Nayara seorang gadis yatim piatu, keluarganya sudah dibasmi oleh pelakor dan juga putrinya ketika umurnya baru 13 tahun. Nayara kecil juga nyaris mati setelah didorong di jalan raya ketika ada mobil sedang lewat dengan kecepatan tinggi.
Namun Tuhan tidak mengambil nyawanya karena gadis kecil itu harus membalas ketidakadilan yang terjadi padanya.
Nayara tumbuh menjadi gadis yang memiliki sejuta pesona, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dengan kemampuan yang dimiliki dia bisa bekerja dan diterima di perusahaan besar milik Morgan, yang tak lain adalah suami Briana(Kakak tiri)
Langkah awal Nayara dimulai dengan mendekati Morgan, lelaki yang terkenal dingin. dan berusaha keras untuk mendapatkan lelaki tampan nan gagah itu. Akankah Nayara bisa menjerat Morgan dengan pesonanya?
Seberapa kejam pembalasan yang Nayara lakukan pada Briana?
Apakah Nayara akan menikahi kakak iparnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melewati malam berdua.
"Nay, kamu kedinginan."
Nayara hanya sanggup mengangguk, bibirnya sudah bergetar dan matanya berkaca karena takut.
Nayara mengambil ponselnya. Sepertinya meminta Belvan datang adalah keputusan terbaik.
Sedangkan di seberang sana Belvan sedang mengalami nasib buruk. Belvan tidak hati-hati hingga mobilnya menabrak pengendara motor hingga terluka. Belvan terpaksa harus bertanggung jawab membereskan semuanya.
"Maaf Nay, aku ada masalah, aku harus selesaikan dulu." Belvan nampak gusar memikirkan Nayara yang pobya dengan hal-hal menyeramkan seperti gelap, petir dan juga angin ribut.
"Baik Belvan, kamu selesaikan aja dulu, lagipula aku sudah ada temannya."
"Okey, hati-hati Honey. Im sorry." Suara Belvan nampak bersalah.
"Nay pakai jaket ku." Suara dari belakang membuat Nayara harus menoleh.
"Oh, terimakasih Pak." Nayara mengangguk, tatapan mereka bertemu sesaat.
Nayara menutup ponselnya, lalu memakai jaket Morgan tanpa memasukkan lengannya. Nayara lalu duduk di sofa dan bersandar.
Morgan masih menunggu hujan reda, dia yakin jika hujan sedahsyat ini di jalan pun akan terjebak macet, apalagi berita di tv baru saja menginformasikan kalau jalan yang akan mereka lalui sedang terdapat banyak pohon tumbang dan kemungkinan akan sampai pagi.
"Nay! kita nggak bisa pulang malam ini."
"Benarkah? terus!"
"Kamu tidur di ruangan aku, disana kamu akan nyaman."
"Baiklah." Nayara menurut, dia masuk kembali dan tidur di sofa panjang yang ada di ruangan Direktur utama.
Baru pukul sepuluh malam Nayara sudah nampak lelap. Morgan tersenyum melihat Nayara yang tidur dalam posisi duduk.
Dengan hati-hati Morgan merebahkan tubuh Nayara, baru kali ini lelaki itu peduli dengan sekretarisnya, biasanya dia tak pernah mau tahu. Bagi Morgan Nayara itu wanita lemah dan cengeng meski dia berusaha tegar dan tegas di depannya.
Usai membenarkan posisi tidur Nayara, Morgan menghubungi Briana lewat video call, Morgan yakin istrinya sudah menunggu di rumah seperti biasa.
"Sayang, malam ini aku tidak pulang."
"Apa aku tidak salah dengar? Sayang aku malam ini sudah dandan cantik untuk kamu, aku juga beli lipstik baru yang warnanya kamu pasti suka lihat ini," Briana menunjukkan bibirnya yang dibuat seseksi mungkin. Morgan hanya menanggapi dengan senyum.
"Lipstiknya tidak akan habis sekali pakai kan? Disini hujan lebat, kalau nggak percaya lihat acara TV."
"Iya, aku tahu. Tapi lihat aku bukan hanya memakai lipstik baru, tapi lingerie ini juga baru, aku beli waktu di Jepang dan aku ingin kau senang melihatnya, sayang sekali semua harus gagal." Briana mengerucutkan bibirnya.
Morgan tertawa. "Aku minta maaf, tunjukkan saja semua disaat aku pulang nanti."
"Baiklah, tapi kamu disana sama siapa?"
"Sama siapa? tentu sama Tomi. Sopir kita dan para security."
"Baiklah, aku nanti akan cari tahu semuanya pada Tomi. awas kalau bohong" kata Briana mengancam.
Morgan tahu betul kalau Briana memiliki sifat pencemburu, jika dia bilang bersama Nayara, Morgan takut akan timbul masalah baru untuk Sekretarisnya.
Panggilan dengan Briana selesai, Morgan segera menghubungi Tomi, sopir pribadinya untuk mengatakan seperti yang dia minta, Tomi tentu setuju, karena sebenarnya dia tidak begitu suka dengan Briana yang kerap bersikap culas dan arogan.
"Siap Pak, aku akan katakan seperti yang bapak minta," kata Tomi.
Semua sudah beres. Namun, malam ini Morgan tak ingin buru-buru tidur, dia memilih untuk melihat lihat laporan keuangan bulan ini dari direktur keuangan.
Keuangan perusahaan memang lagi bagus, Namun Morgan menemukan pengeluaran yang sangat besar setelah diselidiki semua uang itu ditarik Briana ke ATM pribadinya.
'Buat apa dia mengambil uang lagi, bukankah belum satu minggu aku sudah mengirimnya? Dan ini tanpa izinku.' batin Morgan dalam hati.
'Akhh sudahlah, mungkin dia lupa untuk cerita, aku terlalu sibuk di akhir-akhir ini.'
Pandangan Morgan kembali pada Nayara setelah menutup lsptopnya, dia melihat sekretarisnya tidur dengan pulas dengan tubuhnya tertutup jaket dan kemejanya. Tak terasa sudut bibirnya tersenyum. 'Apa yang sudah kulakukan, aku menyiksanya agar dia tak punya banyak waktu dengan kekasihnya. Aku kenapa jadi bodoh seperti ini, kasihan dia harus tidur di tempat tak nyaman seperti itu.'
Morgan mendekati tubuh Nayara yang meringkuk di sofa, Morgan menatap dalam wajah sekretarisnya yang sedang tertidur pulas. Saat Nayara melakukan gerakan kecil Morgan segera berkesiap untuk menahan tubuh Nayara.
Saat itu Morgan menyadari sesuatu, kalau dia memiliki perhatian yang besar pada sekretarisnya. "Aku terlalu berlebihan dia hanya menggeliat, kenapa aku jadi sepanik ini. Ini tidak mungkin, aku sudah berjanji untuk menerima dan mencintai Briana, aku tidak boleh punya perasaan pada siapapun." Morgan lalu berdiri, Dia meninggalkan Nayara yang terlihat mulai nyenyak.
"Jangaaan! Jangan bunuh aku! aku tidak bersalah, jangan! pergi, kalian pergi!!" Mimpi buruk itu kembali menghantui Nayara saat dia baru saja ditinggal Morgan yang tengah gelisah dengan pikirannya.
"Nay, Nay!! bangun kamu mimpi!" Morgan berjongkok hingga lututnya menyentuh keramik, menepuk pipi Nayara agar membuka matanya. Morgan terlihat panik karena ini bukan pertama kalinya mendapati Nayara sedang mengigau dan menangis ketika dimalam hari.
Nayara yang biasa mendapatkan bibi menenangkan ketika mimpi itu datang, dia langsung bangkit dan memeluk Morgan dengan erat, lelaki itu bisa merasakan pelukan Nayara yang begitu kuat.
Keringat membasahi sekujur tubuhnya hingga tangan sampai kaki.
"Aku takut. Bi." Lirih Nayara ditengah tengah nafasnya yang tersengal
"Nay katakan padaku? apa yang terjadi."
Nayara terkejut yang dipeluknya kali ini bukan bibi, tapi suara itu suara direkturnya.
Nayara diam dia enggan berbagi cerita dengan Morgan, karena Lelaki itu sangat mencintai Briana.
"Nay katakan padaku," pinta Morgan setengah mohon. "Kamu mengalami hidup yang berat, tapi kamu menyimpannya sendiri."
"Tidak terjadi apa-apa, aku hanya mimpi."
"Tidak mungkin hanya mimpi, setiap malam kamu bertingkah aneh. kamu tidak sedang baik-baik saja Nay."
"Lupakan saja yang anda lihat, aku baik-baik saja," kata Nayara melonggarkan pelukannya di tubuh Morgan.
Mungkin kau butuh waktu untuk bercerita semuanya padaku. Aku berharap suatu hari kau sudi untuk berbagi masalahmu itu, siapa tahu aku bisa membantu," kata Morgan yang kembali pergi saat Nayara melepas pelukannya. Lelaki itu berusaha menyembunyikan kepanikannya dari Nayara karena tidak ingin membuat wanita itu tidak nyaman.
Ponsel Nayara kembali berdering di dalam tasnya. Nayara segera mencari tahu siapa penelepon ditengah malam begini.
"Nay, kamu baik-baik saja, kenapa kamu tidak menerima panggilanku? Aku sudah bisa menjemputmu sekarang."
"Iya, aku mau pulang, Belvan. jemput aku sekarang," kata Nayara dengan suara serak.
"Nay pasti mimpi itu datang lagi? Suaramu terdengar panik dan apakah kamu menangis usai bermimpi?"
"Iya, Belvan. Aku mau pulang sekarang."
"Baiklah, aku sudah didepan perusahaan tempat kamu bekerja. sebaiknya kamu keluar sekarang."
"Baiklah, aku tidak lama."
Morgan yang sejak tadi mencuri dengar obrolan Nayara dan lelaki diseberang sana, dia nampak khawatir, Morgan tidak mengenal lelaki itu, dia tidak bisa membiarkan Nayara pulang berdua dengan dia saja ketika waktu hampir dini hari.
Melihat Nayara merapikan kemejanya lalu bersiap pulang, Morgan melakukan hal yang sama.
"Nayara, kamu mau pulang sekarang?"
"Iya pak, hujan sudah reda, dan Belvan sudah ada di depan."
"Baiklah, kita keluar bersama." Morgan berdiri didekat Nayara, saat Nayara akan bangkit dari sofa, Morgan mengulurkan tangannya.
Nayara menggapai tangan itu, dia tidak boleh lupa kalau semalam sedang pura-pura terkilir.
"Apa aku perlu menggendongku lagi."
"Tidak usah Pak, ini sudah lebih baik," ujar Nayara melihat ke arah kakinya yang baik-baik saja.
***
Sampai di depan pintu utama perusahaan, Nayara segera melepasksn kaitan tangannya di lengan Morgan.
Nayara akan terus membuat Morgan penasaran dengan hubungan dirinya dan Belvan. Dari semuanya, Nayara bisa tahu seberapa jauh Morgan peduli dengannya.
Thor kau survei sejuta lelaki manapun pasti 100% tidak ada yang mau punya pasangan kayak bayaran
Thor kau kira wanita saja yang punya harga diri , saat ditolak dan direndahkan didepan wanita lain pasti kalian tidak akan Terima
begitu juga lelaki pasti direndahkan dan ditolak didepan pria lain, kalau kau konsisten dengan karakter Morgan, 100% lelaki kayak Morgan tidak bakalan mau punya pasangan kayak nayara
*coba sebutkan 1 hal saja yang membuat Morgan beruntung dapat nayara?
tapi kalau kesialan banyak, dipermalukan, direndahkan, dijadi budak cinta, disakiti, dibuat semaunya, jika dibutuhkan diambil tapi jika tidak butuh dibuang begitu saja
Morgan kalau lelaki punya harga diri dan akal pasti tidak akan mau punya istri kayak nayara
itu fakta