NovelToon NovelToon
Khilaf Semalam

Khilaf Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -


Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.

Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.

Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.

Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.

'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 20 Dua Tamu

Happy reading

"Mbak Dira --"

Milah berteriak dan berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Dira yang sedang memasak sup di dapur.

Semenjak hamil, Dira menjadi lebih gemar memasak. Terlebih memasak sup kembang waru beserta kawan-kawannya. Tempe goreng dan sambal tomat.

Dira berusaha berdamai dengan kenyataan dan menerima kehadiran janin yang kini berada di dalam rahimnya dengan keikhlasan hati.

Ia juga berusaha menyayangi dan mencintai segumpal daging yang bernyawa itu.

Dira memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya. Sehingga tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali dia dan Sang Penulis Skenario Kehidupan.

Mungkin hanya untuk saat ini atau ... entah.

"Mbak Dira --" Suara Milah kembali terdengar. Kali ini sukses membuat Dira terhenyak dan tersadar dari lamun.

Dira lantas mematikan kompor, kemudian memutar tubuh hingga berhadapan dengan Milah yang kini berdiri tidak jauh darinya.

"Ada apa, Mbok?" Dira menatap Milah penuh tanya. Berharap wanita paruh baya itu segera menjawab.

Namun Milah tak kunjung mengeluarkan suara. Ia tampak terengah-engah dan berusaha menormalkan napasnya.

"Mbok, are you okay?" Dira kembali bertanya.

"I'm fine, Mbak ...."

"Alhamdulillah. Kenapa Simbok terengah-engah seperti itu? Apa ada yang mengejar Simbok?"

"Eng ... nggak ada, Mbak. I-tu ada tamu."

"Siapa, Mbok?"

"Waduh, saya lupa ndak tanya nama mereka, Mbak."

"Ya udah nggak pa-pa, Mbok. Saya nitip sup nya ya."

"Siap, Mbak."

Dira menyerahkan sendok kuah pada Milah sebelum meninggalkan dapur, kemudian berjalan menghampiri para tamu yang sudah duduk manis di sofa sambil berbincang.

Mereka ... Veronika dan Risma, dua mantan pasiennya yang pernah berjanji untuk berkunjung ke rumah.

"Mom Vero, Bunda Risma --" Netra Dira berbinar ketika melihat kedua tamunya. Bibirnya melengkung membentuk senyuman merekah.

"Ya Tuhan, Dokter Dira. Saya kangen banget." Veronika beranjak dari posisi duduk, lantas menyambut Dira dengan pelukan erat dan tawa bahagia.

Ia tidak menyangka Tuhan kembali mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan dokter yang teramat dikagumi dan dirindukan olehnya.

"Saya juga kangen, Mom." Dira mengangkat kedua tangannya yang semula menjuntai untuk membalas pelukan Veronika.

Mereka berpeluk singkat, melepas rasa rindu.

"Apa kabar, Mom?" Dira bertanya pada Veronika seusai pelukan mereka terurai.

"Baik, Dok. Bagaimana dengan Dokter?"

"Alhamdulillah, saya juga baik, Mom."

"Puji Tuhan, akhirnya saya bisa bertemu lagi dengan Dokter Dira."

"Iya, Mom. Alhamdulillah," ucap Dira lalu mengalihkan atensi pada wanita paruh baya yang berdiri tepat di samping Veronika.

"Bunda Risma --"

"Dokter Dira."

Netra Risma berkaca-kaca. Tangannya terulur untuk merengkuh dan memeluk tubuh dokter yang telah berjasa baginya.

Dira pun membalas pelukan Risma.

Inginnya memeluk singkat. Namun Risma seolah enggan melepas.

"Apa kabar, Bun?" tanya yang terucap dari bibirnya.

"Kabar saya kurang baik, Dok." Suara Risma terdengar lirih dan kurang bersemangat.

"Kenapa kurang baik, Bun?"

"Karena suami baru saya minta izin untuk menikah lagi. Padahal, dia pernah berjanji tidak akan kepincut wanita lain setelah kami menikah. Apalagi menduakan saya. Tapi ternyata janjinya palsu."

"Yang sabar ya, Bun. Coba bicarakan dari hati ke hati. Bilang pada suami baru Bunda, kalau Bunda keberatan untuk mengizinkan beliau menikah lagi."

"Sudah, Dok. Tapi yang namanya laki-laki, setelah berhasil menyesap madu wanita yang diincar ... dia pingin menyesap madu wanita lain. Mereka berhenti kalau sudah loyo." Risma menangis tersedu, menumpahkan kesedihan yang tengah dirasa.

Perkataan Risma membuat ulu hati Dira terasa nyeri. Terbayang olehnya jika Dariel pun sama seperti suami baru Risma.

Sengaja menghisap madunya di malam itu, kemudian mencari wanita lain untuk kembali menyesap madu dan memuaskan naf-su.

Jika benar demikian, berarti Dariel sama be-jad nya dengan Arga dan lebih jahat bila dibanding Aldi.

Perlahan Risma mengurai pelukan, seiring suara tangisan yang mulai mereda.

"Dok, maaf. Saya malah curhat," ucapnya lirih sambil menyeka wajahnya yang basah.

"Nggak pa-pa, Bun." Dira berusaha tersenyum meski ulu hatinya masih terasa nyeri, lantas mempersilahkan kedua tamunya untuk kembali duduk.

"Dok, sesuai janji yang pernah saya ucapkan. Saya datang ke rumah Dokter Dira dengan membawa hasil panen dan seekor sapi jantan." Risma kembali bersuara, melanjutkan obrolan yang sesaat terjeda.

"Ya Allah, Bun. Kenapa repot-repot membawa hasil panen dan sapi jantan? Waktu itu 'kan saya cuma bercanda."

"Saya nggak merasa repot, Dok. Jujur, saya malah seneng banget bisa membawa oleh-oleh buat Dokter Dira. Anggap saja, sebagai ucapan terima kasih dan wujud rasa syukur."

"Tapi, oleh-oleh yang dibawa Bunda Risma sangat berlebihan."

"Itu belum seberapa, Dok. Dan tidak sebanding dengan jasa Dokter Dira. Berkat Dokter, saya terlepas dari maut. Nyawa saya terselamatkan."

"Nyawa Bunda terselamatkan bukan karena saya, tapi karena Allah --"

"Memang karena Allah, Dok. Tetapi, karena Dokter Dira juga. Seandainya bukan Dokter Dira yang menangani saya waktu itu, belum tentu saya masih bisa bernapas dan berbincang seperti ini."

"Saya setuju dengan perkataan Bu Risma. Jika bukan Dokter Dira yang menangani kami, mungkin nyawa kami tidak akan tertolong. Dokter Dira selalu mendahulukan keselamatan pasien dan tidak menuntut keluarga pasien untuk menyelesaikan biaya operasi terlebih dahulu." Veronika turut menimpali dan membuat Dira hanya bisa menanggapi dengan tersenyum.

Bagi para pasien yang pernah ditolongnya, Dira merupakan perwujudan malaikat tak bersayap. Berparas cantik, berhati seindah mutiara, berakhlak mulia, dan mendekati kata sempurna.

Namun bagi dirinya sendiri, dia hanyalah seorang makhluk yang teramat kecil dan hina, bahkan berlumur dosa.

"Monggo diminum teh nya dan dikedapi camilannya," tutur Milah sambil meletakkan tiga cangkir teh beserta dua toples berisi rengginang di atas meja, seraya mempersilahkan para tamu untuk menikmati sajian itu.

"Makasih, Mbok." Dira dan kedua tamunya menanggapi Milah. Kompak dan tentu saja diiringi seutas senyum yang membingkai wajah.

Setelah Milah pamit undur diri dan kembali ke dapur, Dira dan kedua tamunya pun mulai meminum teh nasgitel yang disajikan oleh Milah sambil menikmati rengginang.

"Teh nya nasgitel, Dok. Panas, legi, dan kental. Cocok di lidah saya."

"Iya, Dok. Mantul banget teh nya. Sudah lama saya tidak minum teh seenak ini." Risma menimpali ucapan Veronika, lalu kembali menyeruput teh yang tinggal seperempat cangkir.

"Kalau Mom Vero dan Bunda Risma ingin nambah teh nya, saya akan meminta Mbok Milah untuk membuatkan teh lagi."

"Tidak, ini sudah cukup. Saya tidak berani terlalu banyak minum teh nasgitel, Dok. Sudah umur setengah abad, jadi harus mengurangi minuman yang manis-manis --"

"Karena Bu Risma sudah manis." Vero menyahut ucapan Risma diiringi tawa yang mengudara.

"Pftttt, Bu Vero bisa saja. Dulu saya memang manis, tapi sekarang sudah sepet. Buktinya diselingkuhi suami --"

"Itu karena suami Bu Risma saja yang kurang bersyukur. Kalau saya jadi Bu Risma, saya bales dia. Membalasnya bukan dengan seling-kuh, tapi dengan fokus beribadah biar lebih disayang Tuhan dan lebih mencintai diri sendiri dengan cara membuat diri kita selalu bahagia," tutur Veronika bijak.

"Betoel 'kan, Bu Dokter?" imbuhnya--meminta dukungan pada Dira.

"Betul, Mom." Dira mengamini ucapan Veronika.

Obrolan mereka terus berlanjut. Tanpa terasa jarum mesin waktu sudah menunjuk pukul sembilan pagi.

Dira menawari Veronika dan Risma untuk sarapan bersama. Namun kedua tamunya itu menolak dengan halus dan malah berpamitan.

"Dok, kami pamit pulang ya. Insya Allah, kapan-kapan kami bertamu lagi. Saya harap, Dokter Dira tidak kapok menerima tamu yang cerewetnya seperti kami," ucap Risma sambil memeluk singkat tubuh Dira.

"Saya malah senang dan teramat berterima kasih, karena Bunda Risma dan Mommy Vero sudah berkenan meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah ini." Dira menanggapi ucapan Risma dan membalas pelukannya.

Sama seperti Risma, Veronika pun berpamitan dan memeluk singkat tubuh Dira.

Selepas kedua tamunya pergi, terlihat seorang pria berjalan mendekat ke arahnya dengan membawa sekuntum bunga mawar, diikuti oleh beberapa orang yang berjalan mengikuti di belakang.

Dira menghela napas dalam dan bersiap menyambut mereka.

Bukan menyambut dengan tangan terbuka. Namun menyambut dengan rangkaian kata yang mungkin akan melukis luka.

Sebelum pria itu tiba di hadapan, Dira berpesan pada Milah untuk membawa hasil panen dan sapi jantan ke Yayasan Cinta Kasih. Agar oleh-oleh yang dibawa Risma tidak mubazir dan bermanfaat untuk anak-anak yang bernaung di yayasan itu.

🌹🌹🌹

Bersambung

1
Hikari Puri
dtgu up nya lg thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Najwa Aini
karya yg bagus. dikemas dengan tatanan bahasa yg apik, rapi, enak dibaca dan mudah dipahami..
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
Ayuwidia: Uhuk, makasih Kakak Pertama
total 1 replies
Najwa Aini
Dariel aja gak tau perasaannya senang atau sedih, saat tau Dira putus dgn Aldi.
apalagi aku..
Najwa Aini
perusahaan Dejavu??
itu memang nama perusahaannya..??
Ayuwidia: Iya, anggap aja gitu
total 1 replies
Najwa Aini
Ayah bundanya Dira kayak sahabatnya ya
my heart
semangat Thor
Machan
simbok aja tau klo Dariel lebih sayang timbang Aldi😌
Machan: amiiin


berharap🤣🤣
Ayuwidia: Dari Gold jadi diamond ya 😆
total 6 replies
Najwa Aini
ooh jadi Dira itu seorang dokter ya..
wawww
Ayuwidia: huum, Kak. Ceritanya gtu
total 1 replies
Najwa Aini
Amiin..
aku aminkan doamu, Milah
Najwa Aini
kalau dari namanya sih, kayaknya mang lbh ganteng Dariel daripada Aldi
Najwa Aini
ooh..jadi gitu ceritanya..
ya pastilah hasratnya langsung membuncah
Ayuwidia: uhuk-uhuk
total 1 replies
Najwa Aini
Tapi tetap aja keliatan kan Riel
Najwa Aini
omah kenangan yg asri banget itu ya
Najwa Aini
jadi ceritanya Dira lupa dengan ritual naik turun Bromo semalam gitu??
Machan
🤭🤭🤭
Machan
aku tutup mata, tutup kuping, tutup hidung juga😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!