Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Rafan memulai melukis pemandangan alam untuk menarik perhatian orang-orang yang ada di situ.
Dengan keahlian yang ia miliki, tidak sulit untuknya menghasilkan karya yang begitu indah.
Awalnya satu orang mulai tertarik dan mendekat untuk melihat. Orang itu begitu takjub saat melihat lukisan yang di buat oleh Rafan dengan hanya menggunakan pensil berwarna khusus.
"Wah hebat, sungguh mahakarya yang luar biasa," ucap orang itu.
Yang lain juga ikut penasaran lalu mereka berkumpul untuk melihatnya. Tidak berapa lama lukisan yang di buat oleh Rafan pun siap.
"Mas, saya bayar seratus juta. Bagaimana?" Tiba-tiba salah seorang dengan pakaian formal menawarkan lukisan yang baru di buat oleh Rafan dengan harga tinggi.
"Bapak berminat? Kalau begitu silakan Pak," jawab Rafan dengan senang hati.
Pria itu langsung mengeluarkan ponsel dan mentransfer sejumlah uang kepada Rafan. Rafan pun tersenyum setelah menerima notifikasi uang masuk.
"Mas, bisa orang? Kalau bisa saya bayar lagi dua kali lipat, tapi harus sama seperti ini ya Mas," ujar pria itu mengeluarkan selembar foto dan memperlihatkan nya kepada Rafan.
"Bapak mau sekarang, atau ...."
"Kalau bisa sekarang ya Mas, soalnya saya datang ke sini untuk perjalanan bisnis," potong pria itu.
Rafan pun mengangguk, kemudian iapun mulai melukis. Awalnya terlihat asal-asalan dengan beberapa coretan yang terlihat berantakan dan tidak menarik.
Namun setelah beberapa detik berlalu, gambar atau lukisan tersebut mulai terbentuk seperti di foto.
Bahkan terlihat nyata seperti di foto, bukan seperti lukisan pada umumnya. Pria itu geleng-geleng kepala karena takjub.
"Mas ini pandai melukis, tapi sayangnya hanya pelukis jalanan," batin pria itu.
Hanya hitungan menit lukisan itu pun siap. Rafan menyerahkan lukisan tersebut untuk di nilai oleh pria itu. Apakah benar-benar mirip, atau tidak?
Pria itu cukup berpuas hati melihat hasilnya. Kemudian ia mentransfer kembali uang yang sudah di janjikan.
"Oh iya Mas, ini kartu nama saya. Jika Mas nya berminat, saya bisa rekomendasi Mas kepada teman saya. Mas bisa berpeluang menjadi pelukis terkenal," ucap pria itu.
"Terima kasih Pak, tapi saya lebih suka seperti ini. Menjadi seniman jalanan adalah keinginan saya," ujar Rafan.
Pria itu mengangguk, lalu pamit dan akan segera kembali ke kota nya. Rafan pun senang karena ia sudah mendapatkan uang ratusan juta.
Nanti uang itu akan di cairkan untuk di donasikan ke panti asuhan dan orang-orang kurang mampu.
"Alhamdulillah," ucap Rafan.
Tanpa terasa waktu Zuhur pun tiba. Rafan yang tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu pun segera bersiap-siap untuk pergi ke masjid terdekat.
Sesibuk apapun Rafan akan selalu menyempatkan diri untuk melaksanakan kewajiban.
Sejak kecil dia di ajarkan ilmu agama, hingga ia dewasa ia menjadi terbiasa. Pernah Kosim menawarkan dirinya untuk mondok, namun Rafan tidak mau.
Karena Rafan lebih suka kebebasan. Kebebasan yang di maksud bukan tentang pergaulan bebas dan semacamnya.
Rafan masuk ke dalam masjid setelah mengambil air wudhu. Orang-orang yang ada di situ menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Setelah selesai sholat, Rafan kembali ke tempat semula. Sekali lagi ia melihat Renata bersama seorang pemuda.
Rafan pun berlari menghampiri mereka sebelum mereka masuk ke dalam mobil.
"Renata!" panggil Rafan. Renata dan pemuda itu menoleh.
"Rafan? Kamu?" Terlihat jelas jika wajah Renata berubah.
"Ya, aku melihat kamu di sini, jadi aku samperin kamu," jawab Rafan.
"Ayo sayang," ajak pemuda itu yang bernama Jeremy.
"Dia siapa mu?" tanya Rafan pura-pura tidak tahu.
Padahal Rafan sudah kenal betul dengan Jeremy, yaitu putra angkat Agung Nugroho. Sekarang Jeremy menggantikan posisi Agung sebagai CEO di perusahaan miliknya.
"Aku kekasihnya. Kenapa?" tanya Jeremy.
"Renata, apa benar? Lalu aku ini siapa?" tanya Rafan.
"Rafan, berhubung kamu sudah tahu, biar aku perjelas. Sebenarnya aku dan Jeremy sudah lama berhubungan," jawab Renata.
"Lalu?" Rafan terlihat tenang menghadapi semuanya. Baginya, tidak perlu emosi. Apalagi cewek seperti Renata menurutnya tidak perlu di pertahankan.
"Semua salah kamu. Siapa suruh kamu miskin! Kamu hanya seorang pelukis jalanan yang tidak punya masa depan. Aku juga ingin harta, aku ingin gaya hidup. Jadi mulai sekarang kita putus saja," kata Renata.
Rafan tersenyum manis, ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tidak cemburu, tidak emosi, dan ingin berkelahi hanya gara-gara cewek seperti itu.
Rafan di setiap malam selalu sholat tahajud. Memohon petunjuk dan jodoh yang terbaik untuknya.
Rafan tidak pernah mencurigai Renata. Namun Allah Maha Kuasa menunjukkan semuanya. Allah telah menyelamatkan dirinya dari orang-orang seperti Renata.
"Ya, aku memang pelukis jalanan, tapi aku memiliki cinta yang tulus untukmu. Namun sekarang tidak lagi karena Allah sudah membuka mataku untuk melihat ketidaksetiaan mu," kata Rafan.
"Ah sudahlah, kalau miskin ya miskin saja. Cinta saja tidak cukup, hidup juga ingin bergaya. Kau lihat, apa yang aku belikan untuknya?" Jeremy memamerkan tas seharga puluhan juta.
"Oh ya Rafan, ini aku kembalikan tas replika yang kamu berikan sebulan yang lalu," kata Renata sambil mengosongkan tas dan memindahkan barang-barang milik ke tas yang di belikan oleh Jeremy.
Renata tidak tahu, kalau tas yang di bilangnya KW itu adalah asli. Rafan membelinya di negara P. Jika di rupiah kan harganya mencapai 500 juta.
Rafan segera menangkap tas tersebut yang di lemparkan oleh Renata kepadanya. Kemudian Renata dan Jeremy pun masuk ke dalam mobil.
Rafan masih berdiri mematung saat mobil Jeremy meninggalkan tempat itu. Rafan menghela nafas panjang.
Ia kembali teringat pesan kedua orang tuanya. Ternyata apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya ada benarnya.
"Ya sudahlah, lagipula aku juga tidak terlalu cinta kepadanya. Aku lebih mencintai Allah SWT," gumam Rafan.
Rafan pun kembali ke tempat ia melukis tadi. Ia berkemas dan akan segera pulang. Mood nya sudah tidak ada lagi untuk melanjutkan melukis.
Sementara di tempat lain ...
Seorang gadis sedang kebingungan. Ia melihat isi dompetnya hanya ada uang 150 ribu.
Sementara dirinya baru saja di pecat dari pekerjaan karena sudah memelintir jari tangan seorang pria mesum.
Flashback ...
"Tari, layani pengunjung nomor 7," kata bosnya.
Gadis yang bernama Lestari itupun mau-mau saja, karena dia pelayan di cafe ini, jadi sudah tugasnya untuk melayani pengunjung.
"Siap Pak," ujar Lestari.
Dengan santainya Lestari mendekati meja nomor 7. Lestari pun menanyakan ingin pesan apa kepada pria itu.
"Silakan Pak, mau pesan apa?"
"Mau pesan kamu," jawab pria sambil mengedipkan sebelah matanya.
Lestari masih terlihat tenang, namun saat pria itu mulai berani mengelus pinggang Lestari, Lestari pun akhirnya kehilangan kesabaran.
"Aaakh...!" jerit pria itu. Semua mata tertuju kepada jeritan dari meja nomor 7.
"Aaaah sakit, sakit...!" jeritnya lagi.
"Lain kali jangan macam-macam Pak," ucap Lestari melepaskan jari pria itu.
Bos cafe pun menghampiri mereka. Tanpa bertanya apa sebabnya, ia langsung memecat Lestari tanpa di bayar gaji.
Lestari bisa apa? Dia cuma pelayan di cafe ini, tapi dia juga punya harga diri dan akan membela diri saat di lecehkan.
Flashback end ...