di tampar ‘Hanya karena’ hal yang terjadi malam ini Faelynn, sebanyak dua kali malah. Huhuhu," —Calista
=> Silahkan dibaca♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 07
Calista sudah berhasil membuat Jayendra keluar dari dalam dapur. Para pelayan kembali menghirup udara segar dan keluar dari rasa tegang. Mereka sungguh berterimakasih pada Calista yang memikirkan posisi para pelayan yang selalu tidak diuntungkan di situasi apapun.
Namun di sisi lain, Mereka merasa kasihan pada Calista. Dia pasti akan kena omel habis-habisan oleh Jayendra yang sudah memasang tampang marah. Berdesak-desakan Mereka menguping di pintu, khawatir pada Calista namun tidak ada hal lain yang bisa mereka lakukan.
“Kenapa Kau tidak bergabung saat makan siang tadi ? Ayah jadi menyalahkan Ku karena tidak mengurus Mu dengan baik.” Kelakar Jayendra dengan tangan yang terlipat di atas da*da. “... Aku sudah menyuruh Eva, pelayan Faelynn untuk memanggil Mu di kamar. Tapi Kau tidak ada. Dia mencari Mu tapi tidak ketemu-ketemu sampai Kami menyelesaikan makan siang. Siapa sangka Kau malah berbaur dengan para pelayan. Apa Kau serius ? Kenapa memilih Mereka dari pada akrab dengan keluarga Mu ?”
“...”
Keheningan sempat menyelimuti situasi selama beberapa detik. Dengan posisi tegak yang sama, Calista mengangkat kepala kemudian mengunci atensi nya hanya mengarah pada Jayendra seorang.
“Anda sudah selesai berucap, Tuan Muda Jayendra ?”
“Apa ? Kau meremehkan—“
“Sama sekali tidak.” Potong Calista. “...Saya hanya memastikan Anda sudah selesai berbicara, agar Saya pun bisa berbicara. Pertama, Anda sendiri tidak mengatakan apa-apa terkait makan siang. ‘Ini kamar Mu.’ ‘Pelayan akan di kirim setelah pemilihan ketat’, hanya dua kalimat itu yang Anda beritahukan pada Saya.”
“... Kedua, pelayan bernama Eva itu berbohong. Kami bertemu saat Saya sedang menjemur cucian dengan pelayan lain. Namun Dia tidak mengatakan apa-apa.”
“...Ketiga, Kenapa Saya tidak berbaur dengan Kalian yang merupakan bangsawan ? Karena kehadiran Saya telah Mengacaukan hubungan harmonis yang ada. Apa Anda pikir Saya akan Dengan tidak tahu malu mencari muka agar bisa akrab dengan Kalian ? Dari pada dengan Kalian, Saya lebih suka dengan para Pelayan.”
“... Karena selain memiliki latarbelakang masa lalu yang sama dengan Mereka, Saya ingin beraktifitas. Tidak mungkin Saya hanya diam selama berjam-jam di dalam kamar. Terakhir, Tuan Muda Jayendra, tolong perlakukan para pelayan dengan baik. Mereka juga manusia. Anda tidak bisa hidup tanpa Mereka.”
“Hah! Hahaha! Aku tidak bisa hidup tanpa Mereka ? Aku membayar jasa Mereka—“
“Benar Anda membayar mereka, tapi hanya sampai disitu. Mau Anda apakan harta melimpah itu jika semua orang di dunia ini adalah Bangsawan ? Hm ?”
“Kau... Kurang ajar sekali lebih membela para pelayan dari pada diri Ku yang merupakan Kakak Mu ?!”
“Maaf atas kelancangan mulut Saya, Tuan Muda Jayendra. Saya sudah siap menerima hukuman apapun.” Ucap Calista yang sudah membungkuk penuh hormat.
Sikap dan juga perkataannya ini membuat Jayendra naik pitam. Dia berkelakuan tidak sopan dengan memarahi Jayendra, namun disaat bersamaan Dia juga bersikap seperti pelayan yang sudah tau letak kesalahan dan meminta maaf.
“Tcih! Aku ingin memberi Mu hukuman namun Ayah pasti akan mengetahui hal ini. Jadi tidak perlu. Intinya Kau sudah meminta maaf karena lancang berbicara seperti itu pada Ku. Saat makan malam, Eva akan memanggil Mu. Makan malam di kediaman ini tepat jam delapan. Ingat itu baik-baik.”
Jayendra pun pergi meninggalkan Calista. Setelah menghela nafas panjang, Calista masuk kembali ke dapur dan langsung di peluk oleh Desi dan pelayan wanita yang lain. Sedangkan Pelayan Pria berkumpul dan merasa senang dengan Calista yang memiliki sikap yang tegas dan berani.
Mereka semua bersyukur karena Calista tidak ditindas. Tetapi menindas balik walaupun Tuan Muda Jayendra tidak menyadari hal ini.
...***...
15 menit sebelum jam 8 malam, Eva sudah mengetuk pintu kamar Calista.
Dengan tidak tahu malu Dia memandu jalan tanpa meminta maaf bahwa Dia telah memanipulasi infomasi yang diberikan pada Jayendra.
“Terimakasih karena telah menjemput Ku,” tutur Calista yang berjalan di belakang Eva.
“Hmpt! Bukan apa-apa.”
“Dan maaf karena harus merepotkan Mu tadi siang. Pasti Kau sangat kesusahan mencari Ku, Aku sungguh minta maaf.”
“!” Eva berhenti. Perkataan Calista memang terdengar jelas tengah meminta maaf, namun tidak dengan nada bicara nya.
“Kau tau Aku telah berbohong pada Tuan Jayendra ? Hah! Kau ingin mengancam Ku ? Silahkan saja. Tapi itu tidak akan berhasil. Kau tidak punya siapa-siapa di kediaman ini!” Ucap Eva sambil menunjuk kasar bahu kiri Calista.
“...”
Hening. Calista tidak termakan provokasi nya.
“Hehehe, terimakasih karena telah mengantar Ku, Eva. Sampai bertemu lagi.” Tutur Calista sambil menepuk pelan ‘Bahu Kiri’ Eva dan berjalan mengikuti langkah pelayan lain yang bertugas mengantarkan makanan.
“Apa-apaan ? Kenapa tubuh ini merinding ?” Monolog Eva dan berjalan pergi. Mengabaikan sinyal bahaya yang dikirimkan tubuh.
...***...
Setelah Jarrel masuk, makan malam pun di mulai.
Faelynn menatap Calista dengan intens, kemudian ber batin. “Mari Kita lihat cara makan kamungan Mu itu. Aku akan langsung memermalukan Mu.”
Namun yang di harapkan tidak kunjung terjadi. Calista makan dengan anggun. Dia tau sendok dan garpu apa yang harus digunakan. Steak sapi yang tersaji itu di makan sesuai tata krama bangsawan.
“Apa Kakek dan Nenek menyewa guru privat dua minggu sebelum Dia datang ?” Batin Faelynn meremas garpu.
“Kau tidak makan, Faelynn ?”
“Oh, tentu Aku akan makan Kakak. Aku hanya sedikit termenung saja.” Jawab nya dan kembali berucap di dalam batin “Tapi tidak masalah. Jika tata Krama Mu baik, maka selamat menikmati sup itu... Calista.”
Calista pun kini mencicipi sup tanpa mengetahui niatan jahat dari Faelynn.
“...” Tanpa suara, Calista meneriaki rasa sup yang sangat asin itu dengan wajah berkerut.
Calista langsung tau penyebab sup yang terasa asin. Dia pun mengabaikan sup dan fokus pada menu yang lain. Dia sebenarnya punya toleransi yang tinggi pada makanan yang keasinan. Sang Ibu hampir selalu memasak dengan cita rasa asin yang berlebihan karena kurangnya pengalaman memasak. Namun sup kali ini sudah kelewat asin. Sekitar dua sendok garam di masukkan dalam satu mangkuk milik Calista.
“Calista, apa makanan itu cocok di lidah Mu ?” Ucap Faelynn dengan penuh perhatian.
“Tentu, rasa nya sangat nikmat.”
“Tapi kenapa wajah Mu seperti itu ? Ah, pasti makanan bangsawan terasa asing sekali di lidah Mu. Tidak apa-apa Calista, Kau akan terbiasa seiring berjalannya waktu.”
“Umm, terimakasih Faelynn.” Tutur Calista dengan senyum yang merekah indah. Senyum itu menenangkan bagi Jarrel, namun Dia menyangkal bahwa Dia merasa senang setiap kali Calista tersenyum.
Walau Calista tau Faelynn yang membuat sup terasa asin, Dia tidak menunjukkan kebencian. Dari sorot matanya, Dia ingin akrab dengan Fiorrela maupun Faelynn.
Dan sorot mata itu membuat Faelynn membenci Calista yang tidak bereaksi sesuai kemauannya.
Sekesal apapun, Faelynn tetap harus makan.
“Oho~ Jangan bilang Kau tidak akan memakan tomat itu,” tutur Jayendra yang duduk di sebelah nya.
“Tentu. Tomat tidak enak.” Jawab Faelynn sambil sedikit menjulurkan lidah.
“Berikan pada Ku.”
Faelynn pun langsung menyuapi tomat itu, Fiorrela tertawa karena sekalipun mengolok sang Adik, Jayendra tetap perhatian.
“Kau tidak akan bisa memiliki penglihatan yang jernih.” Sambung Jarrel terkekeh pelan.
“Aku sudah 20 tahun, Ayah.”
“Hahaha, Kau akan selalu terlihat kecil di mata Kami sayang.” Sambung Fiorrela dan suasana makan malam yang harmonis kembali tercipta dengan Calista yang bahkan tidak mencoba masuk dalam percakapan. Lebih memilih untuk memikirkan bagaimana menghabiskan sup tanpa harus di makan.
Setelah satu jam berlalu, makan malam pun berakhir. Sambil menyeka mulut, Jarrel berkata.
“Ubah kebiasaan pilih-pilih makanan Mu, Calista. Kau harus segera terbiasa dengan cita rasa Bangsawan.”
“Baik Tuan Duke.”
“!” Jarrel terkejut. Sudah resmi mendapat nama baru dan tinggal dikediaman ini pun Calista belum memanggil Jarrel dengan sebutan Ayah ?
“Kau harus cepat beradaptasi!” Lagi, Dia menambahkan. Berharap Calista mengerti maksud tersirat nya yang tak suka di panggil 'Tuan Duke'
“Akan Saya usahakan Tuan Duke.”
Jarrel pun meninggalkan meja makan dengan alis yang mengerut. Kesal sekali dengan Calista yang tidak paham.
...***...
Dua hari kemudian, terhitung sudah Calista telah makan sebanyak enam kali bersama keluarga baru nya. Dan sebanyak itu jugalah Dia mendapatkan Menu dengan cita rasa yang aneh.
Terlalu hambar, terlalu pedas, terlalu pahit, terlalu asam, terlalu mentah, bahkan dimasukkan pasir ke dalam krim roti yang di sediakan untuk Nya. Mereka bukan bermain-main dengan satu menu saja, hampir semua menu memiliki cita rasa yang aneh. Mereka hanya membiarkan makanan yang tidak dapat mengenyangkan perut agar Calista tersiksa.
Tindakan Mereka makin terang-terangan. Eva dengan empat pelayan lain yang berdiri di belakang Faelynn akan langsung menertawakan Calista yang memasang muka aneh dengan rasa makanan.
Dan karena Calista masih saja memanggil Jarrel dengan sebutan ‘Tuan Duke’, membuat Jarrel akan memarahi nya setiap selesai makan. Menekankan agar jangan pilih-pilih makanan, jangan menyisakan makanan, dan harus cepat beradaptasi.
Sampai-sampai para pelayan merasa aneh, lantaran apapun yang Calista lakukan akan di permasalahkan. Sedangkan jika Faelynn ataupun Jayendra ketahuan melakukan hal yang salah, Jarrel tidak akan menegur Mereka dengan tegas.
‘Pilih kasih sekali’
Itulah yang tertanam di otak para Pelayan.
Sedangkan keesokan hari nya lagi, Mereka tidak menggangu makanan Calista sehingga Dia bisa menghabiskan semua hidangan yang ada untuknya. Dan Jarrel memuji Calista yang menunjukkan perubahan.
Namun, yang di sangka sudah bosan mengerjai Calista, malah berulah pada hal yang lebih berbahaya.
“Dia datang.” Ucap Eva pada pelayan yang lain. Saat Calista lewat, Mereka sengaja menyodorkan kaki dan membuat langkah Calista tak seimbang. Dengan tangan yang bergerak gesit, Mereka mendorong Calista dengan kuat. Membuat tubuhnya mengenai vas bunga antik yang langsung terjatuh.
“Ahh!”
Praaaang!!!
“Astaga, Nona Calista memecahkan Vas antik pemberian dari kaisar terdahulu!” Teriak Eva histeris dengan senyum lebar yang tercetak di wajah.
...***...
...Jangan lupa like dan komen ya Guys. Neo butuh penyemangat lewat ketikan Kalian🫶 Silahkan pergi ke Chapter selanjutnya usai meninggalkan jejak Guys😌♥️...