Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namanya Morgan
Setelah selesai mencatat, Felyn langsung bergegas mengembalikan buku milik Morgan. Ia sangat khawatir kalau anak-anak lain akan mengira hal yang tidak-tidak tentangnya dan Morgan lagi.
"Ini bukunya." Felyn meletakkan buku tersebut di atas meja Morgan. Tanpa mengucapkan terima kasih, Felyn berjalan menuju ke mejanya.
Morgan yang tadinya sedang diam, langsung menatapnya dingin. "Itu aja?" tanya Morgan.
Felyn berhenti berjalan dan menoleh pada Morgan. "Emm, iya. Itu aja."
Nadin yang duduk di Felyn langsung mencubit tangannya untuk mengisyaratkan untuk bilang terima kasih pada Morgan. "Bilang MAKASIH!" bisiknya.
Felyn pun menuruti apa yang disuruh Nadin. "Iya, Makasih Morgan."
Morgan tersenyum kecil. "Sama-sama."
Felyn pun kembali duduk di kursinya dan mulai diceramahi oleh Nadin.
Bel masuk berbunyi, kelas pun dimulai kembali.
Selama pelajaran berlangsung, Felyn sama sekali tidak memerhatikan Morgan karena dia sudah baik padanya. Sebaliknya, Morgan malah bersikap seperti ingin mengetahui lebih banyak semua tentang Felyn.
Walau sikapnya tampak dingin dan cuek, sering diomongin psikopat oleh teman-teman sekelasnya, tapi Morgan menghiraukan hal itu.
2 mata pelajaran terakhir sudah berlalu, bel pulang berbunyi tiga kali.
Koridor lantai 2 (kelas 11) mulai ramai dengan suara langkah kaki dan suara mulut manusia. Siswa-siswi kelas 11 sudah mulai keluar dari dalam kelas untuk pulang meninggalkan sekolah mereka.
Begitu juga dengan kelas Felyn. Setelah guru meninggalkan kelas, semua langsung bergegas keluar, apalagi anak laki-laki sudah jelas mereka tidak akan berlama-lama di dalam kelas.
Felyn dan Nadin pun juga sudah saling berbincang sejak tadi sambil berjalan keluar kelas.
"Oh, iya. Fel, kamu mau ke toko buku lagi ya?" tanya Nadin.
Felyn mengangguk. "Iya, nih. Soalnya aku mau cari referensi buku horor, yang kemaren kurang seru."
"Ah, kamu. Mana ada yang seru kalau aku yang milihin," ucap Nadin.
"Eh, gak juga. Ada kok yang cerita nya seru rekomendasi dari kamu."
Felyn dan Nadin masih mengobrol sambil berjalan menuruni anak tangga.
Tanpa disadari, Morgan mengikuti Felyn dan Nadin sampai di depan halte bus sekolah. Felyn dan Nadin sama sekali tidak menyadari hal itu karena mereka sedang asyik berbincang.
Saat bus datang, Nadin berpamitan dengan Felyn untuk pulang, sedangkan ia akan pergi ke toko buku yang biasa didatangi.
Felyn tersenyum saat memikirkan tingkah Nadin. "Nadin, Nadin. Sikapnya sendiri juga aneh, giliran bilangin orang aja cepat banget."
Saat tengah berjalan menuju ke toko buku, Felyn baru menyadari kalau jalan yang ia lewati sekarang itu adalah jalan yang rawan dan sangat sepi walau di sore hari. Itu jalan yang memang ia hindari, tapi tanpa sadar dia berjalan melewati tempat itu.
Felyn menoleh ke kanan dan kiri, melihat semua yang ada di sekelilingnya benar-benar seperti tidak ada kehidupan. Bukannya merasa takut, ia malah merasa bingung karena di jalan itu komplek pertokoan tetapi seperti tidak ditempati.
"Aneh banget, pantesan gak ada yang mau lewat sini."
"Ya udah, jalan aja deh. Daripada kemaleman nanti, toh nanti nembusnya ke toko buku juga," Felyn berusaha berpikir secara logika.
Felyn melihat ke pantulan bayangan dirinya.
Dia terus berjalan seraya melirik bayangannya beberapa kali. Karena merasa ada yang aneh, Felyn kembali melihat ke pantulan bayangannya, dan ia melihat ada bayangan lain yang berada tepat di belakang bayangannya.
Karena penarasan, Felyn sesekali berusaha menoleh ke belakang, tetapi ia tidak melihat ada orang yang mengikutinya.
"Astaga. Jangan sampe penculik, atau preman, atau begal. Ihh, amit-amit!" ucap Felyn mulai takut. Ia pun memperlebar langkah kakinya dan berjalan dengan cepat supaya langsung sampai ke toko buku itu.
Sesampainya di depan toko buku itu, napas Felyn terengah-engah. "Ya, Tuhan. Untung selamat, nggak kenapa-napa."
"Nanti pas balik, aku nggak mau lewat situ lagi."
Felyn mengatur kembali napasnya supaya stabil, ia pun langsung masuk ke dalam toko buku untuk membeli buku cerita horor yang ingin ia sebut pada Nadin tadi.
Beberapa menit sudah, Felyn masih berada di dalam perpustakaan itu. Padahal ia sudah menemukan buku yang ia cari, tetapi malah membaca buku yang lain pula.
Di dalam sana ada tempat duduk/tempat belajar untuk orang yang mau baca buku atau belajar, tapi tidak boleh membawa makanan dan tidak boleh berisik. Seperti perpustakaan yang ada di sekolah.
Ia sedang asyik membaca buku novel karya penulis favoritnya yang berjudul 'Get Married To Karina'. Buku tersebut belum dijual, tetapi merupakan sampel untuk dibaca, jadi belum ada satupun orang yang bisa membeli buku tersebut. Dan masih tertulis Open preorder untuk novel tersebut, sehingga Felyn semakin antusias untuk menantikan buku tersebut bisa ia bawa pulang.
"Ih, kenapa nggak bilang-bilang sih, Sisin kalau mau nerbitin novel lagi?"
"Ceritanya kayaknya bagus banget. Aghh, pengen bawa pulang!" Felyn tersenyum sambil memandangi buku tersebut.
Sedang asyik dengan buku novel yang ia baca, Tiba-tiba saja seseorang laki-laki duduk di sebelahnya.
BERSAMBUNG ....