Amaya (Maya) , adalah seorang wanita paruh baya berusia 34 tahun.
Usia pernikahan yang hampir menginjak 10 Tahun, Maya dan Suaminya Andi, dan belum juga di karuniai seorang anak inilah yang menjadi Kehidupan rumah tangganya tidak lagi harmonis.
Maya juga selalu di perlakukan seperti orang asing, oleh suaminya.
Sampai akhirnya, Andi menggugat cerai Maya.
Maya yang selalu di cap sebagai Perempuan Mandul, harus memulai babak baru di kehidupannya setelah Andi menceraikannya.
Apa yang akan di alami maya setelah perceraian nya? Apakah Maya bisa bertahan dengan kesenderiannya? Bagaimana maya bisa menyikapi hujatan dan cacian orang-orang di sekitarnya setelah bercerai dari Andi?
***
Ini adalah novel pertama aku di genre wanita kuat-Drama Rumah Tangga.
Mohon dukungannya dengan selalu memberikan like dan komentar membangun. Happy Reading... 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon korokoro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Harta Gono-gini
"Tapi pah. Raga gak mungkin bisa datang kalau malam ini." Jawab Raga. Ponselnya menempel di telinganya. Sementara tangannya sibuk memberikan nilai pada tumpukan buku siswa.
"Ya sudah, nanti kalau acara pernikahan mereka, kamu usahakan datang ya. Papa mau kenalkan kamu ke pak Mathew. Toh nanti kamu juga yang akan urus semua saham papa di beberapa perusahaan, termasuk di perusahaan yang pak Mathew pimpin ini." Jelas pak Syuhada dari ujung telepon.
Raga menutup buku terakhir milik siswa pondok pesantren yang sedang ia koreksi dan beri nilai. Sambil mengembuskan nafas pelan. Akhirnya raga menyetujui perintah papa nya.
"Raga cuma mau menuruti untuk ketemu pak Mathew saja pah, kalau untuk urusan melanjutkan bisnis papa, Raga belum menyetujui nya." Jawab Raga.
"Ya ya. Baiklah, sambil kamu pikirkan. Salam untuk ustadz Fajar dan calon istri kamu juga." Ucap pak Syuhada menutup teleponnya.
"Wa'Alaikum Salam"
Raga terdiam sejenak sambil menyimpan kembali ponselnya. Murid-murid yang memperhatikan tingkah gurunya, ikut hening melihat pak Raga yang melamun kali ini. Sampai kemudian, Raga di kejutkan oleh Maya yang datang dari arah koridor sekolah dan mengetuk pintu kelas yang sedang diisi oleh pelajaran yang di ajar oleh Raga.
"Permisi, mas aku boleh bicara sebentar." Ucap Maya.
Raga mengerjap kaget. Lalu berdiri menghampiri Maya.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Aku--aku mau izin untuk ke kota C. Bu Ratna dan mas Andi minta ketemu untuk membicarakan masalah harta gono-gini." Jawab Maya.
Raga mengerutkan kening. Baru saja papa nya mengajak Raga untuk ikut ke kota C bertemu dengan salah satu pemilik perusahaan yang kebetulan sebagian saham nya di miliki oleh pak Syuhada.
"Kenapa mendadak?" Tanya Raga lembut.
Maya mengangkat bahunya. "Aku juga gak tahu, tapi mas Andi bilang, ini kesempatan terakhir untuk bertemu. Karena setelah menikah, mas Andi tidak akan bisa mengurusi soal harta gono-gini lagi." Ucap Maya pelan. "Aku pikir, aku sudah mengikhlaskan semuanya, tapi prosedur dari pengadilan mengharuskan ada tanda tangan ku."
Raga terdiam sebentar sambil memikirkan ucapan Maya. "Baiklah, aku ikut." ucap raga.
"Loh, tapi kamu--"
"Aku izin dulu ke ustadz Fajar sebentar, kamu siap-siap ya." ucap raga. "Bawa baju yang bisa digunakan untuk pesta juga."
"Pesta?"
Sebelum Maya mendapat jawaban, Raga sudah berjalan pergi ke arah kantor tempat ustadz fajar.
Maya hanya mengerutkan kening heran. Kenapa raga menyuruhnya membawa baju untuk pesta?
...****************...
Restauran mewah di roof top hotel bintang lima malam ini tidak begitu ramai pengunjung. Rupanya, keluarga Mathew sudah menyewa restauran ini hanya untuk keluarga nya saja untuk acara pertemuan makan malam dengan pemegang saham terbesar di perusahaannya.
Beberapa pelayan sibuk menyiapkan hidangan mewah di meja meja yang sudah dipesan oleh pak Mathew. Sementara si empu nya acara, pak Mathew dan keluarga belum menunjukan kehadirannya.
Devina dan Andi sudah menunggu di salah satu meja. Sambil beberapa kali melihat jam di layar handphonenya, Devina tidak berhenti menggerutu.
"Lagian kenapa sih kamu janjian sama mantan istri kamu disini juga!" Bentak Devina.
Andi yang sedari tadi memperhatikan layar handphonenya, menjawab dengan santai. "Ya biar dia tahu, kalau hidup aku bahagia setelah tidak bersama dia. Dan setelah aku punya kamu, hidupku semakin bahagia."
Devina tersenyum mendengar jawaban Andi. Dengan manja, Devina memeluk lengan Andi sambil menjatuhkan kepalanya.
"Maya!" Suara Andi menggema sampai ke lorong lift, saat melihat Maya dan lelaki yang di benci nya keluar bersamaan dari arah lift.
Andi mengerutkan kening. Melihat keduanya memakai pakaian yang cukup terlihat mahal dan Maya dengan dandannya yang masih terlihat cantik. Tidak kalah cantik dengan Devina yang masih muda.
Apalagi, saat ini, Maya sudah memutuskan berhijab, aura nya jauh lebih anggun saat Maya keluar dari dalam lift.
"Kok mereka prepare pakai pakaian bagus gitu mas? Kamu kasih tahu kalau kita ada acara ke mereka?" Ujar Devina sambil mencibir memelototi Maya dan Raga.
"Enggak, aku gak bilang kalau kita mau ada acara makan malam. Aku cuma butuh tandatangan dan mereka boleh pergi setelah itu." Jawab Andi.
Devina memandangi Maya dan Raga dari ujung kaki sampai kepala. "itu calon suami baru nya mantan istri kamu?" Celetuk Devina.
Andi mengangguk.
"Ganteng, pinter juga mantan istri kamu cari suami."
Andi melirik sinis sambil berdiri menyambut Maya dan Raga yang sudah berada di hadapannya.
"Silahkan duduk." Ucap Andi setelah bersalaman dengan Raga. sementara Maya mencoba bersalaman dengan Devina, tapi di tolak dengan tatapan sinis oleh Devina.
"Tidak usah basa-basi lagi mas. Langsung saja, nanti papa dan mama keburu Dateng." Ucap Devina sinis.
Maya tersenyum mengangguk.
Sementara Raga, terlihat sibuk dengan ponselnya menghubungi seseorang.
"Baik, Maya, aku cuma butuh tanda tangan kamu disini." Ucap Andi sambil mengeluarkan selembar surat dari pengadilan.
Maya mengambil surat itu dan membaca nya dengan seksama.
"Gak usah lama-lama baca nya. Udah buruan tanda tangan trus pergi." Sinis Devina lagi.
Raga melirik ke arah Devina. "Maaf! Anda bisa lebih sopan!"
Devina mencibir ke arah Raga. "kampungan."
Maya mencoba menenangkan raga.
Sambil meraih pulpen, Maya kemudian menandatangani perjanjian gono-gini yang isinya adalah, sebagian besar harta jatuh ke tangan Andi. Karena tidak ada tanggungan anak yang harus di biayai oleh Andi.
Maya dengan ikhlas menyetujui isi surat yang hanya memberikan Maya 20% saja dari hasil penjualan rumah mereka nantinya.
"Semoga kalian berdua bahagia selalu ya." Ucap Maya tulus.
Devina mencibir. "Terimakasih" ketusnya.
"Sudah?" Tanya Raga pada Maya.
Maya mengangguk.
Raga mendelik ke sekitar restauran, seperti tengah mencari-cari sesuatu.
"sudah beres kan? Kalian boleh pergi." Ucap Andi sambil mengambil surat tersebut.
Raga berdiri sambil mengerutkan kening. "Kamu tunggu disini sebentar, aku ke toilet dulu." Ucapnya pada Maya.
Devina yang tidak senang dengan tingkah Raga, langsung bereaksi, ia berdiri dan menahan Raga yang akan pergi ke toilet. "Cari toiletnya di lantai bawah saja, sekalian keluar."
"Apa masalah anda?" Jawab Raga tegas.
"Resto ini sudah kami sewa, kami akan menyambut tamu spesial, jadi jangan rusak momen kami. Silahkan turun."
Maya kebingungan, ia berdiri menghampiri Raga yang baru jalan beberapa langkah. "Kita turun aja mas. " bisik Maya.
Raga menatap Devina sinis. "Resto ini bukan milik anda kan? Anda cuma menyewa?"
Devina jelas kesal mendengar perkataan Raga. "Kurang ajar. saya bisa membeli resto ini kalau saya mau! Silahkan keluar!"
Di tengah ketegangan ini, dari arah lift, Pak Mathew dan istrinya keluar dan segera menangkap keributan antara Devina dan dua orang lainnya yang tidak ia kenal.
"Kenapa ini Devina?" Tanya pak Mathew yang datang tergopoh-gopoh.
"Ini pah, ada gembel yang coba masuk ke resto yang sudah kita sewa."
Pak Mathew mengerutkan kening menatap Raga dan Maya.
Andi di posisi serba salah hanya diam atas perintah Devina.
"Kalian ada urusan apa disini?" Tanya Pak Mathew pelan. Tidak dengan nada membentak seperti anaknya.
"Maaf pak, kami akan pergi, tapi--" Ucap Maya pelan.
"Tidak, kami tidak pergi. Kami ada janji untuk makan malam disini." Potong Raga tegas.
Maya mengerutkan kening heran. "Mas--" bisik Maya pelan.
"Hahaha lucu! Gembel pesantren seperti kalian mau makan disini." Gumam Devina sambil tertawa.
Tapi, pak Mathew tahu ada sesuatu yang tidak beres. Ia langsung menghentikan tawa anaknya dengan sedikit membentak. "Devina! Diam!"
Devina jelas kaget mendengar papanya membentak di depan Maya dan Raga. "Pah! Apaan sih!"
Pak Mathew mengangkat tangan ke wajah Devina. Lalu, ia memastikan sesuatu kepada Raga. "Kamu, datang bersama siapa?"
"Saya datang bersama calon istri saya." Jawab Raga.
"Orang tua kamu?"
"Pak Syuhada." Jawab Raga tegas.
Semua orang terpaku, Andi dan Devina sampai menganga mendengar jawaban dari Raga. Mereka berdua tidak percaya kalau Raga, calon suami Maya adalah anak dari pemegang saham tertinggi di perusahaan Pak Mathew. Dengan kata lain, Raga adalah pemilik sebenarnya dari perusahaan yang di kelola pak Mathew ini.
...****************...
baik sm orang boleh tp ya jng bodoh gk ada mawas dirinya jd mlh cenderung oon.
tinggal kasih uang sewa kontrak an beres.
aneh raga dan maya ini mudah di begoin orang pdhl orang bisnis pasti otak encer