NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27: Sihir Pemanggilan Dan Kejutan

Sejak keberhasilan Celestine memanggil familiar Sarasvati, suasana di kelas berubah drastis. Momen itu bukan sekadar unjuk kemampuan, melainkan awal dari perjalanan yang lebih besar bagi murid-muridku. Mereka telah melihat sendiri bahwa kekuatan yang selama ini mereka pelajari bisa mewujud menjadi sesuatu yang nyata, sesuatu yang bisa mereka banggakan. Namun, di balik kegembiraan itu, aku tahu bahwa tantangan baru telah menunggu di depan mata.

Murid-muridku yang semula tampak lesu dan tak bersemangat kini kembali dengan antusiasme yang menggebu. Keberhasilan Celestine menjadi api pemicu bagi yang lain, mendorong mereka untuk meraih impian yang sama—memiliki familiar yang akan menjadi teman dan pelindung dalam perjalanan mereka sebagai penyihir. Bukan lagi sekadar soal teknik atau teori, melainkan soal ikatan yang harus mereka bangun dengan familiar yang akan mereka panggil.

Namun, perjalanan ini tidak akan mudah. Setiap familiar adalah cerminan dari hati dan jiwa penyihirnya, dan untuk memanggil satu, mereka harus menggali lebih dalam, mengenali kekuatan dan kelemahan diri mereka. Mereka harus menghadapi ketakutan dan keraguan yang mungkin selama ini tersembunyi di balik keinginan kuat mereka untuk menjadi yang terbaik. Tantangan ini lebih dari sekadar sihir pemanggilan; ini adalah ujian untuk mengenali diri sendiri.

Aku tahu betul bahwa metode pemanggilan konvensional tidak akan cukup. Maka, dengan pemahaman yang kudapat dari Perpustakaan Dunia, aku telah mempersiapkan cara yang lebih efektif, lebih selaras dengan kondisi unik masing-masing muridku. Mereka akan belajar bukan hanya bagaimana memanggil familiar, tetapi juga bagaimana berkomunikasi dengan hati mereka sendiri, bagaimana menciptakan ikatan yang kuat yang tidak bisa dipatahkan oleh apapun.

Hari ini, kami memulai langkah baru. Para muridku akan menghadapi tantangan yang akan menguji segala yang telah mereka pelajari. Mereka akan bersaing, bukan dengan satu sama lain, tetapi dengan diri mereka sendiri. Dengan Sarasvati sebagai simbol keberhasilan pertama, mereka akan berusaha mengukir momen mereka sendiri, dan aku, sebagai guru, hanya bisa membimbing dan menyaksikan perkembangan mereka.

Celestine, yang masih penuh semangat setelah keberhasilannya memanggil Sarasvati, mendekati teman-temannya yang sedang berusaha keras memanggil familiar mereka. Charlotte, Johan, dan Elyrde tampak sedikit tegang—bukan karena takut gagal, tapi karena mereka ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa.

Celestine, dengan senyumnya yang selalu tenang, mencoba memberikan semangat. Meskipun tidak bisa bicara, gerak-geriknya selalu mampu menyampaikan maksud dengan jelas. Ia menepuk bahu Charlotte pelan, lalu menunjuk ke arah lingkaran sihir yang belum berhasil dipanggil Charlotte. Sarasvati, yang berdiri di samping Celestine, ikut memberi isyarat dengan mengangkat salah satu tangannya yang memegang kitab, seolah mendukung apa pun yang sedang disampaikan Celestine.

Charlotte, yang masih berusaha fokus, menoleh dengan cemberut kecil. “Celestine, aku tahu kau mau menyemangati, tapi kau tahu, bukan? Kehadiran Sarasvati di sampingmu malah bikin kami semua makin tertekan!”

Sarasvati, dengan gerakan elegannya, tiba-tiba memiringkan kepalanya sedikit, seakan merasa bersalah. Ia melipat tangan yang tidak membawa barang dan menatap Charlotte dengan tatapan memohon maaf yang begitu dramatis, seolah-olah ia telah melakukan kesalahan besar. Suasana jadi kocak karena ekspresi berlebihan Sarasvati yang tak sesuai dengan citranya yang tenang dan bijaksana.

Melihat itu, Celestine buru-buru mengangkat tangannya, seakan ingin meredam situasi, tapi malah membuat Sarasvati semakin ekspresif. Sarasvati meniru gestur Celestine dan tampak seolah meneteskan air mata yang sebenarnya tidak ada, sambil menutup wajahnya dengan salah satu tangannya.

Johan dan Elyrde yang melihat tingkah lucu Sarasvati tak bisa menahan tawa. Johan sampai terbatuk karena mencoba menahan diri, sementara Elyrde hanya tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Charlotte, yang awalnya kesal, akhirnya ikut tersenyum karena tidak tahan melihat kelucuan interaksi antara Celestine dan familarnya yang terlalu berlebihan.

“Baiklah, baiklah! Aku paham, aku harus lebih tenang,” kata Charlotte, sambil berusaha menahan senyum. “Tapi Celestine, tolong… jangan bawa Sarasvati ke dekatku dulu, ya. Dia bikin tegang, tapi dengan cara yang aneh!”

Celestine mengangguk dengan semangat, lalu memberi isyarat kepada Sarasvati untuk mundur sedikit, yang kemudian diikuti Sarasvati dengan gaya dramatis seperti aktor panggung yang sedang mundur dengan hormat. Kelas pun dipenuhi tawa kecil yang ringan, membuat suasana lebih santai. Celestine telah berhasil menghibur teman-temannya, meski tanpa kata-kata, dan Sarasvati menjadi pusat kelucuan yang tidak terduga.

“Terima kasih, Celestine,” ujar Charlotte akhirnya, sambil kembali fokus pada lingkaran sihirnya. “Kau benar-benar tahu cara membuat semuanya lebih ringan.”

Setelah keberhasilan Celestine memanggil Sarasvati, ia dengan penuh semangat mendekat ke arahku, tampak jelas ingin mendapatkan sedikit perhatian dan pujian. Dengan mata yang berbinar dan senyum lebar, ia berdiri di sampingku, hampir seperti meminta pujian. Aku tersenyum lembut, lalu mengusap kepala Celestine dengan penuh bangga.

"Kerja bagus, Celestine. Kau telah melakukan pekerjaan yang sangat mengesankan," kataku, mengelus lembut kepala Celestine, yang terlihat sangat menikmati momen itu.

Dari sudut ruangan, aku melihat Charlotte mengamati dengan cermat. Ekspresinya tampak menunjukkan campuran rasa cemburu dan frustrasi. Ia mengerutkan kening, mulutnya sedikit mengerucut, dan terdengar ia berbisik, “Kenapa Celestine bisa mendapatkan perhatian seperti itu? Aku juga ingin...”

Dengan semangat yang mendadak membara, Charlotte menatap lingkaran sihirnya dengan tekad baru. “Aku harus memanggil familarku secepatnya!” serunya dalam hati.

Aku menyadari perubahan ekspresi Charlotte dan membiarkan dia berusaha dengan semangatnya yang baru. Melihat semangat persaingan di antara murid-muridku, aku hanya bisa tersenyum kecil. Memang, motivasi dan dorongan seperti ini akan membantu mereka berkembang lebih jauh.

Saat suasana kelas dipenuhi dengan semangat dan energi yang baru, Masamune tiba-tiba menyelesaikan lingkaran sihirnya dengan sempurna. Cahaya biru dan kilatan energi memancar dari lingkaran, dan dalam sekejap, sosok familiar muncul di hadapan kami.

Dari dalam cahaya, tampak seekor Kirin kecil, makhluk mitos yang anggun dengan tubuh bersisik berkilau dan tanduk halus yang melengkung di dahinya. Kirin itu tampak menggemaskan dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari gambaran yang ada di dalam pikiran ku, namun tetap memancarkan aura kebanggaan dan kekuatan. Kulitnya bersinar dalam warna putih perak dengan kilauan pelangi di bawah sinar lampu, dan sayapnya terbuka sedikit, menambah kesan megah.

Masamune tampak sangat bangga dan bersemangat melihat Kirin kecilnya. Aku mendekatinya dengan senyum bangga, mengusap bahunya dengan ringan. “Bagus sekali, Masamune! Kirin kecil ini sangat istimewa. Itu menunjukkan bahwa kau telah memahami dan menyelaraskan mana-mu dengan sangat baik.”

Charlotte, yang masih berusaha keras dengan lingkaran sihirnya, menoleh dan melihat Kirin kecil yang mempesona. Ekspresinya berubah menjadi campuran kekaguman dan frustrasi. “Wow, Kirin! Itu benar-benar keren…” gumamnya dengan nada setengah iri.

Masamune, dengan bangga, melangkah mendekat dan memperkenalkan Kirin-nya kepada teman-temannya. “Ini Kirin kecilku, aku berikan nama Hikari untuknya. Aku yakin dia akan menjadi teman yang hebat dalam petualangan kita!”

Aku bisa melihat semangat baru di mata Charlotte saat ia kembali fokus pada usaha memanggil familarnya. Melihat keberhasilan Masamune, ia semakin termotivasi untuk segera menyusul dengan pencapaiannya sendiri. Dengan dorongan baru, Charlotte melanjutkan upayanya dengan lebih bersemangat, sementara Kirin kecil Masamune berdiri dengan anggun di sampingnya, memberikan contoh nyata dari apa yang bisa dicapai dengan usaha dan tekad.

Setelah menyaksikan keberhasilan teman-temannya dalam memanggil familiar mereka, Jade merasa dorongan besar untuk membuktikan bahwa dirinya adalah murid pertama yang paling dewasa dan kompeten di antara semuanya. Ia berdiri di depan lingkaran sihirnya dengan tekad yang menyala, semangatnya memancar jelas di setiap gerakan.

Dengan hati yang penuh keyakinan, Jade mulai mengumpulkan energi api di lingkaran. Cahaya merah terang muncul, membentuk pola yang menari-nari dengan kekuatan sihir api. Seluruh kelas memperhatikan dengan penuh antusias saat cahaya semakin berkobar, hingga akhirnya mengungkapkan sosok familiar yang menakjubkan.

Dari dalam cahaya, muncul seekor Salamander Api yang sangat mengesankan. Tubuhnya berkilauan dengan sisik berwarna merah menyala dan oranye, dengan ekor yang berapi dan sayap kecil yang memancarkan nyala api. Salamander ini memancarkan aura kekuatan dan keanggunan, sangat sesuai dengan semangat dan kematangan Jade.

Jade tersenyum lebar, sangat puas dengan hasil panggilannya. “Aku menamainya Ragnar,” katanya dengan bangga.

Aku mendekat dan memberikan pujian tulus. “Jade, Ragnar adalah pilihan yang sangat baik. Dengan familiar seperti ini, kau benar-benar menunjukkan dedikasi dan kematanganmu. Sungguh luar biasa!”

Charlotte, yang memandang dengan rasa ingin tahu dan sedikit cemburu, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. “Ragnar tampak sangat hebat! Jade, kau memang luar biasa!”

Johan dan Elyrde juga menunjukkan ekspresi kagum mereka. “Wah, Ragnar sangat mengesankan!” kata Johan, sementara Elyrde tersenyum, terinspirasi oleh pencapaian Jade. Celestine, bersama Sarasvati, juga mengangguk setuju

Setelah Jade memanggil Ragnar, perhatian kelas beralih ke Johan yang siap memanggil familiar-nya. Dengan penuh semangat, Johan berdiri di depan lingkaran sihirnya, fokus sepenuhnya pada proses pemanggilan.

Johan mulai mengumpulkan energi sihirnya, dan seiring dengan cahaya yang menyala dari lingkaran, kertas sihir di sekelilingnya berubah warna menjadi kehijauan. Cahaya hijau dan emas menyebar, menciptakan pola yang menari-nari di udara. Seluruh kelas menatap penuh antusias saat perubahan warna ini menjadi semakin terang.

Akhirnya, cahaya mereda, dan muncul sesosok Griffin kecil yang menakjubkan. Griffin ini memiliki bulu berwarna hijau zamrud dengan aksen emas yang memancarkan kilauan lembut. Sayapnya terbentang dengan anggun, dan matanya yang tajam menunjukkan kecerdasan dan semangat. Penampilannya begitu indah dan mengesankan hingga seluruh kelas terpesona.

Johan tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya. “Aku menamainya Aquila,” katanya dengan gembira.

Aku mendekati Johan dengan senyum bangga. “Johan, Aquila benar-benar luar biasa! Penampilan dan kekuatan familiar ini menunjukkan betapa seriusnya kau dalam mempelajari sihir pemanggilan.”

Charlotte, Jade, dan murid lainnya tampak terpesona oleh keindahan Aquila. Charlotte berbisik kepada Jade, “Wow, Griffin itu sangat mengesankan! Aku harus cepat memanggil familarku juga.”

Masamune dan Elyrde juga memuji dengan antusias. “Aquila sangat indah dan kuat!” kata Masamune. Elyrde mengangguk setuju, ikut merasakan kekaguman.

Celestine dan Sarasvati turut tersenyum penuh pujian. Dengan keberhasilan Johan yang memanggil Aquila, semangat seluruh kelas semakin membara.

Setelah Johan memperkenalkan Griffin kecilnya yang menakjubkan, aku memandang ke arah Elyrde yang tampak sedang memerhatikan dengan penuh minat. Aku merasa ada sesuatu yang kurang dan bertanya, “Elyrde, mengapa kau belum memanggil familiar? Apakah kau belum siap?”

Elyrde tersenyum tipis, tampak tenang dan puas. “Sebenarnya, aku sudah memanggil familiarku,” jawabnya dengan lembut. “Namun, familiar yang ku panggil tidak muncul di sini karena aku sudah cukup dengan roh angin yang telah ada di sampingku selama ini.”

Aku menatap Elyrde dengan rasa ingin tahu. “Jadi, kau sudah memiliki familiar yang tak terlihat?”

Elyrde mengangguk. “Benar. Roh angin ini sudah menjadi pendampingku sejak lama dan sangat membantu dalam berbagai situasi. Aku merasa tidak perlu menambah familiar baru saat ini.”

Charlotte, yang mendengar percakapan itu, tampak sedikit bingung namun juga penasaran. “Roh angin seperti apa yang kau miliki, Elyrde?”

Elyrde tersenyum, melirik ke arah angin lembut yang sepertinya mengelilinginya. “Dia adalah roh angin yang sangat bijaksana dan setia. Meski tidak tampak jelas, dia selalu ada di sini untuk membantuku.”

Aku mengangguk memahami. “Memiliki roh angin sebagai familiar adalah sesuatu yang sangat berharga. Jadi, tampaknya kau sudah memiliki keunggulan sendiri dalam hal ini.”

Seluruh kelas, termasuk Celestine dan Sarasvati, tampak terkesan dengan keunikan Elyrde. Meskipun tidak memiliki familiar yang terlihat, keberadaan roh angin yang setia menunjukkan bahwa dia sudah memiliki dukungan yang sangat kuat.

Setelah Elyrde menjelaskan tentang roh anginnya, Charlotte berdiri penuh harapan di depan lingkaran sihirnya, bersiap untuk memanggil familiar-nya. Dengan semua fokus dan energi, Charlotte memfokuskan sihir esnya, dan cahaya biru es menyinari ruang kelas, menurunkan suhu di sekelilingnya.

Saat cahaya mereda, muncul sesosok makhluk kecil yang sangat mirip dengan manusia salju namun berbentuk lebih kecil. Makhluk ini memiliki tubuh berwarna biru es, dengan mata cerah yang ceria dan senyum lebar. Dia mengenakan topi kecil berwarna biru dan diselimuti oleh salju lembut, memberikan kesan lucu dan menggemaskan. Charlotte tertegun melihat familiar yang muncul di depannya.

Wajah Charlotte berubah dari kekaguman menjadi kebingungan. “Apa ini?” gumamnya, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan. “Aku tidak yakin ini yang ku harapkan…”

Aku mendekat, mencoba menenangkan Charlotte. “Charlotte, meskipun familiar ini mungkin tidak seperti yang kau bayangkan, lihatlah betapa cerianya dia. Dia mungkin membawa kehangatan dan energi positif yang kau butuhkan.”

Charlotte memandang familiarnya dengan mata yang mulai lembut. Familiar kecil itu melambaikan tangannya dengan penuh semangat, seolah-olah berusaha membuat Charlotte merasa lebih baik. Perlahan-lahan, Charlotte tersenyum, tampak menerima familiar barunya.

“Frosty… kau memang berbeda dari apa yang ku bayangkan,” kata Charlotte, mengusap kepala familiarnya yang ia beri nama Frosty dengan lembut. “Tapi kau tampaknya memiliki semangat dan energi yang bisa ku manfaatkan. Aku rasa aku bisa menerimamu.”

Johan, Jade, dan murid lainnya, yang telah menyaksikan perubahan Charlotte, memberikan tepuk tangan dan sorakan. “Frosty memang sangat lucu!” kata Johan dengan penuh kekaguman. “Aku yakin dia akan membawa banyak keceriaan.”

Elyrde juga tersenyum, memberikan dukungan. “Kadang-kadang, familiar yang paling tidak terduga justru menjadi yang paling berharga. Frosty akan membuktikannya.”

Charlotte akhirnya tertawa kecil, merasa lebih nyaman dengan Frosty di sampingnya. “Terima kasih, semua. Aku akan belajar untuk menyukai Frosty dan melihat ke mana kami bisa melangkah bersama.”

Dengan demikian, seluruh muridku kini telah mendapatkan familiarnya masing-masing. Suasana kelas penuh dengan energi baru, dan wajah-wajah penuh semangat memenuhi ruangan. Celestine berdiri bangga di samping Sarasvati yang anggun, Johan tak henti-hentinya memamerkan Griffin hijaunya yang berkilauan, Masamune dengan senyum puas melihat Kirin kecil yang setia, dan Jade terlihat antusias dengan Ragnar yang penuh api.

Namun, yang paling menarik perhatian adalah Charlotte dengan Frosty, familiar kecil yang begitu menggemaskan. Keberhasilan Charlotte menjadi penutup yang sempurna untuk kelas hari ini. Saat Frosty melompat-lompat ceria di sekitar Charlotte, ruangan pun dipenuhi tawa dan senyum.

“Baiklah,” aku berkata, melihat murid-muridku yang sekarang ditemani familiar mereka masing-masing. “Kalian semua telah bekerja keras hari ini. Dengan familiarmu di sisi, perjalanan kalian baru saja dimulai. Jangan lupakan tujuan kita, dan tetaplah berlatih dengan giat.”

Charlotte memandang Frosty dengan tatapan campuran antara kebanggaan dan sedikit rasa malu. “Terima kasih, Guru,” ucapnya dengan senyum kecil, masih tidak sepenuhnya percaya bahwa ia telah memanggil familiar yang begitu unik.

Aku mengangguk, puas dengan pencapaian mereka. “Kalian semua telah melakukan hal yang luar biasa. Ini baru permulaan. Bersiaplah, karena ke depannya tantangan akan semakin besar. Sekarang, kelas kita selesai. Sampai jumpa besok, dan selamat menikmati waktu bersama familiar kalian.”

Setelah kelas bubar dan murid-muridku pergi bersama familiarnya masing-masing, aku tetap berada di kelas, duduk sendirian. Rasa puas melihat murid-muridku berhasil memanggil familiar mereka, namun kini pikiranku tertuju pada sesuatu yang lain. Familiar seperti apa yang bisa kugapai dengan kekuatanku yang sekarang? Aku memegang kertas sihir itu, merasa sedikit ragu. Meski begitu, dorongan untuk mencoba lebih kuat daripada keraguanku.

Aku memejamkan mata dan mulai merapalkan mantra, membiarkan sihir kegelapan mengalir dan membentuk lingkaran pemanggilan di lantai. Cahaya gelap berputar perlahan, menyerap segala cahaya yang ada di ruangan. Rasanya berat dan mengintimidasi, seolah aku memanggil sesuatu dari kedalaman yang tak terbayangkan.

Saat energi mencapai puncaknya, ruangan dipenuhi dengan aura kelam yang pekat. Angin dingin bertiup kencang, menambah kesan misterius yang menyelimuti. Lingkaran sihir bergetar hebat, dan dari dalamnya muncul sesosok makhluk raksasa. Naga besar dengan sisik hitam mengilap, matanya merah menyala, menatapku dengan pandangan meremehkan. Kehadirannya mendominasi ruangan, membuat segalanya terasa kecil dan tak berarti.

Sang naga mengibaskan sayapnya, menyebarkan energi kegelapan yang membuat ruangan bergemuruh. “Kau yang memanggilku?” suaranya dalam dan bergema, penuh nada sinis. “Kecil sekali sihirmu. Apa kau pikir bisa mengendalikan makhluk sepertiku? Aku Mordraxx! Sang Naga Kegelapan!”

Aku terdiam, merasakan tatapan meremehkan dari naga itu. Makhluk ini jelas tidak percaya padaku, dan ada ketidaksukaan yang jelas terpancar dari caranya menatapku. Namun, aku tidak akan mundur begitu saja. Dengan tekad kuat, aku membiarkan kekuatan kegelapan dalam diriku meluap, membentuk aura hitam pekat yang perlahan menguasai ruangan.

Angin kencang berputar, menciptakan badai kecil di dalam kelas. Cahaya yang tersisa terserap ke dalam aura kegelapan yang kugunakan, membuat segalanya terasa mencekam. Aku menatap tajam ke arah naga itu, membiarkan energi gelapku mengalir dengan intensitas penuh. Dinding berderak, dan lantai bergetar hebat seakan tak mampu menahan kekuatan yang keluar.

Mordraxx mundur sedikit, tatapan meremehkannya berubah menjadi keterkejutan. Ia merasakan kehadiran kegelapan yang begitu kuat hingga membuatnya terdiam sesaat. Naga itu, yang tadi penuh arogansi, kini mulai menyadari siapa yang ada di hadapannya.

“Aku tidak memanggilmu untuk diremehkan,” kataku dengan suara rendah, penuh ketegasan. “Kau adalah familiar yang kupanggil dengan sihirku. Jadi, apakah kau akan mengikutiku, atau kita akan menyelesaikan ini dengan cara yang lebih kasar?”

Mordraxx mengangguk pelan, masih terpana oleh kekuatan yang baru saja kurilis. “Baiklah… aku akui kau punya sesuatu yang tak biasa,” katanya dengan nada lebih tenang, meski masih ada sedikit keraguan. “Aku akan mengikutimu, untuk saat ini. Namun jangan salah—aku akan menguji kekuatanmu terus-menerus.”

Aku tersenyum tipis, puas dengan jawabannya. “Kita bekerja bersama, bukan dengan keraguan.”

Mordraxx menundukkan kepalanya, menerima kenyataan bahwa ia kini terikat padaku. “Aku akan mengikutimu, penyihir muda. Buktikan bahwa kau layak menjadi tuanku.”

Aku mengangguk, menyadari bahwa ini baru permulaan. Dengan Mordraxx di sisiku, tantangan di depan akan semakin menarik. Kami berdua berdiri di antara sisa-sisa aura kegelapan yang masih melayang di udara, siap menghadapi apa pun yang akan datang.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!