NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:270
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LUKA YANG TAK TERLIHAT

Zhao membuka matanya perlahan.

Langit-langit kamarnya...?

Ia mengerjap beberapa kali, lalu mencoba bangkit. Tapi kepalanya terasa berdenyut seperti habis ditabrak kereta lembu.

“Aduh... rasanya kayak habis berantem sama naga,” gumamnya serak.

Meilan yang duduk di sisi ranjang langsung berseru, “Nona! Syukurlah, kau bangun juga!”

Zhao menyipitkan mata. “Aku... di mana sekarang?”

“Tentu saja di kediaman kita,” jawab Meilan sambil membantu menyandarkannya ke bantal. “Setelah kau minum anggur itu... kau tidak sadarkan diri. Dan... kau dibawa ke kediaman Pangeran Wang.”

Zhao membelalak. “APA?! AKU DIBAWA KE...”

“Sssstt!” Meilan buru-buru menempelkan jari ke bibir Zhao. “Suara kau bisa bikin patung singa hidup dan menyerang, Nona!”

Zhao menatapnya tajam. “Kau yakin itu bukan mimpi buruk?”

Meilan mengangguk mantap. “Serius. Setelah kau tumbang, Pangeran Wang yang membawa tubuhmu ke kediamannya. Tak lama, beliau memanggilku... lalu kita diantar pulang. Tapi kau masih tidak sadar saat itu.”

Zhao membisu.

Matanya menyipit, mencoba mengais kenangan samar yang mulai menyelinap dari balik kabut ingatannya…

Siluet wajah Pangeran Wang… suara dalamnya… tangan yang meraih… dan…

Bibir… yang nyaris bersentuhan.

Zhao refleks menutupi mulutnya sendiri. “T-Tidak mungkin…”

“Kenapa? Kau ingat sesuatu?” tanya Meilan pelan.

Zhao hanya menggeleng cepat, lalu mengubur wajahnya dalam bantal.

 

Sementara itu, di kediaman Pangeran Wang…

Sang pangeran berdiri di depan cermin. Matanya menatap tajam bayangannya sendiri—lebih tepatnya, luka samar di sudut bibirnya.

Ia mendesah.

“Benar-benar gadis gila…”

Kilas balik malam itu memukulnya seperti angin badai:

> “Hei… Pangeran Permen… bibirmu manis gak, ya…”

> “AKU AKAN MENCOBAAA~!”

Detik berikutnya, entah gigi atau bibir Zhao mendarat dengan mantap di bibirnya.

Pangeran Wang mengerutkan dahi… lalu tersenyum samar.

“…Setidaknya dia bukan gadis biasa.”

 

Di jalan menuju istana…

Zhao melangkah dengan semangat setengah mati. Meilan mengekor di belakangnya.

“Aku harus bertanya langsung pada si kulkas 4 pintu itu! Ini... menyangkut harga diri dan masa depan cintaku!” seru Zhao dengan suara dramatis.

“Nona, bukannya lebih baik beristirahat dulu? Bagaimana kalau Tuan mencari—”

“Diam, Meilan. Ini urgen. Aku harus tahu... apakah aku hanya menyentuh bibirnya, atau... lebih dari itu?”

Meilan menghela napas pasrah.

 

Di taman istana, mereka berpapasan dengan Pangeran Jae Min.

“Hei! Kawan licikku!” sapa Jae Min riang. “Kau di sini ...?”

Zhao langsung menodong.

“Kenapa teh yang aku siapkan untuk Nona Hwajin malah kau yang minum?!”

Ucap pangeran jae min sambil menatap Zhao dengan wajah tak percaya.

“Aishhhh…! Kau itu bisa pura-pura jatuhkan teh-nya, tahu?! Tapi malah diminum sendiri?”

Zhao menunduk dengan wajah menyesal. “Naluri baikku muncul, otakku mendadak... pensiun sementara.”

Pangeran Jae Min tertawa sambil menepuk bahu Zhao. “Yasudah. Yang penting kau hidup.”

“Masalahnya… aku gak tahu apa yang kulakukan semalam!”

Meilan mendekat dan berbisik, “Sepertinya... sesuatu terjadi di kediaman Pangeran Wang.”

Pangeran Jae Min langsung melotot. “APA? Sesuatu apa itu?!”

“Nona juga gak ingat.”

Pangeran Jae Min mengusap wajah. “Aduh... drama makin panjang ini.”

 

Zhao melangkah menuju arena latihan di belakang istana. Di sana, Pangeran Wang dan Pangeran Yu sedang berlatih pedang.

Begitu istirahat, Zhao menghampiri mereka. Pandangannya langsung nyangkut di wajah tampan Pangeran Yu.

“Astagaaa… Kenapa dia seperti lukisan hidup…”

Pangeran Wang mengamati Zhao dengan sinis. “Kau ke sini hanya untuk melototi adikku?”

Pangeran yu melirik ke arah kakaknya, ia tidak mengerti maksud dari ucapan kakaknya itu

Zhao tersadar dan langsung melirik ke arah Pangeran Wang... lalu membeku.

Matanya terpaku pada luka kecil di ujung bibir Pangeran Wang.

“Luka itu…” bisiknya.

Pangeran Wang menggigit bibirnya dan menyeringai.

“Hei kau... aku ingin bicara empat mata!” seru Zhao sambil menarik lengan bajunya.

Pangeran Yu memperhatikan mereka yang berlalu menjauhinya

 

Zhao menyeret Pangeran Wang ke balik tiang paviliun.

“Jawab aku jujur! Semalam... aku ngapain saja padamu?!”

Pangeran Wang melipat tangan, ekspresinya sangat puas. “Tumben. Biasanya kau lebih sibuk mengejar adikku.”

“Ini penting!” teriak Zhao dengan muka merah padam.

Pangeran Wang mendekat. “Kau... sangat agresif.”

Zhao menganga. “APA?!”

“Kau juga… liar.”

Zhao semakin panik. “Maksudmu apa?! Kau harus jelas!”

Pangeran Wang menyentuh sudut bibirnya yang luka. “Bukti fisik ini cukup, kan?”

Zhao menatap bibirnya. Matanya membulat. “J-Jadi kita beneran”

Pangeran Wang mendesah puas. “Kau pikir apa yang terjadi saat wanita mabuk berat nekat menarikku, mengoceh soal bibir manis, dan... nyaris memakanku hidup-hidup?”

Zhao menutup wajahnya dengan kedua tangan. “ASTAGAAAAA...!TOLONG GALIKAN LUBANG, AKU MAU MASUK!”

Pangeran Wang terkekeh pelan. “Lucu sekali. Biasanya kau yang paling berisik. Sekarang malah kau seolah ingin menghilang?”

Zhao menunjuk luka di bibirnya. “K-Kau pasti bohong! Itu mungkin... gigitan kecil saja!”

“Gigitan?” Pangeran Wang mengangguk pelan. “Tapi... kalau gigitan di bibir, bukankah itu... ciuman juga?”

Zhao membeku.

Pangeran Wang menepuk kepala Zhao perlahan. “Tenang saja. Aku akan menyimpannya sebagai... rahasia manis kita berdua.”

 

Zhao semakin tersipu malu, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Ia menunduk sambil menggerutu pelan, "Aku harus pindah ke kerajaan tetangga... atau masuk gua saja..."

Dari jauh, Pangeran Wang masih berdiri dengan senyum sinis di bibirnya. Ia tampak sangat menikmati perubahan ekspresi Zhao yang biasanya cerewet dan galak, kini menjadi seperti kelinci pemalu yang tersesat.

Zhao pun berjalan mondar-mandir di taman istana, mencoba menenangkan hatinya. Tapi justru wajah Pangeran Wang terus muncul dalam pikirannya… terutama bibirnya yang…

“Aaarrghhh, kenapa aku malah ingat bibirnyaaa!!” Zhao berteriak dalam hati, lalu memukul-mukul pipinya sendiri.

Meilan hanya mengikuti dari belakang sambil menahan tawa. Wajahnya terlihat seperti orang yang menyaksikan drama favoritnya sedang tayang episode spesial.

“Dia benar-benar membuatku gila… dan parahnya, dia menikmati setiap detiknya mengejekku,” gumam Zhao penuh frustrasi.

“Mm-hmm,” Meilan hanya mengangguk, masih menyimpan tawa dan senyum puasnya.

 

Tiba-tiba...

Seseorang memanggil dari arah lain taman.

“Nona Zhao, kau di sini juga rupanya?”

Zhao menoleh dan menemukan sosok anggun dengan senyum lembut Hwajin.

“Hwa... Hwa Jin!” Zhao berusaha terlihat tenang, walaupun dalam hati ia kembali meracau.

Hwajin berjalan menghampiri dengan langkah tenang, rok hanbok-nya berayun pelan tertiup angin.

“Aku senang bertemu denganmu di sini. Apa kau sudah merasa lebih baik? Kemarin kau tampak... kurang sehat,” ucap Hwajin lembut, suaranya menenangkan seperti alunan kecapi.

“Ah, ya... iya, sudah jauh lebih baik. Hanya sedikit tidak enak badan,” balas Zhao dengan senyum canggung.

Tapi pikirannya tidak tenang.

Tiba tiba Ia mengingat saat pertemuan kemarin, tatapan Hwajin tertuju pada Pangeran Wang, bukan Pangeran Yu. Sesuatu yang membuat wajahnya berubah jadi penasaran.

Zhao melirik Hwajin diam-diam. “Apa dia… menyukai Pangeran Wang? Tapi... bukankah dia dijodohkan dengan Pangeran Yu?”

Zhao menggigit bibir, lalu memutuskan untuk bertanya. Siapa tahu bisa membantu... atau minimal membuat hatinya lebih tenang.

> “Sekalian saja aku tanyakan. Kalau ternyata benar, mungkin aku bisa bantu. Atau... setidaknya aku tidak perlu panik lagi karena dia bukan sainganku.”

Percakapan Zhao dan Hwajin masih berlanjut.

Zhao menatap Hwajin dengan hati-hati.

"Hwa Jin... maaf kalau pertanyaanku agak lancang, tapi… kemarin waktu pertemuan dengan Yang Mulia, aku melihat... tatapanmu sering mengarah ke Pangeran Wang."

Hwajin tersenyum tipis.

"Ah… kau memperhatikannya juga, ya?"

Zhao tergagap.

"Eh? Ah, maksudku… ya, sedikit. Tapi aku bukan menguping atau apa… cuma... yah, aku penasaran."

Hwajin menarik napas panjang, suaranya tenang dan lirih.

"Aku memang mengenalnya... jauh sebelum aku masuk istana."

Zhao memiringkan kepala, matanya membulat.

"Benarkah? Wah... kau kenal sejak kapan?"

"Saat kami masih anak-anak. Ayahku pernah menjadi penasihat militer di perbatasan, dan aku tinggal di sana selama beberapa tahun. Waktu itu, Pangeran Wang baru saja dikirim untuk pelatihan militer. Semua orang takut padanya. Kaku, dingin, jarang bicara..."

Zhao mengangguk pelan, ekspresinya setuju.

"Ya... itu memang terdengar seperti dia."

Hwajin melanjutkan, tatapannya menerawang jauh.

"Tapi suatu hari... aku tersesat di hutan belakang markas. Semua orang panik. Tapi dia yang menemukanku. Ia tak banyak bicara… hanya berkata, 'Berjalan di belakangku. Jangan takut.' Sejak itu... aku selalu mengingatnya."

Zhao terdiam sejenak. Pikirannya mulai berputar.

"Jadi... sejak saat itu...?"

Hwajin tersenyum pahit.

"Aku menyukainya. Tapi dia tak pernah menoleh ke arahku. Bahkan saat aku datang ke istana kemarin, tatapannya tetap... sama."

Zhao terlihat bingung dan sedikit merasa bersalah.

"Ah... jadi begitu ya..."

Hwajin memegang tangan Zhao dengan lembut.

"Tenang saja, Nona Zhao. Aku tahu perasaanku bukan sesuatu yang bisa kupaksakan. Aku tahu dia... tak pernah memandangku sebagai wanita. Tapi aku ingin tetap dekat… walau hanya sebatas teman."

Zhao tersentuh. Tapi seperti biasa, bibirnya lebih cepat dari otaknya.

"E-eh... tapi aku, aku bukannya menyukai dia, loh! Aku malah suka... eh... suka... suasana istana! Iya! Suasananya!"

Kepalanya nyaris meledak sendiri.

Hwajin menatap Zhao penuh makna, namun tak berkata apa-apa soal itu.

"Baiklah kalau begitu. Tapi kadang... kita tidak menyadari siapa yang benar-benar menyentuh hati kita… sampai semuanya terlambat."

Zhao mengerjap. Kemudian senyum lebarnya mengembang.

"Sepertinya aku mendapat ide dari semua ini."

"Ide?" tanya Hwajin pelan.

Zhao mencondongkan tubuh, berbisik seperti sedang menyusun konspirasi.

"Begini, Nona Hwajin. Aku sebenarnya tidak begitu suka dengan perjodohan ini. Pangeran Wang juga kelihatannya tidak setuju. Tapi karena ini perintah langsung dari Kaisar, kami tidak bisa menolaknya. Tapi... bukan berarti tidak bisa diubah sebelum hari pernikahan, kan?"

Hwajin terlihat ragu.

"Nona Zhao tidak menyukai Pangeran Wang? Tapi... kenapa?"

Zhao mengangkat alis.

"Dia itu tipemu, bukan berarti dia tipeku juga. Aku pasti akan menemukan pria yang jadi tipeku, dan caranya adalah: membawamu kepada Pangeran Wang. Jika kau yang bersanding dengannya, aku bebas!"

Ucapnya penuh semangat.

Hwajin menggeleng pelan.

"Maksud Nona Zhao... kita akan menentang perintah Kaisar? Maaf... saya tidak cukup berani untuk itu. Saya akan mencoba menyimpan perasaan saya saja."

Zhao cemberut, tapi cepat kembali serius.

"Tidak! Kita tidak akan menentang Kaisar. Kita hanya akan... mendorong perasaan alami agar mengambil alih! Jangan khawatir, aku tidak akan membuatmu melakukan hal yang melawan aturan. Tapi… bantu aku, oke?"

Hwajin masih terlihat ragu.

"Tapi bagaimana caranya? Hari pernikahan tinggal menghitung hari."

Zhao mengepalkan tangan.

"Serahkan padaku! Asalkan Nona Hwajin mau bekerja sama."

Hwajin menarik napas panjang. Akhirnya, ia mengangguk perlahan.

"Baiklah. Tapi… bagaimana dengan Pangeran Yu? Bukankah dia yang dijodohkan denganku? Aku tidak ingin menyakiti perasaannya."

Zhao terdiam sejenak, lalu tersenyum kaku.

"Pangeran Yu… yah, biar dia jadi urusanku. Tapi, kau benar-benar tidak tertarik padanya, kan?"

Hwajin mengangguk pelan dan menggenggam tangan Zhao.

Keduanya tersenyum satu sama lain, seolah menyepakati sebuah misi rahasia besar.

Meilan yang menyaksikan dari jauh hanya bisa menarik napas pasrah.

"Aku yakin dia akan gagal lagi…" gumam Meilan dalam hati.

Sementara itu, dari kejauhan, sepasang mata tajam menatap mereka.

Pangeran Wang.

"Rencana apalagi yang akan wanita itu lakukan…" gumamnya dingin, alisnya sedikit terangkat dengan ekspresi curiga.

BERSAMBUNG KE BAB 6

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!