NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Angin bertiup semakin kencang, membawa serta butiran hujan es yang tajam. Kilatan petir menyambar-nyambar di sekitar puncak gunung, dan raungan guntur menggelegar memecah kesunyian.

"Kita harus segera turun!" seru Kakek Badra, suaranya hampir tertelan oleh deru angin. "Kaldor pasti sedang mengirimkan sesuatu untuk kita!"

Raka mengangguk setuju. Ia merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui dirinya saat menggenggam Pedang Sinar Naga. Bilahnya terasa hangat dan memancarkan energi yang menenangkan di tengah badai yang mengamuk. Namun, ia juga merasakan bahaya yang mengintai.

Dengan Kakek Badra memimpin jalan, mereka bertiga mulai menuruni gunung dengan tergesa-gesa. Jalan setapak yang tadi mereka daki kini menjadi lebih berbahaya karena hujan dan angin kencang. Batu-batu menjadi licin, dan mereka harus berhati-hati agar tidak terpeleset dan jatuh ke jurang yang menganga di sisi jalan.

Saat mereka menuruni lereng gunung yang curam, tiba-tiba langit di atas mereka semakin gelap. Sebuah bayangan hitam besar muncul dari balik awan, terbang dengan kecepatan yang menakutkan menuju arah mereka. Bentuknya mengerikan, siluet naga hitam yang sangat besar dengan mata merah menyala yang menatap mereka dengan penuh kemarahan.

"Kaldor!" seru Kakek Badra dengan nada ngeri. "Dia datang sendiri!"

Ketakutan mencengkeram hati mereka. Menghadapi Kaldor secara langsung, bahkan dengan Pedang Sinar Naga, terasa seperti bunuh diri. Naga hitam itu terlalu kuat, terlalu mengerikan.

"Kita tidak bisa melawannya di sini!" seru Maya panik. "Kita harus mencari tempat berlindung!"

Raka mengangguk setuju. Ia melihat sebuah gua kecil di sisi tebing yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada. "Ke sana!" teriaknya, menunjuk ke arah gua itu.

Mereka bertiga berlari secepat yang mereka bisa menuju gua itu, berusaha menghindari terjangan napas api Kaldor yang bisa datang kapan saja. Naga hitam itu mengejar mereka dari atas, raungannya yang menggelegar membuat gunung bergetar.

Mereka berhasil mencapai gua itu dan segera masuk ke dalamnya. Gua itu sempit dan gelap, tetapi setidaknya bisa memberikan mereka perlindungan sementara dari amukan Kaldor. Mereka bersembunyi di balik bebatuan besar di dalam gua, mencoba mengatur napas dan menenangkan diri.

Dari balik celah bebatuan, mereka mengintip ke luar. Kaldor terbang berputar-putar di atas gunung, matanya yang merah menyala mencari keberadaan mereka. Badai di sekitar gunung semakin mengamuk, seolah-olah alam itu sendiri marah dengan kehadiran naga hitam itu.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" bisik Sinta dengan nada takut. "Kita tidak bisa bersembunyi di sini selamanya."

Raka menggenggam erat Pedang Sinar Naga. Cahaya putih kebiruan pedang itu tampak lebih terang di dalam kegelapan gua. Ia menatap kitab dewa naga yang tergeletak di sampingnya. Ia tahu mereka tidak bisa terus menghindar. Mereka harus menghadapi Kaldor, cepat atau lambat.

"Kita harus mencari cara untuk menggunakan kekuatan pedang ini," kata Raka dengan tekad. "Mungkin kitab ini bisa memberikan kita petunjuk." Ia meraih kitab emas yang lebih besar dan membukanya secara acak. Matanya tertuju pada sebuah gambar yang menggambarkan seorang ksatria yang memegang pedang yang sama, bertarung melawan naga hitam yang sangat mirip dengan Kaldor. Di bawah gambar itu, terukir kata-kata: "Cahaya harapan di tengah kegelapan."

Raka merasa ada secercah harapan. Mungkin Pedang Sinar Naga memang diciptakan untuk melawan Kaldor. Mereka hanya perlu mencari tahu bagaimana cara menggunakannya dengan benar. Di tengah amukan badai dan ancaman naga hitam yang mengintai di luar.

Raka menggenggam erat Pedang Sinar Naga, merasakan denyutan energi yang kuat mengalir dari bilahnya ke seluruh tubuhnya. Ia mengangkat pedang itu di hadapannya, cahaya putih kebiruannya menerangi dinding-dinding gua yang gelap. Meskipun ia merasakan kekuatan yang luar biasa, ia juga merasa canggung, tidak tahu bagaimana cara menggunakan senjata sehebat ini. Ia hanyalah seorang pemahat kayu, bukan seorang pendekar pedang.

"Kitab itu," kata Kakek Badra, menunjuk ke Kitab Dewa Naga yang lebih besar yang terbuka di pangkuan Raka. "Lihatlah lagi gambar ksatria itu. Perhatikan bagaimana ia memegang pedangnya, bagaimana ia bergerak."

Raka kembali menatap gambar di kitab itu. Ksatria itu berdiri dengan sikap yang tenang namun penuh keyakinan, pedangnya terangkat dengan anggun seolah-olah merupakan perpanjangan dari tangannya. Raka mencoba meniru pose itu, mengangkat Pedang Sinar Naga dan mencoba merasakan keseimbangannya. Pedang itu terasa berat namun juga ringan pada saat yang bersamaan, dan cahayanya tampak beriak mengikuti gerakannya.

Di luar gua, raungan Kaldor kembali terdengar, kali ini lebih dekat dan lebih mengancam. Batu-batu kecil berjatuhan dari langit-langit gua karena getaran yang disebabkan oleh kepakan sayap naga raksasa itu.

"Kita tidak punya banyak waktu," kata Sinta cemas, mengintip melalui celah bebatuan di mulut gua. "Dia masih di sana, berputar-putar seperti sedang menunggu kita keluar."

"Kita harus menemukan cara untuk menggunakan pedang ini," gumam Raka, berkonsentrasi pada gambar di kitab. Ia mencoba mengingat kembali gerakan-gerakan dalam penglihatannya, bagaimana ksatria itu mengayunkan pedangnya dengan kekuatan dan presisi yang luar biasa. Ia mencoba meniru gerakan-gerakan itu, perlahan-lahan mengayunkan Pedang Sinar Naga di dalam gua. Cahaya pedang itu menari-nari, menciptakan bayangan-bayangan aneh di dinding gua.

Saat Raka terus berlatih, ia merasakan koneksi yang lebih kuat dengan pedang itu. Seolah-olah pedang itu merespons niatnya, menjadi lebih ringan dan lebih mudah dikendalikan. Ia mulai merasakan aliran energi yang lancar saat ia mengayunkan pedangnya, dan cahaya biru yang terpancar darinya tampak semakin terang.

Tiba-tiba, saat Raka melakukan tebasan cepat, seberkas cahaya biru menyembur dari bilah pedang dan menghantam dinding gua, meninggalkan bekas gosong yang berkilauan. Mereka bertiga terkejut melihat kekuatan yang tak terduga itu.

"Kau berhasil, Raka!" seru Maya dengan nada kagum. "Kau berhasil mengeluarkan kekuatan pedang itu!"

Raka tersenyum tipis, merasa lebih percaya diri dari sebelumnya. Ia masih memiliki banyak hal untuk dipelajari, tetapi setidaknya ia tahu bahwa ia mampu menggunakan Pedang Sinar Naga.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh yang sangat keras dari luar gua, diikuti oleh suara batu runtuh. Kaldor pasti sedang mencoba menghancurkan gua untuk menjebak mereka di dalamnya.

"Kita harus pergi sekarang!" seru Kakek Badra panik. "Gua ini tidak akan bertahan lama!"

Raka mengangguk setuju. Ia meraih kedua Kitab Dewa Naga dan Pedang Sinar Naga. Maya dan Sinta bersiap untuk mengikuti Kakek Badra keluar dari gua. Namun, saat mereka mendekati mulut gua yang sebagian sudah tertutup oleh reruntuhan batu, Kakek Badra tiba-tiba berhenti.

"Tunggu!" katanya sambil melihat ke arah dinding gua yang lain. "Aku ingat… ada jalan keluar lain dari tempat ini. Jalan rahasia yang hanya diketahui oleh para penjaga kuil."

Kakek Badra mulai meraba-raba dinding gua, mencari celah atau mekanisme tersembunyi. Setelah beberapa saat mencari dengan cermat, ia menemukan sebuah ukiran naga kecil yang tampak berbeda dari ukiran lainnya. Ia menekan ukiran itu, dan seketika terdengar suara gemuruh pelan dari balik dinding. Sebuah bagian dinding batu perlahan-lahan bergeser ke samping, mengungkapkan sebuah lorong sempit yang gelap dan berangin.

"Inilah jalan keluar kita," kata Kakek Badra dengan nada lega. "Cepat, kita harus pergi sebelum Kaldor berhasil menjebak kita di sini!"

Tanpa ragu, mereka bertiga mengikuti Kakek Badra masuk ke dalam lorong rahasia itu, meninggalkan gua yang sebentar lagi mungkin akan hancur di belakang mereka. Kaldor masih mengamuk di luar, tetapi mereka telah menemukan jalan keluar lain, sebuah harapan baru dalam kegelapan. Perjalanan mereka untuk menghadapi naga hitam itu akan terus berlanjut.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!