NovelToon NovelToon
Gairah Sang Papa Angkat

Gairah Sang Papa Angkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Luh putu Sri rahayu

menjadi sukses dan kaya raya tidak menjamin kebahagiaanmu dan membuat orang yang kau cintai akan tetap di sampingmu. itulah yang di alami oleh Aldebaran, menjadi seorang CEO sukses dan kaya tidak mampu membuat istrinya tetap bersamanya, namu sebaliknya istrinya memilih berselingkuh dengan sahabat dan rekan bisnisnya. yang membuat kehidupan Aldebaran terpuruk dalam kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Aldebaran sampai di rumahnya pukul 8 malam, jejak kesedihan itu masih terlihat di wajahnya. Aldebaran berdiri cukup lama di depan pintu rumahnya bukan karena ia tak membawa kunci rumah, namun dari dalam rumah Aldebaran mendengar jelas suara ibunya memohon agar Diana tidak pergi dari rumah mereka.

Setelah cukup lama ia berdiri di depan pintu, akhirnya Aldebaran memegang kenop pintu dan memutarnya dengan perlahan, pintu itu terbuka perlahan, menampilkan pemandangan di dalam ruang keluarga, di mana ibunya memohon dan mengemis pada Diana. Tampak Diana dengan koper besar yang ia seret bersiap akan pergi dari rumah. Diana yang melihat Aldebaran yang berdiri di ambang pintu menatapnya dengan tatapan dingin.

Kemudian wanita itu menyerahkan sebuah dokumen di tangannya pada Aldebaran. "Tanda tangani!" kata wanita itu setelah berdiri di hadapan Aldebaran sambil menyerahkan dokumen itu.

Aldebaran menatap wajah wanita yang selama ini ia cinta, ia melit di mata wanita itu sudah tidak lagi ada dirinya. Saat itu tanpa berpikir lagi Aldebaran mengambil dokumen di tangan Diana dan menandatangani dokumen itu.

"Mulai hari ini kita bukan suami istri lagi." ucap Diana dingin, setelah Aldebaran menandatangani dokumen perceraian mereka.

Aldebaran menyerahkan kembali dokumen perceraian itu setalah ia menandatanganinya pada Diana. Diana merampas dokumen itu dengan kasar dari tangan Aldebaran lalu pergi meninggalkan rumah mereka.

"Aku menyesal pernah menikah denganmu." Kata Diana, dingin. Ia keluar dari dalam rumah tanpa menoleh sedikitpun.

"Diana! Tunggu!" teriakan Bu Anne, ibu Aldebaran yang masih bersikeras menghentikan Diana pergi. "Ibu mohon pikirkanlah lagi!" kata Bu Anne, mencoba menahan Diana di ambang pintu. Namun sepertinya Diana sudah tak memperdulikan permintaan ibu mertuanya itu, Diana masuk kedalam mobil pribadinya dan pergi begitu saja.

"DIANA!!" teriak Bu Anne, meliat Diana menantu ya pergi begitu saja.

Merasa usahanya sia-sia, Bu Anne menghampiri Aldebaran yang masih berdiri di ambang pintu.

"Aldebaran kenapa kau tidak menghentikan istrimu pergi?" Kata Bu Anne, setelah berteriak meminta Aldebaran untuk membujuk Diana—istrinya untuk tidak pergi, namun Aldebaran tak bergeming ia masih berdiri seperti patung batu kepalanya tertunduk menatap lantai, pandangannya kosong.

"Aku tidak akan menghentikan siapapun yang ingin pergi Bu..." Ucap Aldebaran, wajahnya tanpa ekspresi. "Ini adalah jalan yang sudah dia pilih... aku tidak bisa menghentikannya." lanjut Aldebaran datar.

Bu Anne mengguncang-guncangkan tubuh Aldebaran, "Dasar bodoh! Istrimu sedang hamil dan kau biarkan dia pergi bersama dengan cucuku!" Teriak Bu Anne, penuh emosi.

Aldebaran terkejut mendengar perkataan ibunya, yang mengatakan Diana sedang mengandung, Aldebaran tertawa dingin, tawa itu bercampur dengan air mata kesedihan, kekecewaan dan kemerahan dari seorang pria yang telah kehilangan segalanya.

"Mengandung..." Ucap Aldebaran, pelan hampir berbisik, suaranya berat penuh kepedihan. "Aku tidak akan pernah mengakui anak dalam kandungannya adalah anakku." lanjut Aldebaran.

"Aldebaran, kau ini bicara apa? Bagaimana mungkin kau bicara seperti itu? Diana sedang hamil anakmu!!" Lanjut ibunya, penuh emosi.

Aldebaran, menatap wajah ibunya, wajah wanita yang melahirkannya. Wajah itu sudah keriput dan penuh dengan guratan dan keriput. Dia pikir ibunya—wanita yang melahirkannya yang hidup bersamanya hampir di sepanjang hidupnya dan selalu bersamanya akan mengerti perasaanya. Namun kenyataanya tidak seperti itu.

karena saking mendambakan seorang cucu kini Bu Anne memaksa Aldebaran untuk menghentikan istrinya yang sudah ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, di mana Aldebaran sudah tak bisa lagi memaafkan wanita yang sudah pernah bersamanya selama 7 tahun.

"Bu... Bagaimana aku bisa memiliki anak darinya? Sedangkan aku sendiri di fonis impoten, Bu!!! Aku tidaka kan bisa punya anak, dan bagaimana aku bisa mengakui anak didalam perutnya adalah darah dagingku?" Teriak Aldebaran, penuh kesedihan dan kemarahan terhadap dirinya sendiri.

"...dan ibu ingin aku mengejar wanita yang sudah meninggalkanku demi pria lain! Dan pria itu adalah temanku sendiri? Sudah cukup, Bu. Hatiku sudah cukup sakit melihat dia tidur bersama pria lain di kamar hotel!!" ucap Aldebaran penuh dengan kepedihan. Saat itu Aldebaran tak bisa lagi menahan air matanya.

Mendengar perkataan Aldebaran Bu Anne terdiam seolah tak percaya, namun entah apa yang di pikirkan Bu Anne ia masih membujuk Aldebaran untuk menyusun Diana. "Setidaknya kau bicara dengannya, dan jangan biarkan dia pergi!"

"Tidak, aku pikir... Ibu adalah orang yang paling mengerti perasaanku, ternyata... Aku salah. Aku tidak akan pernah mengakui anak dalam kandungan Diana sebagai darah dagingku!" lalu Aldebaran meninggalkan ibunya yang terpaku mendengar perkataan Aldebaran.

Malam ini menjadi malam yang berat untuk Aldebaran, ia merasakan segalanya telah hilang darinya. Dunianya telah hancur tak tersisa, ia meremas dadanya dengan kuat, rasa sakit di dadanya semakin merobek hatinya, ia masih tak percaya wanita yang ia cintai meninggalkannya dengan cara seperti ini.

...~o0o~...

Keesokan harinya, Aldebaran duduk di meja kerjanya, ia kembali bekerja seperti biasanya. Namun, terlihat jelas jejak kesedihan dan kelelahan di matanya. Tatapannya kosong, matanya hanya tertuju pada layar monitor di hadapannya.

Aldebaran merasa segala sesuatu di sekitarnya menjadi bayangan semu yang tidak penting, yang ada di pikiran Aldebaran saat ini hanya bekerja dan bekerja. Ia melakukan itu untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit hati yang ia alami setelah Diana meninggalkannya.

Tak terasa hari semakin sore, Aldebaran bangkit dari kursinya ia berdiri menatap pemandangan kota dari balik jendela besar di dalam kantornya, pemandangan kota yang sibuk dan gedung-gedung tinggi bak monolit tanpa jiwa seperti dirinya saat ini.

Setelah merapikan jasnya Aldebaran mengambil kunci mobil dan tas kerjanya dan bersiap untuk pulang. Aldebaran menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang, di persimpangan jalan ia berhenti saat lampu merah, pandangannya masih kosong. Saat lampu berubah hijau Aldebaran memilih berbelok di persimpangan jalan, ia memilah tak melewati jalan menuju ke rumahnya.

Saat ini ia tak tahu harus kemana, namun entah apa yang ia pikirkan saat ini, Aldebaran memilih pergi ke kanal air di pinggir kota—tempat kemarin ia bertemu dengan Lilia. Dan benar saja saat mobilnya melintasi jembatan yang membelah kanal Aldebaran meliat Lilia sudah menunggunya di tepi sungai tempat kemarin mereka bertemu.

"Dia benar-benar menungguku?" pikir Aldebaran, entah bagaimana senyum itu melengkung di bibirnya.

Kemudian Aldebaran memarkir mobilnya di tepi jalan lalu ia berjalan menghampiri Lilia yang sedang melempar batu krikil ke dalam sungai, tampak jelas gadis kecil itu bosan, mungkin saja Lilia sudah menunggu Aldebaran lama hingga akhirnya pria itu kembali menemuinya.

"Lilia." panggil Aldebaran, saat dia sudah berdiri tepat di belakang gadis kecil itu. "Kau sudah lama menungguku, ya?"

Lilia menoleh ke belakang dan melihat Aldebaran sudah berdiri di belakangnya. "Paman!" katanya, tampak sangat senang saat melihat Aldebaran menemuinya lagi. "Iya, lama sekali." Lanjut gadis kecil itu, dengan gaya khas anak kecil yang sedang merajuk.

Aldebaran tertawa kecil saat melihat Lilia merajuk, "maaf, aku baru pulang kerja." Aldebaran menatap ekspresi Lilia yang merajuk tampak mengemaskan. "Hei, bagaimana... Sebagai ganti karena aku datang terlambat bagaimana kalau aku membawamu jalan-jalan, kita naik mobil." Lanjut Aldebaran, sambil memperagakan gayanya sedang menyetir mobil. "Bagaimana? Mau, kan?"

Mata Lilia berbinar penuh antusiasme. "Waahh... Benarkah? boleh?"

"Iya, tentu saja." Aldebaran mengangguk, lalu menuntun Lilia ke mobilnya yang sedang terparkir di tepi jalan.

Bersambung.....

1
Bunda
nyimak kak 🙏🏻
DonnJuan
keren kak
Elizabethlizy
kalo berkenan mampir juga yaa kelapak ku makasih
Erlin
mampirr balikk kaaa, semangattt
Erlin
semangat kaa, ceritamu kerenn, dan jangan lupa mampir yaaa
Azthar_ noor
aldebaran .... oh aldebaran ... andin mengkhianatimu jadian lagi sama lilia... heheh semangat thorrr
Serenarara
Lagian sekelas CEO masa kasih yang diskon? /Chuckle/
ARIES ♈: kata papa "Lilia, kita harus berhemat, tanggal tua! kalo gak mau jatah skincare-nya papa potong." 🤭🤭
total 1 replies
Author Sylvia
jangan buat Aldebaran jadi cowok plin plan dan playboy ya Thor.
sukses buat novelnya, jangan lupa support baliknya di novel baru aku ya 🙏☺️
ARIES ♈: terimakasih dukungannya kak, di usahain... biar gak play boy..🫠🫠
total 1 replies
Serenarara
Dasar nggak peka, huh. /Smug/
Serenarara
Wayolo...dia pedo thor?
Serenarara
/Sweat/ Pak, please lah...waras dikit kek
Serenarara
Hajar bang hajar!
Little Fox🦊_wdyrskwt
keren... ceritanya bagus/Determined/
Little Fox🦊_wdyrskwt
semanngat mampir juga say
Anyelir
Aldebaran uy, wkwkwk
Cappie
Jan lupa mampir ya
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Next Thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!