"Om Bima! Apa yang Om lakukan padaku!"
Sambil mengernyitkan dahi dan langkah pelan mendekati Sang Gadis yang kini menjaga jarak waspada dan tatapan setajam silet menusuk netra tajam Bima.
"Seharusnya, Saya yang bertanya sama Kamu? Apa yang semalam Kamu lakukan dengan Alex?"
Bima, Pria yang masih menggunakan handuk sebatas lutut kini menunduk mendekati Laras, Perempuan yang seharusnya menjadi Calon Menantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wisuda
Dua minggu setelah mengantar Alex ke Rumah Sehat, hari ini di sebuah Ballroom Hotel, Laras didampingi Oleh Kedua Orang Tua dan Suami, mengikuti Wisuda.
Rasa bahagia, haru dan lega bercampur jadi satu melebur dalam suasana penuh sukacita.
Kirana Larasati, IPK 3.9, Lulus Dengan Pujian.
Senyum Laras mengembang, seiring dipindahkannya tali toga dan Laras penuh senyum saat menyalami dewan senat yang turut memberikan selamat kepadanya.
Dengan senyum lebar, Laras meninggikan piagam kelulusannya menatap ketiga orang yang dengan penuh rasa bangga menantinya turun ingin segera memeluk dan memberi selamat.
"Papa, Mama, Makasi." Laras memeluk Papa Rasyid dan Mama Lana bergantian.
"Anak Papa hebat." Papa Rasyid memeluk Putrinya.
"Mama bangga deh sama Kamu!" Mama Lana memeluk Laras, mengecup pipi putrinya, bahagia.
"Selamat ya Sayang, Mas bangga!" Bima tak segan memeluk Laras dihadapan kedua Mertuanya. Laras juga lupa seakan Ia dan Bima hanya berdua saja.
"Eh iya, ada Papa sama Mama," Laras dan Bima baru sadar bahwa masih berada di Ballroom.
"Gapapa Ras, anggap aja Mama sama Papa angin." Ledek Mama Lana.
"Ya enggak dong! Mama sama Papa kan yang paling istimewa, kesayangan Aku!"
"Yang bener? Kalo Bima kesayangan juga gak?" Mama Lana senang sekali menggoda anak dan menantunya.
Bukan tak tahu, Mereka pun pernah muda. Sejak Laras dan Bima balik dari Villa kedua orang tua Laras mengerti, sekaligus lega, Laras dan Bima sudah menjadi Suami dan Istri seutuhnya.
Bahkan kala itu Mama Lana paling heboh, manakala melihat cara jalan Laras yang tak biasa.
"Anakku sudah jadi mantan gadis! Sebentar lagi Aku sama Mas Rasyid bakal gendong Cucu! Senangnya!"
Kalau saja Papa Rasyid tak mengingatkan, Mungkin saja Mama Lana sudah keceplosan mengulik Laras.
Tapi Papa Rasyid bilang jangan buat anak dan menantu Kita gak nyaman. Biar itu menjadi urusan rumah tangga Mereka. Kita cukup doakan saja.
"Sekarang Kamu sudah lulus, terserah Kamu mau gimana Ras. Tapi ingat, Kamu sekarag sudah bersuami. Jadi apapun yang mau Kamu lakukan pastikan izin sama Suami Kamu." Papa Rasyid tak bosan mengingatkan.
"Jadi Ibu Rumah Tangga aja kayak Mama Ras! Seru tahu nungguin Suami pulang kerja!" Bima tersenyum. Beruntung Ia memiliki Mertua yang balance. Papa Rasyid yang tegas namun sayang keluarga dan Mama Lana yang memang sedikit unik.
"Mama sih Ibu Rumah Tangga tapi kegiatannya ngalahin Pengacara!"
"Ih tapi itu kan setelah Mama selesai ngurus Papa, Kamu, baru deh Mama berkreasi! Kan Mama juga harus menjaga Mental Health Mama sebagai Seorang Ibu Rumah Tangga Ras! Karena ada yang bilang nih, ketenangan rumah itu dilihat dari seberapa tenang seorang Istri, Istri tenang anak dan suami tiga kali lebih tenang. Kalo Istrinya huru-hara, kurang dapet self love wah rumahnya bisa kacau balau!"
"Iya Mamaku Sayang. Pokoknya Mama paling Best of the best deh!"
"Itu!"
"Sekarang mau kemana?" Papa Rasyid menengok pada semua anggota keluarganya.
"Pa, Ma, Bima sudah booking resto, Kita kesana sekarang?"
"Ah, emang Mantu Mama paling TOP! Kuy lah!"
"Duh! Mas lihat Ibu Mertuamu! Sanggup?"
"Kamu Sayang, sudah gapapa bikin seneng orang tua itu pahalanya gede!"
Disini, di sebuah restoran bintang lima, Bima membooking jamuan Dinner bagi Mereka berempat sekaligus membooking kamar hotel.
"Wah Pa, Kita jadi kayak Laras sama Bima dong! Honeymoon lagi disini!"
Uhuk!
Papa Rasyid tersedak. Memang Istrinya ini luar biasa, masa hal kayak gitu harus dibahas.
Sementara Bima mengulum senyum, melihat Papa dan Mama Mertuanya Ia senang, pantas saja Laras tumbuh menjadi Pribadi yang mampu menjaga diri, karena kasih sayang kedua orang tuanya dan suasana yang dibangun keluarga Mereka sangat amat kondusif dan harmonis.
"Ras, Bim, Kalian gak usah nunda ya! Mama sama Papa mau kok kalo langsung dapet Cucu! Jadi Kalian,"
Papa Bima melirik, memberi kode agar Mama Lana tak membahas lebih jauh.
"Ma,"
"Iya Pa,"
Sedangkan Laras dahinya mengerut, baru ingat kalau sejak dari buka segel dan setelahnya Bima mana pernah Pakai sarung, semuanya juga tembak langsung tanpa dibuang atau berceceran pun tidak.
"Iya juga ya? Bisa aja kan Gue hamil! Mana Si Om semangat bener kalo ngadon! Wah alemong hamidah deh eike!"
"Sayang, kok bengong?" Bima memperhatikan raut wajah Karas sebentar senyum sebentar menegang. Seolah ada yang dipikirkan.
Setelah selesai makan malam, Papa Rasyid dan Mama Lana pamit istirahat duluan ke Kamar Hotel, begitupun Laras san Bima juga turut masuk ke kamar yang sudah Bima reservasi.
Laras dikejutkan dengan hamparan kelopak bunga mawar, dua angsa saling berciuman diatas kasur dan tak lupa lilin-lilin aroma terapi menambah suasana cahaya temaram semakin menambah kesan romantis.
"Sayang," Bima memeluk Laras, memutar tubuhnya menjadi berhadapan.
Laras bisa merasakan hangat hembusan nafas Bima manakala Bima menghirup aroma memabukkan Laras diceruk lehernya.
"Mas ingin Kamu malam ini, boleh?"
Laras mengurai pelukan, menatap dengan senyum manis tanpa memberikan jawab melalui lisannya namun, CUP!
"Aku milikmu Mas,"
Senyum Bima mengembang, rupanya Laras mulai terbiasa dan Bima semakin candu dengan segala yang ada pada diri Laras
Gerak tangan dan lingua keduanya seakan saling merajut dan menuntut.
Kecapan dan desahan bersahutan menjadi melodi indah mengisi larut malam dalam sinar temaram yang syahdu.
Penyatuan entah keberapa kali seolah bagai tak ada habis dan puasnya Laras dan Bima menuntaskan dahaga dalam ikatan halal dan syarat pahala.
"Mas boleh tembak didalam seperti biasa?"
Anggukan Laras seiring kembali dikejutkan oleh Arapaima milik Bima yang menerobos sesak dalam lembah surga Laras.
Bagi Bima, lembah senikmat cawan madu milik pasangan halalnya menjadi muara segala benih yang Ia salurkan lewat kegiatan Mereka.
"Akh!"
Plong rasanya. Tak ada yang bisa dilukiskan bagaimana kepuasan itu begitu terasa bila dicapai secara bersamaan.
"Makasi Sayang, Kamu selalu nikmat," Bima membungkus tubuh Mereka dengan selimut tebal.
"Mas gak ada capeknya!"
"Usia itu hanya angka Sayang, Mas masih kuat kok kalau Kamu mau?"
"Tapi maaf Mas, mataku udah lima watt, kerja rodi bareng Mas itu pasti gak cukup sebentar!"
Bima tertawa, tak bisa Bima hujani wajah Laras dengan kecupan bertubi-tubi.
"Tidur, istirahat ya Istriku." Bima mendengar dengkuran halus dari bibir Laras. Dipandanginya wajah lelah dan polos setelah pergulatan panas yang baru saja Mereka lalui.
"Mimpiin Mas ya Sayang," Bima mengecup kening Laras, lama. Hingga membawanya dalam dekapan dan menyusul Laras di alam Mimpi.
Seakan alam bawah sadar Laras menyadari dalam dekapan Bima tidurnya pun begitu tentram hingga senyuman dibibir Laras tidak surut dan terus mengembang.
jd gak bosan baca nya..
aaaa.. dasar kerak telor 🤣🤣🤣
sekarang lagi benci" nya...
lama" dua insan ini
bucin.....
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya