NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:875
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 08 #DIBAWAH PAYUNG KECIL

​Jakarta, Malam Hari yang Gelisah

​Malam itu, kamar Sekar di rumah orang tuanya terasa pengap. Ia berbaring di tempat tidur, mencoba memaksakan diri membaca materi press release dari Paris, tetapi tidak berhasil. Huruf-huruf itu terasa kabur, pikirannya terus-menerus kembali pada satu kursi kosong di studio ATEEA.

​Ia benci pengakuan ini, tetapi kepergian Alex hari itu benar-benar mengganggu fokusnya.

​Mengapa aku harus peduli? Sekar menggumam pada dirinya sendiri. Itu urusannya. Dia hanya CEO yang menyebalkan, dan aku hanyalah model di bawah kontraknya.

​Namun, ingatan tentang senyum Ayah Alex, Tuan Pranata, terus berputar di benaknya. Tuan Pranata adalah satu-satunya anggota keluarga Prakasa yang selalu memperlakukannya dengan hangat, bahkan setelah ia membatalkan pertunangan singkatnya dengan Alex. Rasa bersalah yang telah ia kubur selama sepuluh tahun tiba-tiba mencuat ke permukaan. Ia meninggalkan Alex di tengah badai, tanpa memikirkan apa pun kecuali ambisinya.

​Saat Sekar sedang bergulat dengan pikirannya, terdengar bunyi deru mesin. Mobil baru yang ia beli tak lama setelah kembali ke Jakarta, kini telah sampai di garasi. Sebuah SUV mewah berwarna hitam.

​Tanpa berpikir panjang, Sekar bangkit. Ini adalah dorongan hati yang ia tahu harus ia ikuti. Ia membutuhkan penebusan, sekecil apa pun itu, untuk membersihkan beban di masa lalunya.

​Dengan tergesa, Sekar mengambil kunci mobil, mantel tipis, dan sebuah payung lipat kecil. Ia segera melangkah keluar, meninggalkan rumah dengan langkah yang jauh lebih cepat daripada saat ia melenggang di catwalk.

​Saat menyalakan mesin, ia menelepon Mila.

​"Mila, aku butuh informasi," ucap Sekar tanpa basa-basi. "Di mana Tuan Pranata Prakasa disemayamkan? Aku butuh alamat lengkapnya, sekarang juga."

​Mila di seberang telepon terdengar terkejut. "Skye? Ada apa? Ini sudah malam."

​"Jangan tanya. Kirimkan saja," desak Sekar. Setelah beberapa saat, Mila mengirimkan koordinat sebuah pemakaman elit di pinggiran Jakarta.

​Sekar memacu mobilnya menuju alamat yang dikirim Mila. Sepanjang perjalanan, awan gelap mulai berkumpul.

​Sebuah Perjumpaan di Tengah Hujan

​Sekitar satu jam kemudian, Sekar berhasil sampai di kompleks pemakaman yang luas dan sepi. Saat ia keluar dari mobil, langit mulai menangis. Hujan turun sedikit demi sedikit, membasahi bumi dan menimbulkan aroma tanah basah yang dingin.

​Sekar mengambil payung kecilnya dan menutup pintu mobil. Ia berjalan perlahan, mengikuti arah yang ditunjukkan oleh penjaga makam yang baru saja ia tanyai.

​Jalan setapak itu terasa sunyi, hanya diterangi oleh beberapa lampu taman yang samar-samar. Jantung Sekar berdebar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, atau mengapa ia repot-repot datang. Yang ia tahu, ia harus berada di sana.

​Setelah berjalan melewati beberapa baris nisan, ia melihatnya.

​Di bawah pohon kamboja yang rimbun, di depan nisan marmer yang bertuliskan nama Pranata Prakasa, Alex duduk bersimpuh.

​Alex masih mengenakan setelan kantor yang sama, namun ia terlihat begitu rapuh, begitu tenggelam dalam kesendirian. Ia diam, bahunya sedikit membungkuk, menatap nisan tanpa bergerak. Pakaiannya sudah mulai basah karena hujan yang kini semakin kuat jatuh ke bumi. Ia tidak peduli.

​Sekar menghentikan langkahnya. Pemandangan itu, Alex yang dulu ia kenal sebagai pria yang penuh semangat, kini terlihat begitu hancur. Ini adalah luka yang tidak bisa disembuhkan oleh uang atau kesuksesan.

​Sekar menarik napas dalam-dalam. Ia melangkah mendekat dan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia membuka payung kecilnya dan memiringkannya, membagi pelindung itu di atas kepala Alex dan dirinya.

​Air hujan masih memercik, tetapi payung itu setidaknya menahan sebagian besar curahan.

​Alex tidak bergerak selama beberapa detik. Ia pasti menyadari kehadiran orang lain, namun keheningannya terasa seperti perlawanan. Perlahan, ia mendongak. Matanya yang merah dan kelelahan menatap Sekar dengan keterkejutan, yang langsung berubah menjadi kejengkelan yang dingin.

​"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Alex, suaranya serak dan jauh lebih dingin daripada udara malam. Ia kembali menyebut Sekar dengan nama panggungnya, Skye.

​Sekar memegang payung itu lebih erat, memastikan bayangannya tidak tertutup sepenuhnya.

​"Saya datang untuk memberikan penghormatan," jawab Sekar, menjaga suaranya tetap datar dan tenang, mengikuti kode profesional yang selalu ia kenakan.

​Alex mendengus sinis, matanya tajam. "Penghormatan? Setelah sepuluh tahun? Kau datang ke makam almarhum Ayahku, Skye, hanya untuk menyelesaikan rasa bersalahmu. Itu bukan penghormatan. Itu egois."

​Pernyataan Alex menusuk tepat. Sekar tahu itu benar, tetapi ia tidak mau mundur.

​"Mungkin," balas Sekar, tatapannya tidak gentar. "Tapi setidaknya, saya ada di sini. Saat Ayahmu masih hidup, beliau selalu baik padaku. Saya tidak datang untukmu, Alex. Saya datang untuk Tuan Pranata."

​Alex bangkit, berdiri di hadapan Sekar. Ketinggiannya yang menjulang, bahkan di bawah payung kecil itu, membuatnya terlihat mendominasi. Tatapan matanya kini penuh amarah yang terpendam.

​"Tuan Pranata," ulang Alex dengan nada mencemooh. "Tidakkah kau pikir aneh, Skye, bahwa kau hanya berani berinteraksi dengan keluargaku saat mereka tidak bisa lagi bicara atau menyakitimu?"

​"Saya tahu ini hari yang sulit," ujar Sekar, mengabaikan serangan itu, berusaha mempertahankan sedikit kehangatan di tengah badai emosi.

​"Kau tidak tahu apa-apa tentang kesulitan," potong Alex tajam. "Kau pergi. Kau membangun dirimu sebagai Skye. Kau tidak pernah melihat ke belakang. Kau tidak pernah tahu bagaimana rasanya berdiri di sini sendiri, harus menguburkan orang yang kucintai, sambil menanggung cemoohan karena aku dicampakkan oleh seorang Sekar Kenanga yang memilih ambisinya di Paris."

​Sekar merasakan air mata menusuk matanya, bukan karena marah, tetapi karena rasa sakit Alex yang begitu nyata.

​"Saya minta maaf tentang Ayahmu, Alex," kata Sekar, suaranya sedikit bergetar.

​"Simpan permintaan maafmu. Aku tidak membutuhkannya," tukas Alex, nadanya final. Ia meraih payung itu dari tangan Sekar, menariknya dengan kasar, dan membuangnya ke tanah. Payung itu terlipat tak berdaya.

​Hujan deras segera menyapu mereka berdua. Pakaian mereka basah dalam hitungan detik.

​"Jika kau ingin menebusnya," kata Alex, suaranya meninggi, berjuang melawan deru hujan, "Selesaikan kontrak ATEEA dengan sempurna. Buktikan dirimu layak menjadi 'Ascension'. Itu satu-satunya cara kita bisa bicara."

​Sekar terkejut melihat payung itu tergeletak. Itu adalah simbol satu-satunya upaya baiknya, dihancurkan oleh pria yang penuh luka.

​Ia membiarkan air hujan membasahi wajahnya. "Baik," jawab Sekar, suaranya kini kembali setajam es, perasaannya yang lembut langsung terkubur dalam-dalam. "Saya akan menyelesaikan kontrak ini, Tuan Alex. Dan saya akan memastikan itu sempurna. Tapi setelah itu, saya tidak akan pernah melihat Anda lagi."

​Sekar berbalik dan berjalan cepat, meninggalkan Alex yang basah kuyup di samping makam Ayahnya, membiarkan hujan menenggelamkan semua emosi yang baru saja muncul. Kali ini, ia tidak tersandung. Langkahnya mantap, tetapi hatinya terasa jauh lebih berat daripada saat ia datang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!