"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian
Siren sudah rapi dengan dress selutut nya, dan luarnya dia memakai cardigan karena dress-nya yukensi.
Dia dapat pesan dari Daniel yang mengiriminya alamat apartemen Daniel. Padahal sudah mau berangkat tapi kenapa dia tetap ragu.
"Kamu mau kemana Ren?" tanya Arjuna yang sedang memainkan laptop diruang tamu.
"Ke rumah temen, ada yang perlu dibahas kan besok mau ujian"
"Bahas apaan, bukannya harunya kamu belajar?"
"Iya, temenku itu kan paling pinter di satu angkatan jadi kita mau belajar bareng sama dia, siapa tau nanti bisa dapet nilai yang bagus juga"
"Cewek apa cowok?"
"Cowok"
"Sama siapa aja?"
"Sama Luna, Martin, dan Kay"
"Itu mulu temenmu"
"Ya gimana kan tiap hari emang sama mereka, masa kakak gak pernah ngalamin dulu waktu sekolah"
"Yaudah sana, pulangnya jangan kesorean"
Siren mengangguk, lalu segera keluar dari rumah, kadang-kadang sikap khawatir Arjuna melebihi orang tuanya sendiri jadi Siren merasa risih jika tiap akan pergi selalu ditanya dari akar hingga pucuknya.
Ditengah perjalanan, handphone Siren bergetar dia langsung melihatnya.
Pesan dari Samuel, masih ingat dia kalau punya pacar.
Samuel : Kamu dirumah nggak?
Siren ingin sekali mengabaikannya tapi mengingat dirumah hanya ada Arjuna jadi dia memutuskan untuk membalasnya, jangan sampai laki-laki itu benar-benar datang kerumah.
Siren : Enggak
Samuel : Lagi dimana?
Siren : Keluar sebentar
Samuel : Yaudah kabarin kalo udah pulang
Siren membuang muka, keyakinannya tentang rencana Daniel semakin memudar, bahkan setelah dua hari tidak saling mengirimi pesan sikap Samuel tetap seperti itu.
Dia benar-benar ingin marah, tapi tidak tau harus melampiaskan ke siapa.
Handphonenya bergetar lagi, awalnya Siren pikir itu Samuel lagi jadi dia cepat-cepat melihat tapi ternyata pesan dari Luna yang sepertinya mengiriminya sebuah foto.
Foto Samuel dan Dinar yang sedang saling rangkul dan wajah mereka tersenyum sumringah kearah kamera.
Luna : Dapet dari story nya Dinar, Mia yang kirimin ke gue.. Please ya putusin segera Sir gue nggak tahan lagi lihat lo sakit hati.
Air mata Serin jatuh begitu saja tanpa aba-aba, kalau begitu kenapa tadi Samuel sibuk basa-basi bertanya, laki-laki itu tidak akan datang kerumahnya, tenang saja.
Siren : Makasih Lun..
Taxi online itu tiba di halaman apartemen alamat Daniel, setelah membayar barulah Siren turun.
Langkahnya makin tidak bersemangat, apalagi saat melihat Daniel yang menunggu di lobi apartemen, pakaiannya santai tapi kenapa justru Siren melihatnya lain? Ganteng banget.
"Nggak sulit kan nemuin alamat ini?"
"Gak tau, kan gue ngasih alamatnya ke pak supir taxi tadi"
"Yaudah ayo ikut gue"
Daniel berjalan lebih dulu memasuki lift, Siren mengikuti dari belakang. Berarti Daniel kaya tapi kenapa dia menyewa apartemen apa rumah nya tidak berada dikota ini?
"Rumah lo dimana? Kok tinggalnya di apartemen?"
"Ada di Bali"
"Di Bali? Bisa pulang kampung dong liburan Minggu depan "
"Ya tergantung, dimana aja wisata yang didatengin"
"Emang rumah lo didaerah mana?"
"Denpasar"
"Oh di Ibu kota ya"
Daniel mengangguk, dia membuka pintu apartemen yang menggunakan sandi itu, Siren pun masuk juga setelah dipersilahkan masuk.
Bau harum semerbak yang menyeruak ketika Siren masuk menjadi hal yang menenangkan, apalagi didalamnya sangat bersih sekali.
Siren langsung duduk disofa yang depannya ada tv dengan layar yang sangat lebar, sepertinya matanya akan sakit jika menonton tv dengan layar selebar itu.
"Minum dulu"
Daniel menyodorkan sekaleng minuman soda.
"Masih pagi udah minum soda?"
"Gak ada yang lain, gue males bikin jus"
Siren mencebik, Daniel lalu masuk kedalam ruangan yang kemungkinan itu kamar karena terlihat dari tempat Siren didalam sana ada ranjangnya.
Siren memutuskan untuk meminum soda ini, meski dia agak kurang sesuai, mau bagaimana lagi tenggorokannya kering.
Daniel duduk tepat disebelah Siren.
"Ini yang gue bilang kemarin"
Daniel menyodorkan sebuah kertas yang didalamnya terdapat tulisan yang lumayan sedikit.
Tapi diatas nama Daniel dan nama Siren ada materai nya yang berarti ucapan Daniel kemarin serius.
"Lo serius sama yang kemarin Dan?"
"Udahlah, mau dibantu nggak? Gue lihat-lihat Samuel makin berani mesra sama Dinar"
Siren membaca terlebih dahulu isi perjanjian itu, dan ya hanya dua point.
Point 1. Daniel membantu Siren membalas dendam kepada Samuel.
Point 2. Siren bersedia mengirim fotonya setiap sehari sekali kepada Daniel.
Sekali lagi meski ragu, Siren akhirnya menanda tangani perjanjian itu. Setelah itu barulah Daniel juga bertanda tangan.
"Oke, berarti mulai hari ini lo bisa mulai kirim foto lo ke gue"
"Gue tetep nggak ngerti deh kenapa lo bisa minta foto gue, buat apa?"
"Nanti lo juga tau kok, lakuin aja dulu kan udah tanda tangan"
"Yaudah...nanti kalo gitu yang penting hari ini kan"
Daniel mengangguk.
"Lo punya nomor Samuel?" tanya Siren kemudian
"Ada"
"Kalo gitu kita bisa foto berdua sekarang nggak? Tadi Luna ngirimin gue foto dari story nya Dinar, mereka foto bareng"
"Coba lihat dulu"
"Kenapa?"
"Biar bisa lihat pose mereka, kalo lo mau balas dendam buat yang lebih mesra dari mereka"
Masuk akal juga, jadi Siren mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan foto yang tadi dikirim Luna.
"Oalah cuma gitu doang, gampang lah"
Daniel mengambil handphonenya yang dari tadi tergeletak diatas meja.
"Agak deketan sini"
"Pakek handphone lo?"
"Iyakan lo nyuruh gue buat bikin story juga kan kaya Dinar biar dilihat Samuel?"
Siren mengangguk.
"Yaudah kenapa make handphone lo kalo gitu ntar ujung-ujungnya lo kirim juga ke gue"
"Iya ya, yaudah"
Siren pun menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Daniel, Daniel merangkul pundak Siren, awalnya Siren agak gimana gitu tapi ketika dia mencium bau harum dari tubuh Daniel, pikirannya langsung tenang dan dia menurut.
Handphone dipegang Daniel, dan pada foto pertama Daniel menempelkan pipinya ke pipi Siren, lalu foto kedua dia mencium puncak kepala Siren, dan pada saat itu Siren agak syok.
"Bentar.."
Siren menjauh.
"Lo cium gue?"
"Iya"
"Kenapa harus begitu?"
"Gapapa, biar Samuel makin panas"
Siren tidak yakin bahwa Samuel akan cemburu, jadi dia melihat dulu hasil fotonya.
"Yang ini aja kali ya Niel?"
"Boleh..terserah yang mana aja gue ngikut"
"Yaudah ini aja"
Daniel pun langsung membuka aplikasi WhatsApp nya dan membuat story dengan foto yang dimaksud Siren.
dengan caption...
You look like a beautiful angel today.
Berhasil dibuat, Siren melotot menatap Daniel. Berlebihan nggak sih?
"Kenapa pakek caption gitu segala?"
"Gapapa, kita lihat hasilnya nanti siapa tau Samuel langsung nelpon lo atau nelpon gue, kalo enggak ya berarti dia emang bodoh"
Siren menggigit bibirnya, tampak sedikit takut dengan hal itu, masalahnya dia baru kepikiran siapa saja yang punya nomor Daniel, jangan-jangan gara-gara foto ini besok jadi heboh disekolah.
Karena Daniel banyak peminatnya.