kisah lama yang belum usai, membuatku masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku selalu menyesali apa yang terjadi saat itu, aku selalu menginginkan masa itu terulang kembali. Walaupun aku tau itu mustahil, aku tetap memimpikannya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang besar kepada cinta pertamaku, karena aku sudah menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk. Masih pantaskah aku jika menginginkannya kembali padaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu 20
Hari Senin, setelah kejadian menegangkan yang terjadi di hari minggu. Prince berjalan cepat setelah memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda. Dia berlari menaiki tangga agar cepat untuk sampai ke dalam kelasnya. Dia melakukan ini semua karena dia kawatir. Ya! Dia kawatir pada Teresa. Karena sejak kejadian kemarin, Teresa mendadak tidak bisa dia hubungi.
‘BRAK!!
Pintu kelas terbuka dengan keras, Prince mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Teresa. Tapi kekasihnya itu tidak ada di kursinya, bahkan tidak ada juga di kursi lain di dalam kelas ini. Zeva juga tidak terlihat, hanya ada tas mereka yang ada di atas meja.
“Dimana Teresa?” Tanya Prince pada semua teman sekelasnya.
“Dia keluar bersama Zeva 5 menit yang lalu,” ucap salah satu dari penghuni kelas.
“Kau tau kemana perginya?” Tanya Prince.
“Kudengar mereka membahas tentang Hely?” Ucapnya, membuat Prince mengernyit heran.
“Hely?” Ucap Prince berpikir sejenak.
Kemudian Prince langsung pergi melangkahkan kakinya menuju ke kelas Hely. Dia tidak tau apa yang sedang Teresa dan Zeva lakukan dengan Hely. Mengingat mereka tidak akrab sama sekali, bahkan mereka pernah berseteru karena sebuah tenda. Dan Prince tau, Hely semakin tidak menyukai Teresa saat dia sudah berpacaran dengannya.
Langkahnya terhenti saat dia melihat kelas Hely sudah di kerumuni keramaian, ada juga dari mereka yang melihat dari jendela kelas seolah sedang melihat sebuah pertunjukan yang menarik. Prince semakin cemas, dia menerobos keramaian untuk masuk kedalam kelas Hely.
“Teresa? Kau sungguh menganggap Prince milikmu?” Ucap Hely dengan seringai di wajahnya.
“Tentu saja! Dia adalah milikku, karena dia kekasihku,” ucap Teresa dengan senyum tipis di wajahnya.
“Kau belum lama kenal dengannya. Sedangkan aku sudah bersamanya sejak usia kita 5 tahun. Aku lebih dulu dekat dengannya dibandingkan denganmu,” ucap Hely terkekeh.
“Lalu? Apa Prince menyukaimu?” Ujar Teresa dengan sinis, membuat Hely di landa emosi.
“Tentu saja dia menyukaiku, karena aku teman kecilnya,” ucap Hely.
Dan bersamaan dengan itu, Prince datang. Dia masuk dengan wajahnya yang cemas, menatap kekasih dan teman kecilnya secara bergantian seolah mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi disini.
“Ada apa?” Tanyanya.
Bukan Teresa yang langsung mendekat, tapi justru Hely yang langsung datang menghampiri Prince. Dia dengan terang-terangan memeluk lengan Prince di depan Teresa yang hanya diam sembari memperhatikannya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Prince langsung melepaskan diri dari teman masa kecilnya.
“Ayahmu memberitahu ibuku apa yang terjadi kemarin. Dan dia meminta tolong pada ibuku, agar aku lebih menjagamu di sekolah. Dia memintaku untuk menjauhkanmu dari gadis tidak bermoral itu,” jelas Hely dengan suara yang sangat lantang.
“Ini urusanku dengan ayahku, kuharap kau tidak ikut campur dengan masalah ini Hely!” ucap Prince menatapnya tajam.
Teresa yang mendengarnya hanya tersenyum tipis, dia melihat kearah Hely yang masih memeluk lengan kekasihnya dengan erat. Tanpa pikir panjang, Teresa langsung menarik Prince untk lebih dekat dengannya.
“Apa yang terjadi kemarin, apa kau tau apa yang terjadi?” Tanya Teresa sembari memeluk lengan Prince manja.
“Aku tidak tau, karena ayah Prince tidak mengatakannya dengan jelas. Dia hanya berkata bahwa kau bukanlah gadis yang baik,” ucap Hely, membuat Teresa terkekeh tak percaya.
“Kurasa ibumu sudah menambah-nambahkan ucapan ayahku. Karena ayahku sudah berdiskusi denganku kemarin, bahwa masalahnya sudah selesai,” kali ini Prince yang menjawabnya.
“Kurasa kau benar-benar sudah menyukaiku Hely,” ucap Prince lagi, membuatnya tidak bisa berkata-kata.
“Dan yang terjadi kemarin adalah murni kesalahanku. Aku tidak bisa mengendalikan diriku, sampai aku mencium kekasihku sendiri secara berlebihan,” ucapan Prince bagaikan petir yang menyambar Hely di siang bolong.
“Kau menciumnya? Kenapa!!” Teriak Hely mendadak marah tak terkendali, membuat semua orang menatapnya aneh.
“Dia pacarku, tentu saja aku ingin menciumnya,” ucap Prince dengan wajah yang tenang, sangat kontras dengan ekspresi Hely.
“Sungguh aneh!” Ucap Teresa, dan berhasil membuat Hely menatapnya tajam.
“Beraninya kau!!!” Teriak Hely dan langsung menjambak Teresa dengan kuat.
“Aaaaa!!! Lepaskan!!” Jerit Teresa saat Hely menjambak rambut panjangnya dengan kuat.
Semua orang mulai heboh saat terjadi perkelahian antara Teresa dan Hely. Aksi jambak menjambak itu semakin ramai saat Teresa juga membalasnya. Dia menjambak rambut Hely dengan sangat kuat. Pertengkaran sengit ini tidak akan Teresa biarkan begitu saja. Dia tidak ingin mengalah! Karena dia berhak melawan.
“Sial!” Umpat Prince saat keributan semakin menjadi.
“Hentikan!!” Teriak Prince sangat keras.
Membuat semua orang terdiam. Teresa dan Hely juga terdiam, mereka saling menatap, lalu perlahan-lahan melepaskan jambakan mereka. Mereka terdiam dengan rambut yang berantakan. Sudut bibir Hely terluka, sementara hidung Teresa juga mengeluarkan darah.
“Hentikan, atau guru akan membuat masalahnya semakin panjang,” ucap Prince dengan ekspresi wajahnya yang dingin
“Jangan buat keramaian lagi, pergilah ke kelas masing-masing!” Tegasnya lagi.
Melihat ekspresi wajah Prince yang tidak bersahabat, membuat semua orang mulai pergi dari keramaian. Meninggalkan kelas Hely dan juga keributan yang terjadi. Prince menghela nafasnya kasar saat melihat Teresa mengusap darah segar yang keluar dari hidungnya, dia langsung membawanya pergi dari tempat itu.
Dalam diamnya Prince, dia menarik tangan Teresa dengan langkah yang cepat. Membawanya masuk kedalam klinik sekolah. Memintanya untuk duduk dengan manis di sebuah kursi disana. Sampai membuat Teresa terdiam kebingungan.
“Dok? Ada pasien datang,” ucap Prince memanggil dokter.
Prince langsung keluar begitu saja setelah dokter bersiap untuk mengobati luka Teresa. Dia melewati kekasihnya begitu saja, tanpa berbicara atau menatap wajahnya. Prince benar-benar dalam kondisi mood yang buruk.
“Bertengkar?” Tanya dokter wanita yang sangat ramah.
“Iya dok,” balas Teresa sembari sesekali melirik kearah Prince yang berdiri di depan pintu klinik.
“Jadi Prince adalah kekasihmu?” Tanyanya lagi, dan di balas anggukan oleh Teresa.
“Aku kenal dengan ayah dan ibunya, mereka adalah keluarga yang baik,” ucap dokter itu tersenyum tipis pada Teresa.
Teresa tidak tau apa maksud sebenarnya sang dokter mengatakan hal itu padanya, dia hanya bisa membalasnya dengan senyuman. Saat sudah selesai di obati, Teresa berjalan keluar perlahan menghampiri Prince.
“Prince ak—“
Ucapannya terhenti saat Prince pergi begitu saja mengabaikan ucapannya. Teresa hanya bisa menghela nafasnya panjang, dia tau bahwa Prince marah padanya karena dia kawatir dan peduli padanya. Prince hanya tidak ingin Teresa terluka seperti sekarang.
...----------------...