Kisah Manis Seorang Penulis

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Rahm. Karena Sefty menatapnya sejak tadi. "Tolong jangan bilang kalau kau suka padaku, karena aku tahu aku ini tampan."

Bugh! Sefty memukulkan tas selempangnya kepada Rahm, membuat Rahm mengaduh. "Dasar menyebalkan! Kenapa kau ke rumahku tidak memberi kabar terlebih dahulu, hah?"

"Bagaimana mau memberi kabar kalau aku saja tidak ada nomor whatsapp-mu. Lagipula apa tadi kau bilang? Kenapa aku ke rumahmu? Jelas saja untuk memulai pendekatan denganmu agar kedua orang tuamu tidak curiga saat nanti aku tiba-tiba mengajakmu menemaniku menghadiri perjamuan. 'Kan kau sendiri yang memintaku mendekatimu dengan cara normal seperti orang lain." jelas Rahm panjang lebar.

Sefty menghela napas kasar saat mendengar penjelasan Rahm yang cukup masuk akal baginya. "Ya sudah, kemarikan ponselmu," pinta Sefty.

"Untuk?"

"Sini," Sefty mengambil paksa ponsel Rahm dan mengarahkan layarnya ke wajah Rahm. Setelah kunci layar terbuka, Sefty mengetikkan nomor teleponnya ke ponsel Rahm. "Ini nomor ponselku. Ingat, kalau ingin ke rumah lagi, kau harus menghubungiku."

Rahm mengambil ponsel milik Sefty yang wanita itu pegang di tangan kirinya, membuat Sefty melotot karena Rahm merebut paksa ponselnya.

"Kau mau apa?"

Tanpa menjawab pertanyaan Sefty, Rahm langsung mengetikkan nomor ponselnya di sana dan memberi nama 'Mine❤' pada kontaknya. "Aku juga sudah menyimpan kontakku di ponselmu," Rahm mengembalikan ponsel Sefty.

"Padahal tinggal aku hubungi saja nomorku yang ada di ponselmu, beres. Kenapa harus susah-susah mengetik— Rahm!!!" Sefty begitu kesal saat ia membuka ponselnya dan mendapati nomor Rahm tersimpan dengan nama dan emoticon alay menurutnya. Sefty akan mengganti nama kontak Rahm di ponselnya, tapi Rahm langsung merebut kembali ponsel Sefty dan mengantonginya. "Rahm kembalikan ponselku."

"No, nanti aku kembalikan saat pulang." Rahm kembali fokus pada kemudinya dan berbelok menuju warung pecel lele di pinggir jalan.

Rahm dan Sefty masuk ke warung tendaan itu dan memesan makanan untuk mereka berdua. Selama menunggu pesanan datang, Sefty sama sekali tidak berniat untuk mengobrol dengan Rahm, sebab rahm benar-benar sangat menyebalkan baginya.

"Jangan cemberut begitu, nanti pengunjung lain berpikir kalau kau tidak aku kasih jatah lagi." bisik Rahm di telinga Sefty, membuat Sefty melotot.

"Dasar menyebalkan!"

"Biar saja, asal tampan."

"Ishhh!!"

Sefty mengepalkan kedua tangannya dan mendekatkannya ke wajah Rahm seolah akan meninju. Rahm yang melihat itu dengan santai menangkap kedua pergelangan tangan Sefty dan menciumnya, dan membuat Sefty semakin kesal. Namun kekesalan Sefty itu ia tahan karena makanan mereka sudah datang.

*

Selepas makan, Rahm berdiri di meja kasir untuk membayar makanan mereka. Setelah itu, Rahm membeli es jeruk dan langsung menyusul Sefty yang sudah lebih dulu masuk mobil.

"Ngomong-ngomong, kau sudah pernah makan pecel lele belum sebelumnya?" tanya Rahm, tapi Sefty hanya diam sembari menyesap es jeruknya karena masih merasa kesal. "Aku tebak pasti belum. Ahhh, kasihan sekali kau ini, sudah mau dua puluh tiga tahun tapi belum pernah merasakan sensasinya makan pecel lele. Jelas saja, bukankah selama ini kau belum pernah dekat dengan laki-laki manapun, jadi sudah pasti ini pengalaman pertamamu 'kan? Tapi tenang saja, setelah ini kekasihmu ini pasti akan lebih sering mengajakmu memakan makanan baru setiap harinya."

"Bicara lagi, aku siram kau!" ucap Sefty kesal.