Setelah mengusir Arya Widura dari Madangkara, Permadi dan Shakila menjadi orang kepercayaan Prabu Wanapati. Hubungan Dewi Garnis dan Widura pun kandas. Akan tetapi, Widura bersumpah, tidak akan pernah berhenti membongkar kedok Permadi dan Shakila sebagai orang Kuntala. Dewi Garnis dan Raden Bentar berjanji untuk membersihkan nama baik Widura.
Ternyata, bukan hanya Widura saja yang tahu identitas Permadi dan Shakila, ada orang lain lagi, seorang laki-laki misterius yang selalu mengenakan cadar hitam. Lewat si cadar hitam, Bentar dan Garnis mendapatkan kebenaran tentang siapa Permadi dan Shakila itu. Mereka adalah orang-orang licik yang berusaha untuk menggulingkan Kerajaan Madangkara dan mengembalikan kejayaan Kerajaan Kuntala. Menghadapi orang seperti mereka tidak bisa menggunakan kekerasan akan tetapi, harus menggunakan siasat jitu. Berhasilkah Bentar dan Garnis membongkar kedok mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babak Ketiga
#03
Dewi Garnis dan Raden Bentar tiba di pinggiran hutan Kana Gini, sepasang mata mereka menyapu ke setiap sudut hutan, sementara, kaki – kakinya sudah mulai menapaki rerumputan hijau yang membentang bagai permadani di sepanjang jalan menuju ke dalam area hutan.
“Seandainya, kita tidak memburu orang yang mencelakai Permadi dan Shakila, mungkin kita akan menghabiskan waktu bersama di tempat ini, kak Garnis...” kata Bentar.
“Kau Benar, Bentar... hutan ini begitu alami, jauh dari tangan – tangan kotor manusia yang congkak, sombong dan angkuh. Aku jadi teringat saat pertama kali bertemu Ayahanda Brama di rumah Paman Ganggadara. Di tempat itu, suasananya mirip sekali dengan tempat ini. Di tempat itu pula, aku bertemu dengan Ayahanda Brama Kumbara, kukira itu mimpi, tapi, kenyataan. Hadir dengan segala kesederhanaannya, sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah raja dengan segala kemewahannya,” jelas Dewi Garnis, sementara, Raden Bentar hanya melempar senyum.
Mereka kembali melangkah dengan penuh kewaspadaan menyusuri sepanjang jalan hutan itu sementara, semakin ke dalam mendadak hawa semakin dingin. Hawa dingin yang aneh, embun – embun yang masih menempel pada tanaman dan semak belukar perlahan – lahan berubah menjadi es, sementara, sebagian kabut yang masih menutupi hutan itu, perlahan – lahan berubah menjadi butiran – butiran salju.
“Salju Menyiram Bumi,” kata Bentar, “Kak Garnis, cepat alirkan tenaga dalammu ke sekujur tubuh dan aliran darahmu untuk membendung hawa dingin yang menusuk ini,”
Mereka berdua segera duduk bersila, dua tapak tangan menyatu diletakkan pada dada, sementara sepasang matanya terpejam.
Beberapa saat kemudian, saat membuka kelopak matanya, salju sudah turun dengan derasnya. Jika saja Garnis dan Bentar tidak memiliki tenaga dalam yang tinggi, tubuh mereka akan membeku oleh hawa dingin yang menusuk itu.
Langkah – langkah Raden Bentar dan Dewi Garnis tertahan, hembusan angin dingin itu semakin lama semakin kencang, sebagian tanaman di sekitar tempat itu perlahan – lahan berubah menjadi salju dan es. Jika dua muda – mudi itu tidak memiliki ilmu dan tenaga dalam yang cukup tinggi, mungkin nasibnya akan sama dengan tanaman – tanaman itu.
“Adi Bentar,” panggil Dewi Garnis.
“Ada apa, kak Garnis ?”
“Jika terus – menerus seperti ini, tidak akan ada habisnya. Lihatlah, tanaman dan pepohonan di sekitar kita tertutup oleh salju dan es. Jelas ada orang yang berulah. Dia bukanlah orang sembarangan. Menurutku, dialah yang menyerang Permadi dan Shakila,”
“Akan kucoba menggunakan ILMU IKATAN ROH tingkat pertama untuk mencari dimana orang itu. Yang jelas tidak jauh dari sini,” kata Bentar.
“Aku akan menggunakan CIPTA DEWI tingkat pertama untuk mengembalikan serangannya. Tapi, hei apa itu di depan kita,”
Raden Bentar segera mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuk Garnis. Sepasang matanya terbelalak, mulutnya ternganga, “Jagat Dewa Batara ....”
Dalam jarak lebih kurang 2 – 3 tombak di hadapan mereka tampak kepingan – kepingan es bertumpuk – tumpuk membentuk pusaran bak angin puting beliung bergerak semakin lama semakin dekat. Suaranya bagaikan raungan sosok raksasa, keras memekakkan telinga, membuat bergidik siapapun yang mendengarnya. 2 muda – mudi itu terpaku sesaat lamanya, tubuh mereka seakan tersedot. Tapi, dengan AJIAN PAKU INTI BUMI, kedua kaki mereka seakan terbenam di dalam tanah.
“Kak Garnis, tampaknya kita harus menggabungkan seluruh kepandaian yang kita miliki untuk menghancurkan badai es itu,”
CIPTA DEWI dan ANGIN ES bergabung menjadi satu. Tubuh 2 muda – mudi itu seakan dikelilingi oleh bola raksasa berwarna putih keperakan. Mereka sempat terdorong beberapa tindak. Otot dan urat nadi mereka bertonjolan keluar, wajah mereka menegang. Sesekali Badai es berhasil menekan pertahanan Garnis dan Bentar, sesekali pula mereka pun berhasil menekan badai es. Untuk sesaat dua muda – mudi itu berkutat sengit dengan badai es dan hawa dingin yang menusuk mereka berteriak nyaring, “ANGIN ES !! CIPTA DEWI !!”
“DDUUAARR !!!”
Sebuah ledakan keras terjadi, suaranya membahana ke seantero hutan KANA GINI. Tubuh Garnis dan Bentar terpental sejauh satu tombak, setelah bersalto dua kali, barulah mereka bisa memperbaiki posisi tubuhnya dan mendarat dengan mulus di tanah. Peristiwa yang menegangkan beberapa menit lalu perlahan – lahan kembali menjadi tenang. Akan tetapi, keadaan di sekeliling mereka berantakan.
“Kak Garnis, kakak tidak apa – apa ?” tanya Bentar.
“Tidak apa – apa, Bentar... bagaimana denganmu ?”
“Akupun tidak apa – apa, kak. Hanya saja aku heran, siapa pemilik ilmu tersebut. Jika diteruskan, hutan ini bisa hancur. Dia benar – benar luar biasa,” kata Bentar.
“Ilmu yang dirapalnya adalah gabungan dari Ajian Serat Jiwa tingkat satu dan Ajian Salju menyiram Bumi,” desis Garnis.
“Benar, kak Garnis... tadi Ilmu Ikatan Roh tadi belum sempat kurapal, aku akan mencobanya sekali lagi,” kata Bentar sambil kembali duduk bersila, menyilangkan kedua tangannya di depan dada, matanya terpejam sementara bibirnya komat – kamit. Ilmu Ikatan Roh warisan Biksu Kampala dari Tibet itu telah dirapal.
ILMU IKATAN ROH terdiri dari beberapa tingkat yang masing – masing memiliki keistimewaan sendiri dan saling berhubungan. Tingkat pertama adalah membuka 7 Cakra : CAKRA MULADHARA ( Cakra Dasar ), melambangkan fondasi atau pusat energi dari tubuh fisik, kehidupan materi, dan semangat hidup seseorang. Pada tubuh manusia, cakra ini terletak di dasar tulang belakang atau tulang ekor.
CAKRA SEKS ( Cakra Swadhisthana ), berhubungan dengan reproduksi dan berperan penting terhadap aktivitas seksual seseorang. Cakra yang berada di tulang pelvis ini juga berhubungan dengan cakra tenggorokan yang berfungsi dalam penciptaan kreativitas atau ide. Seseorang dengan Swadhisthana yang baik akan memiliki pikiran lebih positif dan percaya diri. Sebaliknya, seseorang akan bersikap kasar, kurang kreatif, dan berpikir negatif jika Swadhisthana-nya buruk.
CAKRA MANIPURA Berada di sekitar pinggang dan pusar, cakra Manipura berperan dalam mempertahankan vitalitas seseorang.
Seseorang dengan Manipura buruk akan mengalami iri hati, rasa malu, dan perasaan tidak nyaman dalam diri. Namun, mereka yang memiliki cakra yang baik akan merasa aman, nyaman, bebas mengekspresikan jati dirinya, dan percaya diri.
CAKRA JANTUNG ( Cakra Anahata ). Menjadi penghubung antara cakra bawah dan atas, cakra jantung atau Anahata terbilang sangat penting dalam spiritual karena melambangkan simbol cinta kasih dan penyembuhan. Seperti namanya, cakra jantung memengaruhi kemampuan Anda untuk memberi dan menerima cinta, baik dari orang lain maupun diri sendiri. Semakin baik Anahata seseorang, ia akan semakin merasakan kasih sayang dan empati dalam dirinya. Sementara, seseorang dengan Anahata yang buruk akan mengalami kesulitan membuka diri dan dipenuhi rasa sombong dan egois.
CAKRA TENGGOROKAN ( Cakra Vishuddha ) Serupa dengan namanya, cakra ini terletak di tenggorokan manusia. Cakra tenggorokan atau Vishuddha merupakan pusat terciptanya kreativitas dan hubungan sesama manusia. Ketika berfungsi dengan baik, seseorang dapat mengekspresikan dirinya dengan benar dan jelas. Namun, jika seseorang memiliki Vishuddha yang buruk, ia akan merasa kesulitan menemukan kata-kata tepat untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
CAKRA AJNA atau yang dikenal dengan mata ketiga. Berada di antara kedua mata, tepatnya di dahi manusia, Ajna dapat mentransfer energi ke kedua mata, hidung, dan kelenjar pituitari. Masalah emosional di area ini meliputi intuisi, imajinasi, kebijaksanaan, kemampuan untuk berpikir, dan membuat keputusan. Merupakan titik pemusatan dan pengatur cakra-cakra di bawahnya
CAKRA MAHKOTA cakra tertinggi yang berada di atas kepala, tepatnya pada area otak dan sistem saraf (ubun-ubun). Sahasrara melambangkan kemampuan seseorang untuk terhubung sepenuhnya secara spiritual. Jika berkembang secara sempurna, ia dapat memiliki kesadaran yang lebih tinggi. Sayangnya, Sahasrara juga punya dampak negatif bagi seseorang, misalnya mudah depresi, stres, serta sulit memahami sesuatu dan mengasingkan diri.
Tingkat pertama dari Ilmu Ikatan Roh diberi nama MENYATU DENGAN ALAM. Dengan membuka ketujuh cakra tersebut, membiarkan udara yang ada di alam semesta ini masuk dan mengalir ke dalam tubuh maka mampu membuat kelima organ dalam seakan terlindungi dari berbagai serangan dari luar. Singkatnya, mampu menjadikan tubuh kita sebagai perisai. Dari situlah, akan muncul sebuah energi mengalir, ke setiap urat nadi dan pembuluh darah. Energi tersebut dipusatkan pada satu titik, yang nantinya bisa dijadikan senjata yang mematikan.
Dulu sewaktu BIKSU KAMPALA bertanding dengan BRAMA KUMBARA, ia merapal ilmu Ikatan Roh tingkat pertama ini dengan menggunakan dahan, ranting dan daun sebagai senjata. Ia menamai tingkat pertama ini dengan sebutan PAKU MEGA. Jika Brama Kumbara bukan orang yang sakti mandraguna, pastilah akan tewas seperti para pendekar lainnya.
“SING ! SING ! SING !”
Kini Bentar merapal ilmu itu dengan menggunakan daun dan kerikil sebagai senjata dan melemparkannya ke depan tepat dimana Badai Es itu datang. Akan tetapi, daun es itu mengapung di udara, membuat Bentar dan Garnis terpana. Perlahan – lahan daun itu berbalik dan menyerang ke arah mereka.
“SING ! SING ! SING !”
“DUAR ! DDUUAARR !! DDDUUUAAARRR !!!”
Desiran angin dingin dan tajam menerpa wajah putera – puteri Madangkara itu. Mereka berhasil menghindari serangan balik tersebut, tapi tidak bagi pepohonan dan bebatuan yang berada di belakang mereka. Pepohonan dan bebatuan itu hancur berantakan.
“Bedebah !!” umpat Garnis wajahnya merah padam dan sepasang matanya yang bak memancarkan bara api, nyalang... menatap lurus ke depan.
“Hm, yang mampu mengembalikan ILMU PAKU MEGA di dunia ini, mungkin hanya Ramanda Brama dan Guru Kampala. Tapi, kini ada satu orang lagi yang mampu mematahkan serangan itu. Aku benar – benar penasaran dibuatnya,” kata Raden Bentar sambil tertawa tawar.
“Sebaiknya kita menyerang bersamaan, jika terus - menerus seperti ini, kita bisa mati konyol,” kata Garnis geram bercampur kesal.
“Serangan kita tanggung, kak... mungkin kita terlalu meremehkan lawan, kak. Tampaknya, kita harus menggabungkan semua jurus yang telah kita pelajari selama ini,” ujar Bentar, “Hebat sekali orang ini. Sayangnya, dia tidak mau menampakkan diri. Maka, akulah yang harus menemuinya lewat ILMU IKATAN ROH,”
“Iya, benar. Kita harus mengubah cara kita bertarung, Adi Bentar,” kata Garnis untuk kemudian mendekatkan bibir ke telinga Raden Bentar dan berbisik. Bentar menganggukkan kepala.
..._____ bersambung _____...