Bagaimana jika kamu sedang mengendarai kendaraan tiba-tiba saja pandangan mu menggelap dan membuka mata kembali sudah di zaman yang jauh berbeda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citra Khalifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
"Kalau jumlah uang ku sudah banyak aku akan membeli tanah dan rumah, tanah yang luas untuk berladang terus kalau udah terpenuhi semua nya aku bisa berhenti sebagai pemburu" gumam boksun sambil tersenyum membayangkan hal tersebut.
"Aku harus lebih giat lagi mencari uang agar cepat banyak dan mimpi mimpi ku cepat tercapai" sambung boksun.
Boksun yang sedang asik menghayal pun harus di bangunkan dengan suara resepsionis yang meminta kartu pengenal milik boksun dan akan membuat plakat besi untuk penyimpanan uang yang boksun miliki.
Resepsionis juga berkata jika boksun dapat mengambil uang nya kapanpun dan di gild mana pun selama plakat besi itu ada dan boksun hanya perlu menunjukan plakat tersebut.
Boksun yang mendengar penjelasan resepsionis itu pun merasa kekaguman yang luar biasa sebab jaman sekarang bisa mengambil uang dengan mudah dan dimana saja dengan plakat yang ada pada dirinya itu.
Sementara boksun tengah terkagum dengan sistem yang di terapkan oleh gild.
"Boksun!!' teriak Beno yang memang sedang berada di aula gild bersama nata.
Boksun yang melihat ke arah Beno dan nata pun kini mendekati mereka berdua.
"Sedang apa kalian disini?" tanya boksun ketika sudah dekat dengan Beno dan nata.
"kami sedang melihat pekerjaan yang bisa kami kerjakan untuk saat ini tetapi seperti nya semua pekerjaan itu sudah ada yang mengambil karena kan saat ini para pemburu tidak di perbolehkan untuk berburu dulu di hutan, mereka akan mencabut larangan itu dalam waktu kurang lebih 2 hari lagi sampai mereka rasa keadaan di hutan itu benar benar aman" ucap nata.
"Terus apa yang akan kalian lakukan untuk sekarang? Lalu dimana nona Sandika sekarang? Aku tak melihatnya disini" tanya boksun.
Sebenarnya boksun mendengar ucapan nata pun ikut sedih akan tetapi ia mencoba menghibur teman temannya ini dengan semampunya, terutama mengalihkan pembicaraan agar mereka sedikit melupakan hal tersebut.
"Hah kau bertanya tentang perempuan yang suka sekali berlatih itu, sudah pasti ia sedang berlatih pedang di area latihan" ucap nata sambil duduk.
"Apakah kalian lapar?" tanya boksun.
Nata yang tadi terlihat lesu, lemas dan lunglai pun seketika me mungangkat kepala nya mendengar apa yang boksun sampaikan itu.
"Boksun apa iji kau mau mentraktir kamu semua yang ada di sini?" tanya nata sambil menatap muka boksun.
"Ya sudah ayo... Kita ke tempat dimana ini coro berjualan nanti aku traktir kalian disana, kalian tahu kan tempat warung milik ibu nya coro?".
"Yu kita berangkat ke kedai nya coro, ada yang tahu tempat kedai milik coro?" tanya boksun pada kedua temannya itu.
Nata dengan cepat berdiri yang mengakibatkan Beno hampir terjatuh gegara tingkah nata itu.
"Aku tahu... Yuk kita ke kedai nya sekarang aku akan tunjukan tempat nya" ucap nata dengan semangat.
Boksun yang melihat semangat nata hanya dapat tersenyum dibuatnya.
"Mari kita berangkat sekarang" ucap boksun sambil berdiri dan mengikuti langkah nata yang sudah mulai berjalan.
Beno yang masih terhuyung pun mencoba menstabilkan berdiri nya dan mengikuti boksun dan nata dari belakang.
"Semoga ibu coro mempunyai makanan yang lezat saat ini" ucap Beno sambil mengusap perutnya yang memang sudah lapar.
Mereka pun berjalan bertiga menelusuri jalanan kota yang sibuk dengan aktifitas nya.
Sedang berjalan boksun kembali teringat dengan Sandika dan berniat untuk menjemput wanita itu agar dapat makan bersama mereka bertiga.