NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Cinta Hitam

Terjebak Dalam Cinta Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Obsesi / Trauma masa lalu
Popularitas:822
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Seorang wanita penipu ulung yang sengaja menjebak para pria kaya yang sudah mempunyai istri dengan cara berpura - pura menjadi selingkuhannya . Untuk melancarkan aksinya itu ia bersikeras mengumpulkan data - data target sebelum melancarkan aksinya .

Namun pekerjaannya itu hancur saat terjadi sebuah kecelakan yang membuatnya harus terlibat dengan pria dingin tak bergairah yang membuatnya harus menikah dengannya .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27.Jejak tidak pernah Hilang

Hujan renda‑renda menyisir daun trembesi di halaman, menebar aroma tanah basah ke seluruh penjuru rumah Menteng. Di ruang baca, cahaya lampu berdansa lembut di atas rak buku, memantulkan kuning keemasan di permukaan kayu. Aurora duduk bersila di karpet Persia, sementara Tristan berdiri bersandar ke jendela, foto lawas di tangannya bergetar kecil seiring napas yang tak sepenuhnya tenang.

“Seolah Ibu menatapku dari sela kertas,” gumam Tristan, jari menyusuri wajah Dira Maresya Ramadhini di foto—sosok perempuan yang memeluk papan Yayasan Perempuan Terlindungi bersama sahabatnya yang bernama sama. “Kenapa ia tidak menceritakan apa pun? Kenapa setiap serpihan harus kucari sendiri?”

Aurora mendekat, lututnya menempel lutut Tristan. “Kadang, cinta seorang ibu bukan tentang menjelaskan, tapi tentang menjaga. Ia menunggu sampai kau cukup dewasa—atau cukup dicintai—untuk membuka pintu yang berat.”

Tristan menunduk, keningnya hampir menyentuh kepala Aurora. “Aku marah padanya bertahun‑tahun karena meninggalkanku di tangan Clarissa. Sekarang aku tahu… mungkin ia percaya aku akan menemukan jalanku.”

Aurora menyentuh pipinya, menghapus embun air mata yang tertahan. “Dan kau menemukannya. Bersama kita.”

Tristan menarik napas gemetar. “Aku takut, Rora. Takut begitu banyak keping masa lalu jatuh sekaligus. Apa kau siap melihat sisi terburukku—ambisi, luka, kemarahan pada Ayah tiri—semua?”

“Aku lahir dari luka dan tipu daya,” balas Aurora, menautkan jemari di tengkuknya. “Jika cinta hanya merayakan sisi terang, maka ia rapuh. Aku memilih merayakan pertengkaran, ketakutan, cahaya, dan gelapmu. Karena di situlah kau utuh.”

Tristan menutup mata, meletakkan keningnya di pundak Aurora. Dalam keheningan hujan, hanya detak dua dada yang bersahut. Ketika ia membuka mata, luka di dahinya seolah memudar oleh cahayanya.

“Bersamamu,” bisik Tristan, “aku ingin membangun rumah dari kejujuran. Tanpa satu pun ruangan terkunci.”

Aurora tersenyum, lalu menarik Tristan perlahan duduk. Ia bersandar ke rak, Tristan menelentangkan kakinya, dan Aurora berbaring melintang, kepala di pangkuannya. Jari‑jari Tristan mulai menyisir rambut Aurora pelan‑pelan.

“Jika kita punya anak,” ucap Aurora, menatap lampu, “aku ingin ia membaca puisi sebelum tidur. Seperti ibumu padamu. Agar kata‑kata jadi selimut, bukan senjata.”

Tristan mengernyit manis. “Dan jika kita punya anak laki‑laki, aku akan menyuruhnya belajar memasak—supaya istrinya tak malu ketika dia mencoba omelet.”

Aurora tertawa pelan, bahunya bergetar. “Omelet hitam arang—ikon rumah tangga kita.”

Tawa mereka menyatu, memecah keruh hujan. Tristan menunduk mencium pelipis Aurora, lalu bibirnya menyentuh perlahan sudut mata, pipi, turun ke rahang—ciuman lambat, tanpa tergesa. Aurora mengangkat tangan, menggenggam kerah sweater Tristan, menariknya lebih dekat. Napas mereka menari, bukan dalam hasrat meledak, melainkan kasih yang menyusup hangat.

“Janji satu hal,” desah Aurora, bibir hampir bersentuhan. “Jangan lagi menanggung apa pun sendirian.”

“Janji,” balas Tristan sebelum menempelkan ciuman lembut di bibir Aurora—ciuman panjang, dalam, seperti bait puisi yang akhirnya dibacakan tanpa jeda. Saat berpisah, mata mereka berkilat tenang, seolah badai telah lewat.

$$$$ 

Sementara itu, di kafe kecil Senopati, lampu kuning temaram memantul di genangan jalan. Di halaman belakang tertutup kaca, alunan saxophone lembut mengalun dari speaker vintage. Kalea dan Arya duduk bersebelahan di sofa rotan, selimut tipis tersampir di kaki mereka.

“Ada satu hal yang belum ku ceritakan,” ucap Kalea, menggulirkan jemari di tepi cangkir cokelat. “Malam sebelum aku kabur dari panti, aku menulis surat janji ke Aurora. Bahwa aku akan terus tinggal, apa pun topeng kami. Tapi malam itu juga, aku justru yang ingin lari pertama kali.”

Arya menoleh, sorot matanya menunggu. “Kenapa?”

“Karena aku takut terlalu cinta padanya. Cinta persahabatan yang membuatku rela hancur. Aku pikir… kalau aku pergi, rasa sakit berkurang. Ternyata aku justru patah lebih parah.”

Arya menggeser lebih dekat, lutut mereka bersentuhan. “Aku juga punya surat yang tak pernah kukirim,” bisiknya. “Untuk adikku. Isinya: ‘Maaf karena aku diam.’ Tapi kertas itu kubakar setelah pemakaman. Kupikir api bisa menebus diam ku. Nyatanya, hanya meninggalkan abu.”

Kalea menoleh, mata berair. “Lalu apa yang membuatmu berani hidup lagi?”

“Waktu melihatmu menepuk punggung Aurora di klub malam. Tak ada suara, tapi isyaratmu bilang: Aku di sini. Sejak itu, aku ingin jadi tangan ketiga di punggungmu—agar kau juga merasa ada.”

Air mata Kalea jatuh, tak tertahan. Arya mengusap pipinya. Saat tangannya mengguncang, Kalea tiba‑tiba menarik Arya dan mencium pipinya—sentuhan cepat, gugup, tapi memantik kehangatan.

“Aku kaget,” bisik Kalea, tersenyum malu. “Kukira perlu latihan dulu.”

Arya tertawa lembut, menempelkan dahi ke dahinya. “Anggap ini latihan kedua.” Ia mencium sudut bibir Kalea, perlahan bergeser, menemukan pusat bibirnya. Kala Kalea balas menekankan ciuman, dunia mengecil menjadi satu sofa rotan, satu selimut tipis, dan denting gelas di meja.

Saat bibir berpisah, Kalea berbisik, “Aku… belum pandai.”

“Dan aku belum puas belajar,” canda Arya. “Izinkan aku mendaftar jadi siswa abadi.”

Kalea tertawa basah, memukul lengan Arya. Hujan reda; lampu taman memantulkan kilau emas di pipi mereka. Romantis, lembut—kejutan manis yang tertanam dalam ingatan.

 $$$$

Larut malam, Tristan dan Aurora masih terjaga. Mereka duduk bersandar di sandaran ranjang, buku puisi ibunya terbuka di pangkuan.

“Bacakan bait kesukaanmu,” pinta Tristan.

Aurora menelusuri halaman, lalu membaca pelan, suaranya menghangatkan dinding:

“Aku menanam kata di tubir mu, menunggu ia berakar di celah luka, agar ketika kau berdarah, yang mengalir tetap bahasa cinta.”

Tristan memejam mata, menelan desah. “Itu Ibu sekali.”

“Dan itu, kini, juga kita,” bisik Aurora.

Tristan menutup buku, mematikan lampu meja, menyisakan remang cahaya jalan yang menelusup tirai—redup, tapi cukup untuk melihat siluet orang yang dicintai. Mereka rebah berdampingan, jari saling terpaut, kaki bertaut, hati bertaut.

Di luar, Clarissa memantau laporan keuangan di laptopnya, wajahnya seperti marmer gelap. Ia menekan tombol delete pada folder bertajuk ‘DM-R Legacy’. Di pojok layar, file menyusut, tapi bulan di jendela tetap memantulkan pantulan cahayanya—seolah berkata: Jejak tak hilang hanya karena dihapus; ia hidup di hati yang masih mengingat.

Dan di kamar hangat itu, dua hati telah berjanji: mengingat, menyembuhkan, dan berjalan. Bersama.

.

.

.

Bersambung.

1
Kutipan Halu
wkwk menyala ngk tuhhh 😋😋
fjshn
ngapain takut rora? kan Tristan kan baikkk
fjshn
tapi sama sama perintah dongg wkwk tapi lebih mendalami banget
fjshn
sejauh ini baguss banget kak, and then Aurora sama lea gadis yang hebat aku sukaaa semangat buat kakak author
Kutipan Halu: semangat jugaa yaa buat kamuu, mari teru perjuangkan kebahagian hobi kehaluan ini 😂😂
total 1 replies
fjshn
datang ke rumah aku aja sini biar aku punya kakak jugaa
Kutipan Halu: autornya ajaaa ngk sih yg di bawa pulang wkwk😋😋
total 1 replies
fjshn
bjir keren banget dia bisa tauu
fjshn
woww bisa gitu yaa
fjshn
wadihh keren keren pencuri handal
fjshn
hah? sayang? masa mereka pacaran?
fjshn
alam pun merestui perjanjian kalian keren kerennn
fjshn
aduh leaa kasih tapi dia mandiriii
Kutipan Halu: diaaa punya susi kecantikan dan sikap manis tersendirii yaa kann 😂😇
total 1 replies
fjshn
keren nih Aurora, auranya juga menyalaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!