Wanita yang dijodohkan dengannya adalah tersangka utama meninggalnya kekasih dan calon anaknya?
Zion dipaksa menikahi Elin oleh sang kakek yang sekarat. Pernikahan tanpa alasan yang jelas ini membuat Zion merasa terjebak dan membenci Elin.
Kebencian Zion semakin mendalam ketika Elin menjadi tersangka utama dalam kasus kematian kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Setelah kakeknya meninggal, Zion pergi dari rumah dan tak mau lagi bertemu Elin.
Namun, takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Elin yang dulu terlihat kusam dan kurang menarik kini menjelma menjadi wanita yang cantik dan sempurna.
Pertemuan tak terduga ini membuat Zion terpesona dan tanpa sadar jatuh cinta hingga terlibat dalam hubungan terlarang dengan Elin. Karena takut kehilangan Zion, Elin menyembunyikan kebenaran identitasnya.
Rahasia apa lagi yang tersimpan di balik perubahan drastis Elin? Mampukah Zion menerima kenyataan bahwa selingkuhnya adalah istri yang dibencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Lalat Sampah
Franky mengernyitkan keningnya melihat Elin memeluk lengan pria yang tidak ia kenal.
"Kenapa tidak makan di ruangan VIP?" tanya Zion berusaha bicara dengan nada lembut. Ia langsung merengkuh pinggang Elin. "Jika uang yang aku berikan kurang, katakan saja! Aku nggak suka istriku diganggu lalat sampah saat sedang makan," ucapnya penuh penekanan saat mengatakan kata' lalat sampah', melirik ke arah Franky tajam.
"A-aku ...," Elin gelagapan melihat Zion melirik Franky dengan tatapan tajam, ia tak tahu harus menjawab apa.
Sedangkan Nico menatap Zion dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka Zion semarah ini karena Elin digoda seorang pria. Baru kali ini ia melihat Zion semarah ini.
Franky yang merasa tersindir dengan perkataan Zion pun spontan berdiri dari duduknya dengan aura yang tak kalah suram dari Zion.
"Siapa yang kau maksud lalat sampah?" tanya Franky dengan intonasi suara yang meninggi, menatap tajam pada Zion.
Suara Franky pun semakin mengundang perhatian orang-orang di sekitar mereka lebih banyak lagi.
Duh.. gimana ini? Urusannya jadi berabe ini. Bagaimana caranya menenangkan Kak Zion, batin Elin yang belum terlalu mengenal sifat suaminya.
Zion tertawa pelan namun terlihat sinis menatap ke arah Franky, "Tidak perlu aku sebutkan kalau ada yang merasa," ucapnya dengan senyuman mengejek.
"Kau ...." geram Franky dengan kedua tangan yang terkepal erat.
"Emm ... Tuan, ini bill-nya," sela seorang pelayan ragu melihat situasi tegang saat ini. Ia menyerahkan bill seraya membawa Electronic Data Capture (EDC), yaitu alat yang mendukung proses penerimaan pembayaran secara elektronik melalui kartu debit atau kredit.
Zion melihat bill itu, lalu membayar makanan pesanan Elin menggunakan kartu debitnya.
"Terima kasih, Tuan," ucap sang pelayan ramah, lalu bergegas pergi. Ia tak ingin terjebak dalam situasi menegangkan saat ini.
Zion menatap Franky. "Kamu begitu ingin makan makanan yang di pesan istriku, bukan? Makanlah! Aku tidak suka istriku makan makanan yang sudah terkontaminasi kotoran," ucapnya tersenyum remeh pada Franky.
"Brengseek! Apa maksudmu?" umpat Franky semakin tersulut emosi mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Zion.
Zion tertawa pelan penuh ejekan, "Pikir saja sendiri!" sahutnya enteng.
"Kau ..." geram Franky benar-benar menahan emosi.
"Ayo, kita pergi! Kakak harus kembali ke kantor, 'kan?" tanya Elin seraya menarik tangan suaminya ingin membawanya pergi dari tempat itu karena takut terjadi keributan lebih besar lagi.
"Ayo, kita pergi, Bro!" imbuh Nico. Namun Zion masih bergeming di tempatnya berdiri.
"Jangan pernah dekati istriku lagi, atau kamu akan menyesal nanti!" ancam Zion tak main-main menatap tajam Franky.
"Kak, sudah! Ayo, pergi! Orang seperti dia tidak usah diladeni," ujar Elin berusaha membujuk suaminya untuk pergi.
Franky tertawa tanpa suara dengan ekspresi mengejek, "Istri? Sejak kapan kamu menikah dengan Lia? Kamu pikir aku percaya dengan omong kosongmu itu?" ucapnya tersenyum sinis.
"Kak Zion memang suamiku," sambar Elin.
"Jangan mengaku- ngaku sebagai istrinya! Aku bukan pria yang mudah di tipu," lontar Franky tersenyum sinis.
"Siapa yang mengaku-ngaku? Kamu lihat ini! Kami memakai cincin kawin," tegas Elin seraya menunjukkan cincin kawin di jari manisnya dan di jari manis Zion.
"Orang pacaran juga sering pakai cincin kayak gitu. Cincin itu tidak bisa menjadi bukti," sanggah Franky.
Elin tertawa pelan menatap Franky. "Kenapa aku harus membuktikannya sama kamu? Kamu mau percaya atau tidak juga nggak penting buat aku. Lagian, PD banget kamu mendekati aku. Apa kamu nggak nyadar kalau kamu itu nggak ada apa-apanya dibandingkan suamiku? Kalah tampan dan gagah," tandasnya menatap Franky dengan tatapan meremehkan seraya memeluk pinggang suaminya yang ramping. Elin benar-benar bukan lagi gadis polos dan penakut seperti lima tahun yang lalu.
Zion tersenyum samar merasa bangga sekaligus senang karena mendapatkan pujian dari Elin. Dengan tangan kanannya, ia balas memeluk Elin erat.
Franky mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Dari segi fisik ia memang kalah dari Zion. Namun sesaat kemudian ia tertawa pelan. "Dari bentuk tubuhmu, jelas-jelas kamu masih perawan, mana mungkin kamu sudah menikah?" ucapnya seraya menelisik tubuh Elin dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Perkataan dan tatapan Franky pada Elin membuat Zion mengepalkan tangan kirinya. Nico mengernyitkan keningnya, tanpa sadar mengamati bentuk tubuh Elin.
Jika diamati, perempuan yang diakui Zion sebagai istrinya ini kelihatannya memang masih perawan, batin Nico.
Nico bukan Casanova, tapi juga bukan pria suci yang belum pernah melakukan hubungan badan sebelum menikah. Ia sudah banyak memiliki pacar dan sebagian dari pacarnya sudah pernah ditidurinya. Di antara pacar-pacarnya itu ada yang masih perawan, ada pula yang sudah tidak perawan. Jadi sedikit banyak Nico juga bisa membedakan mana yang masih perawan dan mana yang sudah tidak lagi.
"Atau.. jangan-jangan suamimu ini impoten, nggak bisa bobol gawang. Percuma gagah dan tampan kalau nggak bisa berdiri," cibir Franky menertawakan Zion.
"Kau ..." geram Zion benar-benar murka karena dikatai impoten.
"Plak"
Zion terkesiap saat tiba-tiba Elin menampar Franky. Ia tak menyangka Elin seberani ini. Begitu pula para pengunjung restoran.
Astagaa ... bini Zion ini terlihat lembut, tapi ternyata badas sekali, batin Nico menatap Elin tak percaya.
Tangan Elin gemetar, dadanya naik turun menahan emosi, matanya menatap nyalang ke arah Franky.
"Lia.. kau ..." Franky memegang pipinya yang di tampar dengan sekuat tenaga oleh Elin. Ia menatap Elin dengan tatapan tak percaya sekaligus amarah.
"Jaga mulut kotor mu itu! Tahu apa kamu tentang aku dan suamiku, hah? Dasar buaya cap kadal! Kamu pikir kamu sudah bisa membedakan mana wanita yang masih perawan dan mana yang sudah tidak perawan hanya dengan melihat tubuhnya saja? Kamu sudah merasa menjadi Casanova sejati! Cih! Kau merasa bangga menjadi pria brengseek yang suka celap-celup sana sini? Menjijikan!
"Hanya aku dan suamiku yang tahu aku masih perawan atau tidak. Dan hanya aku yang tahu bagaimana ganasnya suamiku di atas ranjang. Untuk apa aku bertahan dengan suamiku, kalau dia tidak bisa memenuhi kebutuhan batinku? Karena uangnya? Aku bukan wanita matre. Aku adalah wanita karier yang bisa hidup sendiri tanpa harus mengemis uang pada seorang lelaki.
"Kamu ingin memiliki aku? Jangan mimpi! Aku tidak bersedia menjadi got pembuangan benih pria menjijikan sepertimu!" sarkas Elin.
"Kau ...." geram Franky dengan dada yang naik turun menahan emosi
Elin menatap ke arah sekelilingnya. "Semuanya! Lihat pria ini baik-baik dan ingat kalau dia ini adalah pria brengseek!" teriak Elin yang benar-benar tersulut emosi karena suaminya dihina di depan umum.
Semua orang yang ada di tempat itu tertegun melihat wajah Elin yang penuh amarah melontarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Franky.
Franky mengepalkan kedua tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih karena Elin menghina dan mempermalukan dirinya di depan umum.
"Dasar perempuan sombong!" geram Franky penuh amarah.
"Plak"
"Bugh"
"Brakk"
Franky yang benar-benar emosi karena perkataan Elin pun hendak menampar Elin. Namun dengan sigap Zion menangkap tangan Franky, bahkan menghadiahkan satu buah bogeman di wajah Franky, hingga pria itu terhuyung dan terjatuh membentur kaki meja. Suasana restoran pun jadi riuh karena kejadian itu.
"Kak ... sudah! Aku nggak mau kakak dilaporkan karena melakukan tindakan kekerasan," cegah Elin yang melihat Zion hendak menghampiri Franky. Ia memeluk suaminya dari depan dengan erat agar tidak terjadi perkelahian.
"Sudah, Zi! Jangan mengotori tangan mu dengan menyentuh teh celup seperti dia," imbuh Nico berusaha menyadarkan Zion agar tidak bertindak lebih jauh yang hanya akan merugikan dirinya sendiri. Nico ikut memegangi kedua pundak Zion dari belakang. Kecemasan terlihat jelas di wajahnya.
"Lepaskan aku! Akan aku beri pelajaran orang brengseek ini!" geram Zion dengan suara berat, tangan terkepal erat dan rahang yang mengeras.
"Kak ...."
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
perasaan baru pertamakali ini deh lihat pak Hadi tersenyum hangat dgn sorot mata lembut.. soalnya sepanjang episode, klo aq baca dari awal & hampir mendekati akhir, pak Hadi gk pernah menunjukkan senyuman hangat & tatapan mata lembut, selalu tersenyum misterius, tatapan mata tajam, wajah datar, dan setiap ucapan yg dilontarkan selalu benar,.belum lagi beliau tipe orang misterius juga, tegas, berwibawa, dll.. apa aja deh.. pokoknya aq suka banget sama tokoh pak Hadi ini.. ❤️❤️❤️ sekebon buat pak Hadi, klo gk ada bapak entah gimana nasib cinta Elin & Zion ini ya.. 😅