NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Transmigrasi / Fantasi Timur / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Zen Feng

Guang Lian, jenius fraksi ortodoks, dikhianati keluarganya sendiri dan dibunuh sebelum mencapai puncaknya. Di tempat lain, Mo Long hidup sebagai “sampah klan”—dirundung, dipukul, dan diperlakukan seperti tak bernilai. Saat keduanya kehilangan hidup… nasib menyatukan mereka. Arwah Guang Lian bangkit dalam tubuh Mo Long, memadukan kecerdasan iblis dan luka batin yang tak terhitung. Dari dua tragedi, lahirlah satu sosok: Iblis Surgawi—makhluk yang tak lagi mengenal belas kasihan. Dengan tiga inti kekuatan langka dan tekad membalas semua yang telah merampas hidupnya, ia akan menulis kembali Jianghu dengan darah pengkhianat. Mereka menghancurkan dua kehidupan. Kini satu iblis akan membalas semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Feng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19: DENTING DI MALAM BERDARAH

TIIINGG!

Denting logam beradu membelah malam. Percikan cahaya menari di udara, memantul di antara reruntuhan rumah Yaohua yang mulai berantakan. Di tengah kamar yang kini porak-poranda, dua sosok saling bertarung dengan kecepatan dan kekuatan yang hampir mustahil diikuti mata biasa.

Mo Long berdiri setengah membungkuk, kedua tangannya menggenggam pedang hitam legam dengan erat. Qi Bayangan tipis bergetar di sepanjang bilahnya, berdesis lembut seperti makhluk hidup.

Lawannya—seorang pria berjenggot hitam lebat dengan tubuh tinggi dan gempal—mengayunkan pedang besarnya yang berlapis Qi merah menyala. Setiap kali pedang itu bergerak, udara seolah ikut terbakar.

BRAANG! BRAANG! BRAANG!

Denting pedang beradu berulang kali terdengar seperti lonceng kematian.

KLANG!

Benturan berikutnya membuat lantai bergetar keras. Mo Long melangkah mundur dua kali, lalu menahan napas sejenak, menatap tajam ke arah lawannya.

'Matanya melotot namun kosong, jelas ia dikendalikan,' pikirnya cepat sambil mengamati setiap detail. 'Pupilnya membesar tidak natural, auranya kacau dan bergetar liar. Kulitnya memerah seperti terbakar dari dalam, urat-urat menonjol di leher dan pelipisnya... dan dia terus berteriak tanpa sadar.'

Mo Long menyipitkan mata. 'Ini bukan amarah biasa—ini Seni Pembalik Aliran Qi! Orang ini dipaksa meledakkan potensi Qi-nya dari dalam.'

Pria berjenggot itu meraung dengan suara yang tidak manusiawi, lalu kembali menyerang. Pedang besarnya menebas liar, membelah udara dengan suara menderu seperti angin badai.

WUUUSH!

Namun Mo Long tidak menangkis dengan kekuatan semata. Ia memutar pergelangan tangan dengan presisi, mengarahkan pedangnya sedikit miring untuk mengalihkan gaya serangan lawan. Setiap benturan diarahkan ke sisi, meminimalkan tekanan tanpa kehilangan keseimbangan—teknik yang ia kuasai di kehidupan sebelumnya.

BOOM! BOOM! BOOM!

Ledakan demi ledakan terdengar keras. Bilah pedang lawannya menghantam dinding, menebas tiang, dan menghancurkan meja di dekatnya. Potongan kayu beterbangan ke segala arah seperti hujan serpihan.

Pertarungan mereka bergeser cepat dari kamar menuju aula utama. Dinding kayu hancur berkeping, meja giok retak, dan lentera yang menggantung terbanting hingga menimbulkan kobaran api kecil yang mulai menjalar.

KRAAANG!

Saat sebuah cermin besar pecah menghantam lantai, pecahannya memantul ke segala arah bagaikan pisau beterbangan. Mo Long berputar cepat, menangkis beberapa serpihan dengan bilah pedangnya.

Namun satu pecahan melesat tak terduga—

SRAK!

—menghantam tepat ke mata pria berjenggot itu.

"GRRAAAHH!!" teriaknya melengking memekakkan telinga. Darah segar memancar dari matanya yang tertusuk pecahan kaca. Tapi rasa sakit itu tidak membuatnya mundur—justru membuatnya semakin buas, semakin tidak terkendali.

Ia mengayunkan pedangnya seperti orang gila, Qi merah menyala semakin terang dan berkobar. Suara gemuruh seperti petir terdengar ketika aura Qi itu menebal dan berputar di sekitar pedang besarnya, membentuk rantai energi raksasa yang menempel di bilahnya seperti ular yang melilit.

Mo Long menyipitkan mata, waspada. "Teknik ini… Rantai Qi Penghancur. Teknik tingkat tinggi!"

Dengan raungan mengerikan yang memekakkan, pria itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, lalu mengayunkannya ke arah Mo Long dengan kekuatan penuh. Rantai Qi merah menyala itu memanjang dan menghantam udara seperti pecut neraka.

BAAAANG!

Gelombang serangan itu menghancurkan seluruh sisi ruangan. Kayu dan batu beterbangan. Mo Long berguling ke belakang dengan cepat, nyaris terhempas oleh hantaman udara panas yang membakar.

ZRAAANG!

Rantai Qi itu kembali berayun dengan kecepatan mengerikan, menghantam tiang penyangga hingga roboh dengan suara gemuruh.

BOOM! BOOM! BOOM!

Serangan demi serangan datang tanpa henti. Setiap pecutan menciptakan gelombang kejut yang memecahkan dinding dan lantai. Potongan atap mulai jatuh, debu memenuhi udara hingga sulit bernapas.

Mo Long memusatkan napasnya, menahan serangan demi serangan dengan pedangnya yang mulai bergetar hebat.

'Sial, teknik pria ini kuat sekali!' pikirnya cepat sambil terus menghindar. 'Aliran Qi-nya dipaksa berbalik dan memicu ledakan tenaga dari dalam. Setiap tebasannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya! Ini seperti bom hidup yang terus meledak!'

Rantai Qi merah itu melingkar cepat seperti ular raksasa, berusaha mengikat tubuh Mo Long. Ia melompat mundur, mengerahkan sedikit lebih banyak Qi Bayangan di kakinya untuk menghindar. Tubuhnya melayang sebentar di udara, lalu mendarat dengan kaki kanan menapak lantai yang retak.

Namun begitu kakinya menyentuh tanah—

Rasa sakit tajam menjalar dari dada ke seluruh tubuh. Mo Long meringis, lututnya sedikit goyah. Tangannya refleks memegang dadanya.

'Tidak... tubuhku belum sepenuhnya pulih. Aku tak bisa menggunakan terlalu banyak Qi. Jika terus begini, urat-uratku akan robek dari dalam.'

WUUUSH!

Rantai Qi merah itu kembali menghantam dari samping buta.

Mo Long memutar tubuhnya dengan cepat, menebas untuk menahan.

TIIINGGG!

Benturan itu menggetarkan seluruh rumah hingga pondasinya. Dinding belakang ambruk dengan suara gemuruh, sebagian atap runtuh, dan sinar bulan menyinari mereka berdua yang kini berdiri di tengah reruntuhan.

Mo Long menggigit bibir, napasnya berat dan tersengal. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Sial… ini benar-benar sulit. Aku harus mengakhiri ini cepat."

Di hadapannya, pria berjenggot itu kembali meraung dengan suara yang semakin tidak manusiawi. Pedangnya terangkat tinggi, matanya yang tersisa memancarkan cahaya merah gila. Tebasan demi tebasan beruntun dilontarkannya dengan kecepatan brutal, rantai Qi itu menggeliat berulang kali ke arah Mo Long seperti naga yang mengamuk.

KLANG! KLANG! KLANG!

Semuanya ditangkis dan dihindari Mo Long dengan presisi tinggi.

Hingga, satu serangan rantai Qi melesat dengan sangat cepat—

WOOOSH!

Cambukan kuat mengarah ke wajah Mo Long. Ia menangkisnya dengan ujung pedang—

BRAANG!

—hingga bergetar hebat sampai hampir terpental dari tangannya.

Tiba-tiba, pria berjenggot itu melompat cepat, mempersempit jarak antara mereka dalam sekejap. Saat rantai itu berbalik, sebuah tangan mengepal berbalut Qi merah meluncur seperti meteor, hendak menghancurkan kepala Mo Long.

"Sial!" Mo Long terbelalak.

Sementara pertarungan sengit yang membuat Mo Long terdesak terjadi di dalam rumah, di luar terjadi pertarungan yang tak kalah brutal.

Beberapa saat sebelum pria berjenggot menerobos masuk, Gao Shan terlempar jatuh dari atap hingga ke belakang rumah Yaohua. Seorang pria bertopeng merah menyerangnya dengan kekuatan mengerikan.

BRAK!

"Arrgh!" Gao Shan mengerang keras saat tubuhnya terpental ke belakang, menghantam tanah bebatuan dengan keras. Ia berguling beberapa kali sebelum berhenti dengan satu lutut menempel tanah, meninggalkan alur panjang di tanah. Napasnya memburu, wajahnya penuh keringat dan debu.

"Bajingan!!!" raungnya marah sambil meludahkan darah.

Ia bangkit dengan susah payah, menghunus pedangnya dengan kedua tangan.

ZRAANG!

Bilahnya diselimuti Qi Bayangan pekat berwarna hitam, berdesis seperti ular lapar yang siap menyerang. Dalam satu langkah besar, ia melesat ke depan, bayangannya menyatu dengan gelap malam.

KLANG!

Tebasan pertama menghantam keras, disusul tebasan kedua dan ketiga yang membelah udara dengan suara tajam, menciptakan gelombang Qi hitam yang memanjang ke arah sosok bertopeng merah di hadapannya.

Pria itu—berjubah hitam bertudung, wajahnya tertutup topeng bermotif iblis—menangkis dengan tangan kosong. Jarinya melengkung membentuk cakar, diselimuti aura Qi jingga menyala seperti bara api yang membara.

KLANG! KLANG! KLANG!

Setiap kali pedang dan cakar bersinggungan, percikan Qi memancar terang, menerangi malam seperti petir di langit gelap.

Gao Shan memperpendek jarak dengan cepat, tubuhnya melesat rendah seperti bayangan. Dalam satu gerakan berputar, ia menebas tepat di depan dada pria bertopeng itu dengan kekuatan penuh!

Namun lawannya terlalu cepat—cakar berbalut Qi jingga menahan serangan itu dengan kekuatan luar biasa.

BOOOM!

Ledakan Qi menghantam udara, menciptakan gelombang kejut yang membuat debu dan bebatuan berterbangan ke segala arah. Tanah di bawah mereka retak membentuk lingkaran.

Asap tipis membumbung di antara mereka. Saat kabut Qi itu menipis, kedua sosok itu terlihat berhadapan rapat—begitu dekat hingga napas mereka bersentuhan.

Pedang Gao Shan menekan keras ke depan, sementara tangan lawannya menangkis dengan posisi menahan. Keduanya saling mendorong, urat di lengan menegang, udara bergetar keras di sekitar mereka.

"Teknik cakar itu…" desis Gao Shan dengan suara rendah dan penuh tekanan. Matanya menyipit tajam. "Kau pasti dari Klan Harimau Putih! Salah satu klan paling brutal!"

Pria bertopeng itu tidak menjawab. Hanya suara napas berat yang terdengar dari balik topengnya—dan kilatan jingga tajam di balik lubang mata topeng yang tersembunyi.

BRAK!

Tiba-tiba suara keras terdengar dari arah lain. Gao Shui terpental menabrak dinding pagar dengan keras, berdarah dari mulutnya. Ia mengerang kesakitan, sementara tiga Kuchisake-onna melayang cepat mengejarnya dengan tawa mengerikan, tubuh mereka melilit kabut putih dan rambut panjang mereka berkelebat seperti cambuk yang menyerang.

WUUUSH!

Dari atas, bayangan besar melintas cepat di udara. Sebuah sosok berkulit merah, mengenakan kimono hitam panjang dan memiliki sayap putih seperti burung elang raksasa, melayang turun melewati Gao Shan dan pria bertopeng dengan anggun.

Cahaya bulan memantul di mata makhluk itu yang bersinar merah. Hidungnya panjang seperti ranting, sementara dua tanduk kecil menonjol di kepalanya yang botak.

Gao Shan mendongak, wajahnya menegang. Keringat dingin menetes di pelipisnya. "Bajingan… Tengu?! Mereka bahkan memanggil Roh Liar tingkat tinggi!"

"TUAAAN!!" Suara teriakan lantang Hu Wei terdengar dari arah rumah, memantul di seluruh halaman yang kini dipenuhi kabut.

Pria bertopeng itu menoleh cepat ke arah sumber suara.

"Lihat ke mana, kau, bangsat!" raung Gao Shan. Ia langsung menekan pedangnya lebih kuat, mengalirkan Qi Bayangan hitam ke bilahnya hingga memercik liar seperti petir.

DOOM!

Pria bertopeng itu menahan dengan cakarnya, lalu dalam satu hentakan besar—energi Qi jingganya meledak!

BOOOOM!

Tekanan dorongnya membuat Gao Shan terpental ke belakang beberapa langkah, lututnya hampir jatuh ke tanah. Mulutnya penuh darah.

Belum sempat Gao Shan menstabilkan kuda-kudanya, pria bertopeng itu melesat—gerakannya seperti kilat yang menyambar. Cakaran demi cakar berbalut Qi jingga menyerang bertubi-tubi dengan kecepatan brutal, menghantam udara dengan suara menggeram.

BRAAK! BRAAK! BRAAK!

Dentuman demi dentuman keras menjalar ke segala arah.

Setiap serangan menciptakan percikan jingga terang, menggores tanah dan udara di sekitar. Gao Shan menangkis sekenanya dengan pedang yang mulai retak, namun serangan lawannya terlalu cepat dan liar. Dalam sekejap, pria bertopeng itu sudah menerobos melewatinya, berlari menuju ke arah suara Hu Wei.

Gao Shan mendengus, menancapkan pedangnya ke tanah untuk menahan diri agar tidak terhuyung. "Keparat! Jangan lari!"

Ia bersiap mengejar—namun dari langit—

WUUUSH!

Sosok Tengu itu melesat turun dengan kecepatan menakutkan, pedang panjangnya berkilat di bawah cahaya bulan, menghalangi jalan Gao Shan.

Makhluk bersayap itu mendarat dengan anggun di depan Gao Shan, sayap putihnya mengepak ringan, mengirimkan debu dan dedaunan beterbangan. Mata merahnya menatap tajam penuh superioritas, sementara suaranya berat namun bernada angkuh.

"Manusia," katanya perlahan dengan nada meremehkan, "urusanmu hanya sampai di sini. Kau tidak akan melewatiku."

Cahaya bulan membias di bilah pedang keduanya—dan udara di antara mereka bergetar penuh tekanan mematikan.

Di sisi lain, Hu Wei melompat turun dari atap rumah Yaohua dengan gerakan cepat.

TAP!

Ia mendarat di tanah dengan suara teredam, napasnya masih berat dari lompatan. Di hadapannya, di ambang pintu yang hancur, ia sempat melihat bayangan pria berjenggot hitam itu melangkah masuk—pedangnya masih berayun liar, mata kosong penuh kegilaan.

Hu Wei melesat maju—

WUUUSH!

—namun hampir saja dihantam cakaran Qi jingga yang datang dari samping! Ia merasakan serangan itu datang, menunduk dan melompat mundur dengan refleks yang sudah terasah bertahun-tahun.

SRAK! SRAK! SRAK!

Cakaran-cakaran Qi jingga beruntun menyambar udara tepat di tempat ia berdiri sebelumnya. Hu Wei melompat, merunduk, menggulung tubuh, menghindari semuanya dengan presisi sempurna. Ia mendarat di atas batu pekarangan, menatap lawan yang kini menghalangi pintu.

Sosok bertopeng merah itu berdiri tegap, suaranya datar dan dingin. "Lawanmu adalah aku."

"Menyingkirlah kalau tidak mau jadi debu," Hu Wei menjawab dengan nada tinggi penuh tantangan. Aura Qi Bayangan hitam tipis menyelubungi tubuhnya; angin yang diciptakan membuat jubahnya berkibar keras kemudian terlepas, kuncir rambutnya melayang. Di dadanya, darah dingin berbaur dengan adrenalin.

'Tuan Muda belum pulih sepenuhnya, aku harus membantunya! Apapun yang terjadi!' serunya dalam hati dengan tekad bulat.

Pria bertopeng itu terkekeh rendah. Qi jingga melingkupi tubuhnya, ia menyobek jubahnya kasar hingga terlihat kimono lusuh yang menutupi tubuh kekarnya; bekas luka panjang di leher dan lengan tampak jelas seperti jejak pertempuran. Aura Qi jingga itu bergetar keras—bayangan manusia-harimau muncul menyelimutinya, kulitnya seakan berbulu oranye belang.

"Teknik Jiwa Harimau," gumam pria itu pelan, suaranya penuh kebanggaan. "Teknik warisan Klan Harimau Putih."

Hu Wei tidak menunggu lama. Ia menarik napas dalam, memusatkan seluruh Qi Bayangan yang tersisa.

"Seribu Naga Bayangan!" teriaknya dengan suara menggelegar.

WUUUSH!

Pedangnya melesat, diliputi Qi hitam pekat; dari bilah itu bermunculan bayangan-bayangan naga hitam seperti ular kobra besar, melingkar dan menyerbu dengan gerakan yang menakutkan.

SRAK! SRAK! SRAK!

Tebas demi tebasan, bayangan naga itu terus menebas udara dengan suara tajam, menutup ruang di sekitar pria bertopeng. Sang pria mengayunkan cakar jingganya menangkis dengan cepat; setiap bayangan yang tersentuh cakar itu meledak menjadi debu hitam.

BOOM! BOOM! BOOM!

Hu Wei menebas terus tanpa henti, hingga terasa napasnya berat dan keringat mengalir deras. Ia menelan ludah, memaksa aliran Qi tetap stabil. Saat jurus itu menekan lawannya, ia memuntahkan satu gerakan terakhir dengan teriakan keras:

"Tendangan Badai Bayangan!"

Kakinya melesat seperti badai, menghantam udara dengan kekuatan penuh; gelombang Qi Bayangan berbentuk pusaran hitam menyambar pria bertopeng itu dengan kecepatan mengerikan.

BOOOM!

Pria itu terhempas keras, tubuhnya membentur tumpukan kayu, menimbulkan awan debu tebal dan serpihan beterbangan.

Debu mengepul, asap Qi berkumpul. Hu Wei mengatur napas dengan susah payah, lututnya gemetar—serangkaian teknik itu menguras hampir seluruh Qi-nya. Dalam hati ia bergumam dengan waspada, 'Sialan, aku harus cepat sebelum Qi-ku habis total!'

Tiba-tiba suara tawa memecah dari tengah debu. Suara itu mengerikan, penuh hina namun juga kagum.

Cakar jingga menyibak campuran debu dan sisa Qi hitam; dari baliknya muncul sosok berdiri tegap tanpa goresan berarti. Suara itu penuh ejekan:

"Kau benar-benar hebat! Dari gerakanmu aku tahu—kau si Angsa Hitam Selatan, Hu Wei! Pengawal setia Klan Naga Bayangan yang terkenal itu!"

Debu menipis perlahan. Topeng merah yang setengah pecah terlepas dari wajahnya; sisa topeng merahnya terjuntai dan jatuh ke tanah dengan bunyi pelan.

KLAK.

Wajah yang terkuak membuat darah Hu Wei membeku.

Rambut abu-abu. Bekas luka di pipi. Mata tajam yang ia kenal betul.

Hiroshi—Ketua Balai Hukum Long Ya—tersenyum lebar, gigi-giginya tampak mengerikan di bawah cahaya bulan. Wajahnya penuh kepuasan jahat.

"Kau… kau Ketua Balai Hukum Long Ya!" Hu Wei hampir berteriak, suaranya penuh tak percaya dan kemarahan. "Hiroshi! Kenapa?!"

Hiroshi tertawa—tawa yang keras dan mengerikan, bergema di malam yang kelam.

"Awalnya aku hanya ingin melumpuhkanmu," suaranya bergetar penuh ancaman, matanya menyipit berbahaya. "Tapi sekarang kau tahu siapa aku—kau harus mati di sini. Tidak ada saksi yang boleh hidup."

Wajahnya menegang; ia menata kuda-kuda dengan sempurna, kedua tangannya menjelma seperti cakar harimau yang siap menerkam mangsa. Aura Qi jingga di sekitarnya berkobar semakin kuat.

"Bersiaplah untuk mati, Angsa Hitam Selatan!"

KRAAK! KRAAK!

Genteng-genteng rumah Yaohua berjatuhan dengan suara gemuruh. Dentuman keras terdengar dari dalam—pertarungan Mo Long semakin brutal.

Hu Wei menahan napas. Tangannya menggenggam pedang dengan erat meski gemetar. 'Sialan, bajingan ini begitu kuat! Maafkan aku akan terlamabat, Tuan!'

Di jari telunjuk Hiroshi, batu cincin yang selama ini tersembunyi mendadak menyala terang. Aura merah menyala bercampur Qi jingga mengalir liar ke seluruh tubuhnya—seolah sesuatu yang besar dan gelap disedot ke dalam tubuhnya.

KRAAAK!

Tubuhnya meregang dengan suara tulang yang berderak mengerikan; otot-ototnya mengembang dengan cepat sampai hanfu lusuhnya koyak robek, menyisakan celana sobek menempel di pinggang. Bulu-bulu oranye belang tumbuh di kulitnya, taring memanjang keluar dari mulutnya, wajahnya berubah menjadi sosok harimau—tubuhnya menjadi setengah manusia setengah binatang yang mengerikan.

"ROOOAARRR!!"

Ia mengaum dengan suara yang memekakkan, memecah malam. Gao Shan dan Gao Shui yang bertempur beberapa langkah dari situ menoleh dengan wajah pucat.

"Bajingan! Apa itu?!" teriak Gao Shan dari kejauhan.

Hu Wei mengumpat singkat, merasakan bahaya yang berbeda—ini bukan lagi manusia biasa. Ini adalah monster.

Qi yang mengalir dari tubuh Hiroshi kini bertenaga liar dan kacau, jauh melampaui hitungan teknik biasa; ini adalah transformasi yang melibatkan benda ritual terlarang, dan konsekuensinya mengerikan.

'Teknik mengerikan apa itu?! Ini... ini bukan Teknik Jiwa Harimau biasa!' seru Hu Wei dalam hati, matanya terbelalak melihat sosok yang kian mendekat dengan langkah berat.

Langit malam sepertinya menahan napas. Di antara reruntuhan kayu dan pecahan genteng yang masih berjatuhan, dua petarung itu berdiri berhadapan:

Hu Wei yang mulai kehabisan tenaga namun tak mau mundur, mata tajamnya penuh tekad.

Dan Hiroshi—sosok manusia setengah harimau dengan aura mengerikan—mengendus udara, senyum liar di wajahnya menandakan satu hal saja:

Pertempuran belum usai.

Bahkan baru saja memasuki babak paling mematikan.

1
Valentino
Up up uppppp
Valentino
Hohohoo 🥵
Valentino
Keren ngebuffnya thor 😁
Valentino
Orang jujur selalu banyak musuh 😭
Meliana Azalia
Ohh mo long ngincar serangga parasit ini dari haikun
Meliana Azalia
Kejamnya~
Meliana Azalia
Ngegas muluk
Ronny
Bertarung berdua nih ❤️
Ronny
Cu Pat Kai: ‘’Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir’’
Ronny
Kayak tom and jerry gao shan sama gao shui wkwk
Ronny
Aya aya wae 🤣
Zen Feng
Feel free untuk kritik dan saran dari kalian gais 🙏
Jangan lupa like dan subscribe apabila kalian menikmati novelku 😁😁
Dwi Nurdiana
aww manisnya kisah cinta janda sama brondong ini
Dwi Nurdiana
aih pertarungan bagai dansa di malam hari😍
Dwi Nurdiana
min mao ini ya emang minta dicubit
Dwi Nurdiana
babii🤭
Dwi Nurdiana
wkwkwk rasain 🤭
Dwi Nurdiana
awal yang tragis tapi seru😍
Abdul Aziz
awal yang bagus dan menegangkan, lanjutin thor penasaran gimana si mo long ngumpulin kekuatan buat balas dendam
Abdul Aziz
paling gemes sama musuh dalam selimut apalagi cewe imut/Panic/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!