Menjadi istri pengganti calon suami kakaknya yang meninggal dalam kecelakaan karena dirinya. Alena harus merasakan siksaan dari suaminya sebagai bentuk balas dendam.
Namun, apakah yang terjadi jika akhirnya kebenaran terungkap mengenai kecelakaan itu?
Season 2
Alea Prasetya adalah anak pertama dari Shaka dan Alena. Namun kepribadiannya yang introvert membuatnya dijauhi teman dan membuat orang tuanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnis mereka. Bagaimana kisahnya?
COVER BY NOVELTOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Nadia
Hari terus berlalu. Tidak terasa seminggu setelah kepergian Alena. Semua ini menyisakan luka yang mendalam bagi Shaka. Dia terlihat murung sejak kepergian Alena. Dia sangat menyesali dengan apa yang terjadi. Seharusnya pagi itu dia tidak pergi dengan Nadia. Bahkan jika tuduhan Nadia benar, tentu Shaka tidak masalah karena kini dia sudah benar-benar jatuh cinta dengan Alena. Namun Sarah, ibu Nadia malah menuduh jika Alena pergi karena takut ketahuan oleh Shaka.
Siang itu Shaka sedang melamun dikantornya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. "Masuk." ucap Shaka.
"Tuan, ada Nona Nadia yang ingin bertemu dengan anda." ucap Jesika.
Shaka mengusap wajahnya kasar. "Baiklah suruh dia masuk." ucap Shaka.
Tak lama kemudian Nadia masuk dengan membawa kotak bekal untuk Shaka. "Shaka, ini aku bawakan makan siang untukmu." ucap Nadia.
"Hmm." Shaka hanya tersenyum kecil.
"Ayo kita makan sama-sama." ajak Nadia yang membuka kotak bekalnya di meja sofa ruang kerja Shaka.
Shaka melangkah dan menghampiri Nadia. Dia melihat menu yang dibawakan Nadia adalah makanan yang dia sukai. Nadia mengambilkan nasi dan lauk untuk Shaka di sebuah piring. "Makanlah." ucap Nadia sambil menyerahkan piring itu kepada Shaka.
Shaka mengambilnya lalu memakannya. Namun kali ini rasa makanan itu berbeda dari yang pernah dia bawakan dulu. Kini Shaka mengerti jika sejak dulu Nadia membawakan hasil masakan Alena.
Setelah siap dengan makan siang mereka, Nadia mengatakan sesuatu yang begitu mengejutkan. "Aku akan melaporkan Alena ke polisi." ucap Nadia dengan wajar datarnya.
Shaka langsung menoleh dan menunjukkan ekspresi terkejutnya. "Apa? Melaporkan ke polisi?"
"Ya, dia yang sudah membuat aku jadi begini. Kalau bukan karena dia mungkin aku sudah menikah denganmu dulu dan kita hidup bahagia. Tidak seperti sekarang ini. Kau sudah bukan Shaka yang dulu. Kau tidak sehangat dulu. Bahkan sekarang aku yakin bahwa kau tidak mencintaiku lagi kan." Nadia menangis dengan nafas yang menggebu. Dia terlihat sangat emosi.
"Tidak, bukan begitu Nadia. Hanya saja aku sudah menikah dengan Alena, bagaimana mungkin aku mencintai orang lain." ucap Shaka.
"Orang lain katamu? Aku adalah tunanganmu. Kau sangat mencintaiku. Dan aku hanya milikmu. Pengganggu seperti Alena memang pantas pergi." ucap Nadia dia sela isak tangisnya.
Shaka heran melihat sikap Nadia yang tak selembut dan sehalus dulu. Mana mungkin seorang Nadia tega mengatakan kata-kata itu. Namun kini Shaka kembali menemukan kebenaran tentang siapa sebenarnya Nadia.
"Nadia, tenanglah. Kau tidak boleh gegabah. Jangan laporkan Alena. Kasihan dia." ucap Shaka.
"Apa? Kasihan? Kau kasihan padanya? Lalu aku? Aku yang mengalami penderitaan karena ulahnya. Dan sekarang kau mengasihaninya?" Nadia kembali menumpahkan emosinya.
"Aku mengerti amarahmu. Tapi jangan seperti itu Nadia." ucap Shaka. Rasanya dia juga ingin marah tapi rasa sedihnya tidak memberi restu kepadanya.
"Kalau kau tidak mau aku melaporkannya ke polisi kau harus menikahiku dan menceraikannya." ucap Nadia dengan lantang. Air matanya seketika terhenti.
Shaka terkejut dengan permintaan Nadia. "Apa? Menikah?"
"Ya, kau harus menikahi aku atau aku akan melaporkan Alena ke polisi." ancam Nadia.
Shaka terdiam cukup lama. "Itu tidak mungkin Nadia. Aku tidak mungkin menceraikan dia dengan posisi Alena yang entah dimana." ucap Shaka mencari alasan.
"Aku ingin menikah sirih saja. Dengan atau tanpa dia, kau harus menikahiku. Jika dia datang maka kau harus menceraikannya." ucap Nadia dengan sorot mata penuh kebencian.
Shaka kembali terdiam. Haruskah dia memilih Nadia atau membiarkan Alena di penjara? Tidak, dia tidak bisa melihat wanita yang dia cintai menderita. Alena juga bilang kalau dia senang karena bisa lepas dari Shaka. Alena, maafkan aku. Aku tau kau membenciku tapi sungguh, aku sangat mencintaimu dan aku tidak ingin kau dipenjara. Batin Shaka.
"Baiklah." jawab Shaka pasrah. Dia tidak punya pilihan lain. Orang suruhannya juga tidak bisa menemukan Leon. Bahkan beberapa hari yang lalu Shaka mendatangi orang yang menolong Nadia dan memintanya jujur dengan imbalan uang yang sangat banyak.
*Flashback On*
Beberapa hari yang lalu.
Shaka kembali menadatangi rumah orang yang menolong Nadia. "Nenek, ku mohon jujurlah. Aku akan memberi nenek uang 1 milyar ini jika Nenek mau jujur dengan apa yang terjadi." ucap Shaka.
"Aku sudah jujur Nak. Aku yang menyelamatkan Nadia. Memangnya kau butuh apa lagi? Kejujuran apalagi yang harus aku katakan." ucap nenek Darmi.
Shaka menarik nafas. "Jadi apa yang Nenek katakan semuanya benar." Shaka menunduk lesu.
"Pulang dan bawalah uangmu Nak. Nenek tidak membutuhkannya. Kejujuran Nenek sudah cukup membuat Nenek senang." ucap nenek Darmi.
*Flashback Off*
"Ya sudah kalau begitu. Kita akan menikah secepatnya. Surat yang dia tinggalkan juga sudah cukup menjadi bukti bahwa dia merestui kita." ucap Nadia seraya melangkahkan kakinya. Namun baru beberapa langkah dia merasakan nyeri pada panggul (bagian bawah perut). Kenapa aku? Ah mungkin aku akan haid lagi. Ini aneh kenapa sekarang menstruasiku tidak teratur belakangan ini. Bahkan sekarang rasanya nyeri sekali. Batin Nadia.
Saat sudah di mobil, dia merasakan ada cairan yang keluar dari area intimnya. Dia menyentuh bagian itu dan melihat cairan darah yang berbau aneh. Tidak seperti darah menstruasi. Nadia merasa heran namun dia tidak memperdulikannya. Dia pun segera pulang ke rumah.
Yuk Baca karya teman author yang satu ini. Ceritanya seru loh