Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Cemara
Gio akhirnya memilih masuk ke kamar untuk melihat kedua buah hatinya. Berharap keduanya terbangun, agar dia bisa bermain dengan sang anak. Setelah meeting selesai, rencananya Gio akan mengajak sang istri untuk membeli rumah. Dia juga ingin segera mencari sekolah untuk kedua buah hatinya. Gio akan melakukan yang terbaik untuk keluarganya.
Dia juga ingin mewujudkan keinginan istrinya untuk mengantar sang istri ke Yogya. Untuk sementara waktu, Gio melarang Kinanti untuk menerima job untuk Satria dari manapun. Kinanti ataupun kembar tak perlu lagi khawatir masalah ekonomi, karena sang ayah yang akan membiayai kehidupan mereka.
"Mas, sudah selesai. Mau sarapan sekarang?" tanya Kinanti. Meskipun Kinanti hanya memakai daster, dia tetap terlihat cantik tanpa riasan apapun. Rambut panjangnya pun hanya di gulung ke atas, menunjukkan leher jenjangnya.
"Iya. Jam 07.00 soalnya Erland mau jemput aku. Pagi ini aku ada meeting sama karyawan di kantor. Habis zuhur Erland jemput kamu ya sama anak-anak. Kita cari rumah hari ini juga. Aku ingin segera pindah dan mencari sekolah untuk kembar. Oh ya, untuk urusan kasus kamu. Aku sudah bicara sama Erland. Semoga bisa segera di selesaikan. Kamu tinggal tunggu saja saat pemanggilan kamu sebagai saksi," ujar Gio.
Gio dan Kinanti sudah berada di meja makan. Mereka sedang menikmati sarapan pagi bersama, Kinanti melayani suaminya dengan baik. Mengambilkan nasi, sayur, dan juga ayam goreng. Gio makan dengan lahap. Tentu saja membuat Kinanti merasa senang. Gio bukan tipe pemilih makanan.
Banyak hal yang ingin Gio bicarakan tentang kehidupan dirinya sebelum bertemu Kinanti. Sayangnya, dia belum memiliki waktu yang banyak untuk mengobrol. Perlahan, Kinanti pun akhirnya mulai membuka hatinya untuk Gio. Gio sudah menunjukkan kepadanya menjadi suami dan ayah yang baik untuk dirinya dan juga kembar.
"Sus, tolong kamu bukakan pintu! Sepertinya itu Erland yang datang. Bilang sama dia, tunggu sebentar! Suruh dia masuk dulu, saya selesaikan sarapan saya terlebih dahulu!" titah Gio kepada baby sister kembar. Berhubung kembar sudah bisa melakukan banyak hal sendiri, tugas Susi di alihkan membantu Kinanti dan membersihkan apartemen.
"Silahkan masuk Pak! Mohon tunggu sebentar, Pak Gio sedang sarapan dulu sama Ibu," ujar Susi dan Erland menganggukkan kepalanya. Erland terlihat cuek, berbeda dengan Susi yang justru terpesona. Lagi pula, ini bukan pertama kalinya bagi Erland bersikap seperti ini kepada wanita.
Gio sudah selesai makan, dan dia pamit untuk berangkat bekerja. Dia mengingatkan kembali kepada istrinya, kalau jam 12.30 Erland akan datang menjemput Kinanti dan juga kembar. Kinanti mengantarkan sang suami sampai depan pintu.
"Aku berangkat ya Sayang. I Love You," ucap Gio sambil memberikan kecupan di kening istrinya. Kinanti mencium tangan suaminya. Mereka sudah tak malu lagi mengumbar kemesraan di depan Erland ataupun Susi.
Bunga baru saja terbangun, dan langsung mencari keberadaan sang bunda dan sang ayah. Hari ini keduanya bangun sangat siang. Biasanya, jam 05.00 atau jam 06.00 pagi mereka sudah terbangun.
"Bunda, Ayah mana?" tanya Bunga. Ternyata sosok sang ayah yang dia cari.
"Ayah sudah berangkat kerja," jelas Kinanti.
"Bunga mau makan enggak?" tanya sang bunda.
"Enggak, bunga belum lapar," sahut Bunga dia masih merasa lemas. Dia memilih untuk membaringkan tubuhnya di sofa sambil menonton film anak-anak.
Tak lama kemudian Satria pun bangun. Namun, berbeda halnya dengan sangat adik. Dia terlihat cuek, karena yakin pasti ayahnya sudah berangkat bekerja. Satria justru lebih tertarik dengan MacBook yang dibelikan sang ayah.
"Mandi dulu yuk! Nanti setelah mandi, kalian bebas mau ngapain saja. Tetapi nanti jam 12.00 Om Erland mau jemput kita. Katanya Ayah mau belikan kita rumah," ucap Kinanti kepada kedua anaknya.
Bunga bersorak gembira. Dia tampak bahagia, mendengar sang ayah akan membelikan rumah untuk mereka. Satu persatu impian mereka dulu, akhirnya terwujud. Sebenarnya Kinanti merasa berat meninggalkan Yogyakarta. Tempat itu yang mengajarkan dia banyak hal. Bahkan Kinanti telah memiliki usaha warung baso. Kelak warung baso itu terpaksa harus tutup permanen. Karena dia akan menetap di Jakarta.
Kinanti baru saja selesai memandikan kembar. Setelah itu dia mengambilkan makanan untuk sang anak. Setelah sang anak selesai. Dia memutuskan untuk mandi. Sedangkan Gio saat ini sedang memimpin meeting. Banyak perubahan di hidup Gio, dia semakin bersemangat dalam bekerja.
Meeting sudah selesai, Gio menyuruh Erland untuk menjemput istri dan kedua anaknya, dan membawanya ke kantor. Kini Erland sudah dalam perjalanan menjemput istri bosnya dan anaknya.
"Assalamualaikum. Sayang, Erland sudah jalan menjemput kalian ya! Kalian siap-siap ya! Biar langsung jalan, enggak kesorean," ujar Gio di panggilan telepon.
"Waalaikumsalam. Iya Mas. Anak-anak dan aku sudah siap kok. Mas sudah makan belum? Mau aku bawakan atau gimana?" tanya Kinanti lembut.
"Mas belum makan, nanti kita makan diluar saja. Mas ingin mengajak anak-anak makan di luar," sahut Gio dan Kinanti mengiyakan.
Kini Kinanti dan kembar sudah dalam perjalanan menuju perusahaan. Bunga terlihat senang sekali, sepanjang jalan matanya mengarah ke jalanan.
"Bunga mau pulang tidak ke Yogya? Bunda mau pulang ke Yogya," goda Kinanti agar sang anak menoleh kepadanya.
"Enggak. Bunga betah di Jakarta Bun. Bunga enggak mau pisah lagi sama Ayah. Bunga mau tinggal di Jakarta saja," sahut Bunga.
"Berarti kamu ikut sama Ayah? Bunda besok kembali ke Yogya," goda Kinanti lagi. Dia mencoba menahan tawanya.
"Bunga mau keduanya. Bunga ingin keluarga yang lengkap, ada Bunda dan Ayah. Bunda jangan pergi, Bunda jangan pulang ke Yogya. Bunda mohon," ucap Bunga di iringi isak tangis sambil menarik-narik tangan sang bunda.
Akhirnya Kinanti merasa tak tega dengan anaknya. Dia langsung memeluk tubuh sang anak. Mencoba menenangkan.
"Iya, Bunda enggak akan pergi ke mana-mana kok. Bunda hanya becanda kok. Sudah ya jangan nangis lagi! Nanti cantiknya hilang," goda Kinanti.
Mobil yang mereka telah sampai di perusahaan Gio. Kinanti berjalan sambil menggandeng tangan Bunga memasuki perusahaan Gio. Mereka langsung di sambut oleh Gio. Bunga langsung berlari menghampiri sang ayah.
"Ayah, aku ingin keduanya. Aku tak ingin terpisah lagi. Aku ingin Bunda dan Ayah selalu bersama, agar aku memiliki keluarga yang lengkap," ungkap Bunga membuat sang Ayah merasa bingung dengan penuturan sang anak.
Gio langsung menggendong sang anak dan menatapnya.
"Memangnya siapa ya bilang? Kita tak akan terpisah lagi. Kita akan selalu bersama," ucap Gio.
"Bunda yang bilang. Katanya besok Bunda mau ke Yogya. Kata Bunda, kalau aku enggak mau ikut ke Yogya. Berarti aku tinggalnya sama Ayah. Aku enggak mau," ungkap Bunga. Dia tampak menangis lagi.
"Sudah jangan nangis ya, anak Ayah yang cantik. Biarin nanti Bunda Ayah hukum. Karena Ayah tak akan membiarkan Bunda pergi meninggalkan kita," ucap Gio sambil melirik sinis ke arah sang istri. Membuat Kinanti merasa tegang. Hukuman apa yang akan dia dapat dari suaminya.