NovelToon NovelToon
Sleep With Tuan CEO

Sleep With Tuan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / One Night Stand / Aliansi Pernikahan / Crazy Rich/Konglomerat / Idola sekolah
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: agen neptunus

Vincent tanpa sengaja bertemu dengan Valeska di sebuah bar. Niat awalnya hanya untuk menyelamatkan Val yang diganggu laki-laki, namun akhirnya malah mereka melakukan 'one night stand'.
Dan ketika paginya, Vincent baru sadar kalau gadis yang dia ambil keperawanannya tadi malam adalah seorang siswi SMA!
***
IG: @Ontelicious

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Dia Tahu Dan Memilih Diam

Keenan baru saja bangun dari tidur ketika menyadari sesuatu yang janggal. Rumah terasa terlalu sepi. Valeska tidak ada di mana pun. Dia sudah mengecek kamar Valeska, dapur, bahkan ruang tamu, tapi hasilnya nihil.

“Dia kemana, sih?” gumamnya heran sambil menggaruk kepala yang jelas-jelas tidak gatal. Keenan langsung meraih ponsel dan mencoba menelepon Valeska.

Nada sambung terdengar beberapa kali, tapi panggilannya tak diangkat. Wajah Keenan mulai berubah cemas. “Astaga, kemana sih dia? Kok nggak ada ngabarin apa-apa?”

Belum sempat Keenan melanjutkan pikirannya, suara seorang laki-laki terdengar dari pintu depan. “Nan! Ini gue.”

Keenan berjalan menuju pintu dan membukanya.

“Sam? Tumben lo ke sini?” tanya Keenan sambil menyipitkan mata. “Ada apa?”

Sam nggak banyak basa-basi. “Valeska di mana?”

Keenan mengangkat bahu. “Nggak tau gue. Gue baru bangun tidur.”

Sam masuk ke ruang tamu tanpa menunggu dipersilakan dan menjatuhkan dirinya di sofa. “Gue tadi nelepon Valeska beberapa kali, tapi nggak diangkat. Makanya gue ke sini. Gue rencananya mau ngajak dia ke toko buku. Kemarin lusa dia bilang pengen beli buku catatan.”

“Oh ….” Keenan berpikir sejenak, lalu asal jawab, “Kayaknya lagi jalan sama Vidya.”

Belum sempat Sam merespons, ponsel Keenan tiba-tiba berdering. Nama Vidya muncul di layar.

“Lah, ini Vidya nelpon gue,” kata Keenan sambil mengangkat telepon.

Sam hanya mengangkat alis, menunggu kelanjutan percakapan.

“Iya, Vid?” sapa Keenan santai.

“Nan, Valeska ada di rumah?” Vidya bertanya langsung tanpa basa-basi.

“Lho?” Keenan melirik Sam yang ikut menunggu jawabannya. “Kupikir dia lagi sama kamu.”

“Nggak ada, Nan. Aku coba telepon dan chat dari tadi pagi, nggak ada respon sama sekali.”

Keenan mulai merasa ada yang aneh, tapi mencoba tenang. “Mungkin dia lagi ada urusan penting yang nggak bisa diganggu,” tebaknya asal.

“Urusan penting apa yang nggak bisa balas satu chat? Dari pagi, Nan. Aku khawatir.”

Keenan terdiam sejenak. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan hampir pukul lima sore. “Nanti aku kabari kalau Valeska pulang,” katanya sebelum mengakhiri panggilan.

Setelah telepon terputus, Keenan meletakkan ponselnya pelan di atas meja. Wajahnya berubah serius. Dia menatap kosong, mencoba menebak-nebak ke mana adiknya pergi.

“Gue bilang aja ya, Nan.” Sam membuka suara, nada suaranya mencerminkan kegelisahan yang sama. “Nggak biasanya Valeska pergi tanpa kabar kayak gini.”

Keenan melirik Sam sekilas, lalu menghela napas panjang. “Udah, Sam. Lo jangan terlalu mikirin. Gue yakin dia baik-baik aja.”

Sam mengangguk pelan, meski masih kelihatan ragu.

Tapi kemudian Keenan tersenyum kecil, mencoba mengalihkan topik. “Tadi malam, Yura muncul di tempat kerja gue.”

Sam yang tadi terlihat cemas langsung berubah heboh. “Yura?! Dia udah balik?”

“Iya.” Keenan mengangguk sambil menyandarkan tubuh ke sofa. “Dia pengen lo ketemu dia nanti malam.”

Mata Sam membulat, antusias. “Serius, Nan? Gue harus ke mana?”

Keenan tertawa kecil melihat reaksi berlebihan sahabatnya. “Ya tanya aja sendiri ke dia. Jangan nanya gue. Emangnya gue mak comblang?”

Sam ikut tertawa kecil, meski matanya masih berbinar-binar. “Tapi, kenapa dia nggak ngabarin gue langsung, ya? Aneh banget.”

Keenan berdiri dan meregangkan tubuh. “Mana gue tau.” Dia berjalan ke arah kamar mandi. “Gue mau mandi dulu. Jangan ke mana-mana.”

Sam mendengus. “Ngapain gue di sini sendirian? Valeska aja nggak ada.”

Keenan menoleh sambil cengengesan. “Ya temenin gue cari makan dulu, gue lapar.”

Sam hanya bisa menghela napas panjang sambil menggeleng. “Hhh ... iya, iya. Dasar bos!”

......................

Valeska baru saja selesai merapikan isi kulkas Vincent. Bahunya terasa pegal luar biasa, sampai-sampai ia harus memukul-mukul bahunya sendiri pelan sambil memiringkan kepala ke kiri dan ke kanan, berharap sedikit rasa nyaman.

“Capek ya, Val?” Suara Vincent tiba-tiba terdengar. Ia keluar dari ruang kerjanya sambil membawa mangkuk kosong, lalu meletakkannya di meja makan. “Thanks salad buahnya. Enak banget,” pujinya dengan nada puas.

“Sama-sama, Pak. Makasih juga traktirannya tadi siang buat saya,” jawab Valeska sambil tersenyum tulus. “Oh iya, malam ini mau makan apa, Pak?”

Vincent mengangkat bahu santai. “Gak usah. Abis ini lo bisa langsung pulang aja. Gue ada acara makan malam di luar.”

“Sama Megan?” goda Valeska sambil tertawa kecil.

“Sama Ibu Suri juga sekalian,” balas Vincent dengan nada bercanda, membuat mereka berdua tertawa.

Valeska mengangguk. “Iya, gapapa. Besok pagi saya ke sini lagi.”

Setelah semua pekerjaannya selesai, Valeska mulai mencuci tangan, membersihkan pisau, dan merapikan meja dapur. Sementara itu, Vincent berdiri di dekat meja makan, matanya terus memperhatikan bagaimana telatennya gadis itu bekerja. Ada sesuatu tentang caranya yang selalu membuat Vincent terkesan.

“Val,” panggil Vincent tiba-tiba, memecah keheningan.

Valeska menoleh sambil tetap mengelap meja. “Iya, Pak?”

“Tadi … waktu lo di kamar gue … lo cuma lihat akuarium ikan, kan?” tanya Vincent sedikit hati-hati.

Valeska mengernyit bingung. “Kenapa, Pak?”

“Lo gak lihat yang lain?”

“Gak ada sih, Pak. Kenapa memangnya?”

Vincent menarik napas lega. “Oh, oke.” Nada suaranya berubah lebih santai.

Valeska hanya tersenyum lalu kembali sibuk dengan lap di tangannya. Ia tidak menyadari betapa leganya Vincent karena ternyata gadis itu tidak melihat kalung yang tertinggal di wastafel bar.

***

Jam kerja akhirnya selesai. Valeska memakai jaketnya, mengikat rambut panjangnya yang biasa tergerai, lalu menyampirkan tas selempang di pundaknya.

“Pak, saya pamit dulu ya,” katanya sambil tersenyum ke arah Vincent.

Vincent mengangguk. “Sampai jumpa besok ya, Val.”

“Siap, Bos!” jawab Valeska sambil bercanda dengan gaya hormat khas tentara, membuat Vincent tertawa kecil.

Vincent mengantarnya sampai depan lift. Ketika pintu lift terbuka, Valeska masuk dan melambaikan tangan.

“Hati-hati di jalan,” kata Vincent sebelum pintu lift menutup.

Di dalam lift yang sepi itu, Valeska akhirnya bisa menarik napas panjang. Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding lift, kedua tangannya memegang dada. Ada rasa sesak di dadanya yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara menggambarkannya. Rasanya seperti ingin menangis, tapi ia menahannya.

Tenang, Valeska ... Semuanya akan baik-baik saja.

Valeska memejamkan mata dan mengingat kalung yang ada di dalam kamar Vincent. Ya, tentu saja dia melihat itu. Ia juga sempat meraih kalung tersebut dengan mata yang langsung berair. Tapi, berusaha menepis kalau itu mungkin hanya mirip dengan miliknya.

Setelah ia berhasil menenangkan dirinya sendiri. Ia mencoba menguasai pikiran positif di kepalanya. Tidak ada bukti kuat kalau Vincent adalah orang yang bersamanya ketika malam itu.

Lift sampai di lantai dasar, Valeska keluar dengan langkah pelan. Ia berjalan melewati lobi apartemen yang mulai sepi, lalu keluar ke arah halte. Namun, sebelum ia sampai ke trotoar, Valeska memutuskan melewati area parkir mobil yang lebih sepi karena dianggap lebih cepat.

Dan itulah awal kesalahannya.

Ketika sedang berjalan sambil menggosok kedua telapak tangan karena udara dingin, tiba-tiba ada seseorang yang menarik lengannya dengan kasar. “Eh, ap—” Belum sempat ia berteriak, mulutnya sudah dibekap oleh tangan besar.

Valeska meronta, tapi percuma. Orang itu terlalu kuat untuknya. Ia diseret paksa ke arah sebuah mobil hitam yang diparkir agak jauh di sudut.

Ya Tuhan! Siapa orang ini?! pikir Valeska dengan panik. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetar, tapi tidak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya karena tekanan tangan yang menutup rapat bibirnya.

Pintu mobil terbuka, dan sebelum Valeska bisa berpikir lebih jauh, tubuhnya sudah dilempar ke dalam dengan brutal. Jantungnya berpacu seperti akan meledak. Ini bukan mimpi buruk. Ini nyata.

Dan nyatanya baru saja dimulai.

...****************...

1
Inay Febrie
ulerrr jngan percaya🤨
Inay Febrie
waadduuuhh tekdung🤰
Anne Soraya
lanjut
Inay Febrie
semangaaatt pak CEO mogaa makin lamaaaa dmaafin'y🤣🤣🤣

inget,Val!! jngan mudah melunaak 😎
Anne Soraya
lanjut
agen neptunus: siyaaapp!!
total 1 replies
Inay Febrie
kurang panjaaang😄✌
Inay Febrie
kurang panjaaang😄✌
agen neptunus: ngadi ngadi emang 🤣
total 1 replies
🌟
Kuranggg😬
agen neptunus: heh 🤣 udh double padahal
total 1 replies
🌟
2!
Inay Febrie
panjangin lg bab'a boleeehhh??👉👈
agen neptunus: mau nambah update? boleeeeeeh
total 1 replies
Inay Febrie
Sam kampreettt😠😠
udah lah Val emang paling bener tuh mnyendiri dulu,sembuhin dulu semuanya smpe bner" bs brdamai dg keadaan tp engga dg manusianya😊💪
Inay Febrie
selamat atas penyesalan utk seumur hidupmu,Vinchen☺
Inay Febrie
selamat Vin🤝😏
Anne Soraya
lanjut
🌟
Lahh🙂
🌟
Bjirrr lgsg ketahuann😂😭
Anne Soraya
lanjut
Inay Febrie
DUUAAARRRR,,mw jawab apa pak CEO??😏
Inay Febrie
dan akhirnya ktemu dahh sama si om" CEO🙂
Inay Febrie
belum pak
bpak mau daftar??🙂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!