"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Ruang kerja kembali sibuk. Seperti yang Kalea katakan sebelumnya, Kalea akan membantunya menyelesaikan pekerjaannya. Kalea meminta bantuan beberapa orang bawahan Eiser, mengkoordinasikan penyusunan ulang tata letak dokumen dokumen disana, membuat proses kerja lebih efisien dan terorganisir.
"Letakkan dokumen tanah disana.. kemudian dokumen keuangan.. tolong letakkan disebelahnya.." pinta Kalea.
Eiser memperhatikan Kalea, dia tidak berkomentar apapun saat itu, dia hanya merasa sedikit tenang dan nyaman sekarang. Tidak ada lagi tumpukan kertas di atas mejanya, semuanya di letakkan ke tempat yang sudah di atur oleh Kalea.
Walaupun pekerjaannya belum selesai, setidaknya dia tidak merasa stress dengan tumpukkan kertas yang menggunung seperti sebelumnya. Berkat Kalea juga mereka menjadi lebih mudah mencari dokumen dokumen itu.
"Dan satu hal lagi.., saat kalian bekerja keras seperti ini, kalian juga butuh energi dan stamina yang banyak, karena itu.. Tadaaa! ayo makan! " Kalea membawakan makanan pada mereka. "Makanlah, pastikan perutmu tidak kosong saat bekerja keras, makan juga penting tau!" ucap Kalea penuh semangat percaya diri.
"Ya ampun, anda sangat mulia nona Kalea! Terima kasih atas perhatianmu!" bawahan Eiser mengucap syukur. Mereka ingin bergerak mendekati Kalea. Tapi disaat bersamaan juga, Eiser berdeham menghentikan pergerakan mereka. "Ehem!!"
Kalea tersenyum sambil melirik ke arah Eiser, seolah sedang berkata. 'Tidak ada yang salah kok dengan ini.'
"Ehem Ehem,, maaf nona Kalea, tapi kita harus tetap bersabar menunggu Tuan Eiser selesai.. Jadi, umph!" ucapannya terpotong, Kalea menyuap makanan itu ke dalam mulutnya.
Eiser membulatkan matanya tak percaya. Kemudian tanpa basa basi, Kalea juga menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Eiser. "Makanlah, hanya makan kok!" ucap Kalea sambil menyuapkan mereka satu persatu.
"Nona.." Bawahan menatapnya dengan tatapan haru.
Akhirnya Eiser pun tersenyum dan mulai menikmati makanannya. Kalea merasa puas melihat mereka menghabiskan makanannya begitu lahap. "Bagus.. makanlah, tambah lagi.. jangan ragu menghabiskan makanannya." ucap Kalea santai, dia menoleh ke arah Eiser lalu menciptakan senyuman mesra dibibirnya.
Senyuman itu membuat Eiser sedikit gugup hingga dia kepayahan menelan makanannya, namun matanya tak ingin beralih begitu saja ke arah lain, diam diam Eiser melirik ke arah Kalea lagi. Debaran jantungnya menjadi cepat, Eiser kembali merasakan kehangatan mengalir dalam perasaannya.
'Apa Kalea berubah setelah bangun dari koma?' tanya Eiser didalam hati. Mereka saling bertatapan antara satu dengan lain.
Malam semakin larut, Eiser akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Eiser meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku, kemudian melihat Kalea yang terlelap di atas sofa. 'Dia.. tertidur ya..?'
Eiser bergerak, melangkah mendekati Kalea. Kemudian membuka jasnya dan menjadikan jas itu selimut untuk Kalea. 'Saat dia tidur, wajahnya selalu terlihat tenang.. namun begitu dia bangun.. dia akan membawa banyak sekali kejutan.' ucap Eiser dalam hati.
Perlahan dia menggendong Kalea, membawanya ke kamar pribadi Kalea. Setidaknya itulah rencana Eiser, tapi diluar rencana, Kalea membisikkan sesuatu yang membuat Eiser berhenti melangkah.
"Aku ingin tidur bersamamu.. kali ini, aku benar benar serius Eiser.." ucap Kalea, kemudian menatap mata Eiser begitu dalam, Kalea terus menatap wajah Eiser yang tampan rupawan. Disatu titik, tatapannya terhenti dibagian bibir Eiser.
"Kau bisa tidur dikamarmu malam ini." ucap Eiser
"Aku tidak ingin tidur sendiri lagi.." jawab Kalea cepat.
"Kau bisa meminta pelayanmu menemanimu tidur."
"Kalau begitu aku tidak harus menikah denganmu."
"Apa?"
"Iya, bukankah setelah menikah, suami istri akan tidur bersama sama, berbagi satu kamar, berbagi selimut dan juga berbagi kehangatan.. lalu untuk apa pelayan yang menemaniku tidur?"
"Bagaimana bisa, seorang wanita membicarakan soal ini tanpa rasa malu?" tanya Eiser.
"Aku malu kok!" jawab Kalea, pipinya memerah.
"Lalu?" Eiser kembali bertanya.
"Lalu. Karena aku sedang membicarakannya dengan suamiku, aku rela mengetepikan rasa malu itu!"
Eiser tertawa kecil. Kemudian berjalan ke arah yang berbeda. Eiser membawa Kalea ke mansion utama lagi dan menuju kamar tidurnya. "Kalau begitu.. kau harus bertanggungjawab atas apa yang kau bicarakan itu."
"Ya? Iyaa.." Jawab Kalea.
Saat mereka sampai dikamar tidur, Eiser meletakkan tubuh Kalea begitu pelan penuh perhatian. Matanya terus tertuju pada Kalea. 'Sadarlah Eiser, bisa jadi ini hanya permainannya.. Kalea tidak akan pernah selesai dengan segala rencananya, rencana untuk meluluhkan hatiku kemudian meminta sesuatu dariku!'
"Terima kasih.." ucap Kalea, bibir lembut itu menyentuh sedikit daun telinga Eiser.
Eiser sedikit gemetar saat bibir itu menyentuhnya, dia segera melepaskan Kalea dan menjauh. "Tidurlah.." ucap Eiser dan berhenti sejenak. Kemudian kembali berkata. "Aku.. mau mandi dulu." ucapnya lalu pergi tanpa menoleh ke belakang.
Kini kamar itu kembali hening tak bersuara. Kalea juga terdiam melihat kepergiannya, lalu dia sadar setelah suara pintu kamar itu tertutup yang berarti Eiser telah keluar dari sana. 'Eh..? yang benar saja ni?'
Kalea sangat yakin, cara merayu seorang pria itu dari menyentuh bagian sensitifnya. 'Ada beberapa bagian sensitif yang bisa ku sentuh, namun bagian pertama yang ku pikirkan hanya daun telinganya.. Karena itu aku menyentuhnya, tapi Eiser begitu tangguh menahan keinginannya, apa aku harus menyentuh bagian lain lagi?'
Disisi lainnya, Eiser merendam tubuhnya di dalam bak mandi yang memiliki aroma sabun yang enak, mata Eiser terpejam menikmati aromanya. Melepaskan rasa lelah pada tubuhnya yang terasa tegang dan kaku. Dia teringat sentuhan pada daun telinganya.
'Itu lembut dan.. sedikit basah..' monolog hatinya.
Eiser meraup wajahnya, kembali frustasi karena ada perasaan yang ingin meluap dan tak tertahankan, dia terus menahannya sendiri. "Lupakan hasrat gilamu itu padanya, Eiser.." Eiser mengingatkan dirinya sendiri.
'Tapi.... karena aku telah merasakan kehangatannya, bagaimana bisa aku melupakannya? Hasrat gila yang membuat Kalea akhirnya tidur bersamaku.. Kemudian aku menyesali kejadian itu, karenanya.. Kalea semakin jauh dan membenciku, tepat setelah tau bahwa dirinya sedang hamil anakku.. Kalea akhirnya memilih untuk meminum racun, dia keguguran.. dan dia mengalami koma..'
Tepp! ada jari yang menyentuh kulit pipinya. Eiser segera membuka mata. Matanya membulat saat dia melihat Kalea berada tepat di depannya.
"Eiser..."
"Huaaa...! Ka-kau? mengapa kau bisa masuk ke sini?"
"Ka-karena aku istrimu?" jawaban yang kurang tepat.
"Keluar!"
"Apa?"
"Ku bilang keluar!!" Eiser menyiram Kalea dengan air.
"Ah! Ja-jangan menyiramku! Baik baik! Aku keluar!"
Kalea akhirnya keluar, dia menunggu Eiser di depan pintu kamar mandi, sesekali dia mengintip ke dalam kamar itu melalui celah lubang pintu, namun semua itu diketahui Eiser. "Jangan mengintip!"
"Iya Iya! Baiklah!" jawab Kalea, berbalik menghadap arah depan. 'Pffftt! Aku tak menyangka akan melihat Eiser seperti ini.. Karakter yang paling aku suka dari novel aslinya, dia begitu menggemaskan.. tapi, apa aku harus melakukan itu dengannya?' tanya Kalea sambil menatap ke arah atas.
'Kalea asli memang resmi menjadi istrinya, tapi aku.. aku hanya jiwa baru yang merasuki tubuh ini, dapat diartikan.. aku ini bukanlah istri yang resmi, kenapa.. kenapa aku sedikit khawatir sekarang?' tanya Kalea dalam hati.
Clekk! Suara pintu yang terbuka. Kemudian Eiser pun keluar dengan handuk yang menutup setengah tubuh bagian bawahnya. Kalea meneguk ludahnya dengan payah, dia berbalik badan.
Eiser merasa heran lagi. Dia melihat ke arah tubuhnya lalu tersenyum kecil karena merasakan perubahan situasi sekarang. "Ehem! aku sudah selesai mandi.."
"Begitu ya, syukurlah!"
"Syukurlah?" Eiser mengulang ucapannya sambil berusaha melihat wajah Kalea yang menghadap lain.
"Ya, syukurlah!" jawab Kalea berbalik lagi menghadap Eiser. Kini mata mereka bertemu lagi.
"Kalea.."
"Eiser.."
.
.
.
Bersambung!