NovelToon NovelToon
Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Status: tamat
Genre:Ibu Mertua Kejam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / CEO / Ibu susu / Cinta Terlarang / Balas Dendam / Tamat
Popularitas:672.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Arsyi seorang wanita sederhana, menjalani pernikahan penuh hinaan dari suami dan keluarga suaminya. Puncak penderitaannya terjadi ketika anaknya meninggal dunia, dan ia disalahkan sepenuhnya. Kehilangan itu memicu keberaniannya untuk meninggalkan rumah, meski statusnya masih sebagai istri sah.

Hidup di tengah kesulitan membuatnya tak sengaja menjadi ibu susu bagi Aidan, bayi seorang miliarder dingin bernama Rendra. Hubungan mereka perlahan terjalin lewat kasih sayang untuk Aidan, namun status pernikahan masing-masing menjadi tembok besar di antara mereka. Saat rahasia pernikahan Rendra terungkap, semuanya berubah... membuka peluang untuk cinta yang sebelumnya mustahil.

Apakah akhirnya Arsyi bisa bercerai dan membalas perbuatan suami serta kejahatan keluarga suaminya, lalu hidup bahagia dengan lelaki baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 2.

Malam merambat dingin. Angin menelusup dari celah jendela, membuat tirai bergoyang pelan. Kamar itu masih dipenuhi jejak selimut kecil dengan pola awan dan boneka beruang yang kini seolah kehilangan makna.

Arsyi duduk di tepi ranjang, punggungnya bersandar lemah. Seharian tubuhnya bergerak seperti bayangan mengikuti prosesi pemakaman, menerima ucapan belasungkawa yang lebih banyak berupa bisikan hinaan. Dan kini ketika semua orang lelah dan tidur, dirinya justru terjaga. Matanya menatap kosong di ruangan gelap.

Di luar kamar, suara Fajar terdengar jelas. Lelaki itu tertawa rendah sambil menelpon seseorang.

“Aku serius, perempuan ini sudah tak berguna. Besok aku akan urus semua! Aku butuh istri baru yang sehat, yang bisa kasih aku anak. Bukan pembawa sial! Tapi aku nggak akan ceraikan dia, kata Ibu... lumayan buat jadiin dia babu di rumah kami.” Fajar terkekeh menyepelekan.

Arsyi memejamkan mata. Tidak ada air mata lagi, tubuhnya sudah kehabisan tenaga. Yang tersisa... hanyalah luka yang perlahan mengeras menjadi dinding tebal.

Tangannya bergerak meraih boneka kecil. Ia menekannya ke dada, membiarkan hening menyusup di antara detak jantungnya yang masih kacau.

Lalu, sebuah bisikan muncul dalam dirinya.

Keluarlah dari neraka ini!

Ya... kata itu sederhana, tapi menyalakan api.

Ia tidak bisa lagi tinggal di rumah ini, rumah yang seharusnya memberi perlindungan justru menjadi penjara yang menggerogoti harga dirinya.

Menjelang subuh, Arsyi bangkit. Tubuhnya lelah, tapi matanya menyala dengan keteguhan baru. Ia membuka lemari, mengambil beberapa helai pakaian, memasukkannya ke dalam tas kecil.

Ia tidak punya banyak pakaian, hanya baju sederhana, beberapa jilbab lusuh dan buku catatan berisi doa-doa yang pernah ia tulis saat hamil dulu.

Saat hendak menutup tas, ia tertegun. Di atas meja, ada foto kecil. Dirinya bersama bayi yang kini sudah tiada. Wajahnya saat itu masih penuh harap, meski matanya menyimpan lelah.

Arsyi meraih foto itu, memasukkannya ke dalam tas. “Kau akan selalu bersama Ibu... Nak.“

Ketika matahari baru merekah, rumah itu mulai ramai. Nyonya Ratna, dengan suara lantang sudah menyusun rencana pernikahan baru untuk Fajar.

“Aku sudah carikan gadis dari keluarga baik-baik. Cantik, sehat... dari keturunan yang jelas! Tidak seperti__”

Arsyi muncul di ruang tamu, membawa tas di tangan. Suaranya tenang, tapi tegas. “Cukup! Tak perlu lagi membicarakan aku. Karena mulai hari ini, aku keluar dari rumah ini.”

Semua kepala menoleh.

Fajar yang sedang duduk terperangah, lalu tertawa sinis. “Kau pikir kau siapa, Arsyi? Pergi saja! Kau bukan siapa-siapa tanpa aku.”

Nyonya Ratna menambahkan, “Perempuan tak tahu diri! Kau kira bisa hidup sendiri? Kau akan kembali kesini dengan menangis... memohon saat dunia menamparmu.”

Arsyi menatap kedua manusia luknuct itu bergantian. Matanya tidak lagi basah, suaranya tidak lagi bergetar. “Mungkin benar, dunia akan menamparku. Tapi aku lebih memilih tamparan dunia… daripada terus diinjak-injak oleh kalian.”

Sunyi sejenak, bahkan udara terasa berhenti.

Arsyi melangkah mantap menuju pintu.

Tidak ada pelukan perpisahan, tidak ada doa restu. Hanya ejekan yang mengiringi.

“Lihat saja! Tak sampai seminggu... kau akan merangkak kembali kesini dan bersujud di kakiku agar menerimamu lagi!” Ejek Fajar.

Arsyi berhenti sejenak di ambang pintu. Ia menoleh, menatap rumah yang selama ini ia sebut tempat tinggal. Kini rumah itu hanyalah tembok kosong, penuh racun. “Jika pun aku kembali kesini, itu hanya karena aku sudah menang! Bukan untuk memohon pada manusia-manusia biadab seperti kalian! Jangan kira aku tidak tau kenapa anakku mati...! Kalian yang bertanggung jawab, akan aku tagih suatu hari nanti!“

Setelah itu, ia melangkah keluar.

Udara pagi menusuk kulitnya. Jalanan masih sepi, hanya suara motor tukang sayur dan ayam berkokok yang terdengar.

Arsyi berjalan tanpa tujuan. Setiap langkahnya berat, tapi ia tahu... ia telah memutus rantai pertama.

Namun kebebasan yang baru saja ia genggam segera menunjukkan wajah kerasnya.

Dompetnya tipis, hanya ada sisa uang belanja mingguan yang ia sembunyikan dari Fajar. Tidak cukup untuk bertahan lama. Ia tidak punya tempat tinggal, tidak punya pekerjaan. Bahkan keluarganya sendiri jauh di kampung dan serba kekurangan, tak mungkin bisa menampungnya.

Tapi di tengah semua itu, ada satu hal yang tidak bisa direbut siapa pun... tekad.

Arsyi menarik napas panjang. “Aku akan bertahan, demi anakku. Demi diriku sendiri...”

Hari itu, langkahnya membawanya ke sebuah terminal kecil. Ia duduk di bangku kayu, menatap orang-orang berlalu-lalang. Seorang ibu muda menggendong bayinya, menyuapinya dengan sabar. Pemandangan itu menyalakan kembali luka di dada Arsyi, tapi sekaligus memberi kekuatan.

Ia teringat anaknya, senyum kecilnya. Kehilangan itu memang tak tergantikan, tapi justru dari situlah kekuatan baru lahir.

Seorang pedagang asongan lewat, menawarkan minuman. Arsyi menolak dengan halus, uang yang tersisa terlalu berharga untuk dihamburkan.

Di saat itulah ia mendengar percakapan dua perempuan di sebelahnya.

“Katanya... keluarga Rendra mencari ibu susu untuk bayinya. Bayi itu butuh perhatian khusus, ibunya tidak bisa merawat.”

“Rendra? Yang pengusaha besar itu?”

“Iya. Tapi orangnya dingin, keras... katanya susah didekati.”

Arsyi menoleh sekilas, hatinya bergetar tanpa alasan jelas. Nama itu, Rendra... akan menjadi kunci masa depannya, meski ia belum tahu.

Untuk sekarang, yang ia tahu hanyalah satu. Ia harus bertahan, dengan cara apa pun.

Dan langkah pertamanya baru saja dimulai

1
Alan Banghadi
Astaga apa Daniel Mati thorr ?
Alan Banghadi
Benarkan Raisa balas dendam sama Jerry,rasain kamu jerry😡😡😡. dan apakah Raisa akan mati thorr
Alan Banghadi
Akhirnya Rendra dan Arsyi akan bersatu,sedangkan Raisa ternyata sekarang lagi pura2 gila,karena pasti rencananya Dy akan balas dendam dengan Jerry yg memperkosanya
Alan Banghadi
Dasar Fajar tidak tau diri😡😡😡
Alan Banghadi
🤣🤣🤣🤣🤣Arsyi dan Raendra lucu
Ria Gazali Dapson
salut sama ,arsie ,g kayak , yg laen, yg hdup nya cengeng, pdhal arsie ,g punya pp tpi punya harga diri, semangat arsie
Dewa Rana
memang ibunya Aidan kemana Thor
Dewa Rana
mampir Thor
Kukun Sabarno
kocak😄
Rita Juwita
/Good//Good/
Maria Mebanua
keren banget
Bayu Andriyani
terus melangkah jangan tengok kebelakang
Maria Mebanua
jangan pergi Raisa
Maria Mebanua
suka sama kepribadian Raisa.Ternyata dia wanita yg hangat
Maria Mebanua
pecat aja si Mayat
Maria Mebanua
kalo gak mau berisik jangan bikin anak
Aqella Lindi
pembantu kok bergaya mau sm majikan sadar maya jgn telalu halu ntar jatuh kena timpa beton sakit wk wk
Isabela Devi
mantebs Rendra bisa menyaingi anak Raisha
Isabela Devi
lanjut thor 😄
Isabela Devi
mantebs Raisha Uda bangkit kembali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!