Apa yang kamu rasakan, jika pernikah impian yang kamu gadang gadang akan menjadi first and last marriage, ternyata hanya bertahan kurang dari 24 jam?
Kenyataan pahit itulah yang sedang dirasakan oleh Nara. Setelah 8 tahun pacaran dan 6 tahun dilalui secara LDR, Akhirnya cintanya dengan Abi berlabuh juga di bahtera pernikahan.
Kejadiaan memilukan itu mempertemukan Nara dengan pemuda bernama Septian. Pikirannya yang kacau membuatnya tak bisa berpikir logis. Dia menghabiskan waktu semalam bersama Septian hingga mengandung janin dari pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TREAT LIKE A QUEEN
"Ra."
Nara tersadar saat Septian memanggilnya. Ternyata sejak tadi dia terbengong bengong menatap Septian. Sumpah, malu banget keciduk kayak gitu.
"A, ada apa?" Nara sedikit gugup. Jantungnya berdetak sangat cepat hanya karena Septian berjalan mendekatinya.
"Kok bengong, kepala kamu masih pusing ya?"
"Eng, sudah enggak kok." Nara berjalan melewati Septian lalu duduk didepan meja rias. Dia berniat melepaskan sanggulnya. Mencopoti satu persatu jepit hitam yang dipakai untuk menyangga sanggul.
"Mau dibantuin gak?" Tawar Septian yang tiba tiba sudah berdiri dibelakangnya.
"Gak usah, bisa sendiri." Nara berniat mengambil jepit yang berada dibagian belakang tapi tangannya ditahan oleh Septian.
"Aku bantuin, kamu duduk manis aja."
"Gue bisa sendiri." Tolak Nara.
"Bisa gak, kalau mulai sekarang, kamu sedikit bergantung ke aku."
Nara akhirnya menarik kembali tangannya. Membiarkan Septian membantunya melepas sanggul. Mata Nara terus menatap Septian dari pantulan cermin didepannya. Tanpa sadar, dia seolah terbius dengan pesona Septian.
Perfect husband
Nara cepat cepat membuang jauh pikiran itu. Tak mungkinkan dia jatuh cinta pada Septian secepat ini. Pada man from nowhere yang tak sengaja menitipkan janin dirahimnya. Ini gila, ini tidak mungkin.
"Selesai."
Ucapan Septian membuat Nara buru buru menunduk. Tak ingin ketahuan jika sejak tadi memperhatikan suaminya itu dari cermin.
Septian meletakkan sanggul tersebut diatas meja rias lalu meraih sisir. Dan dengan pelan pelan, dia mulai menyisir rambut panjang Nara.
Nara merasakan ada getaran dalam hatinya. Hanya perhatian kecil, tapi dampaknya sungguh luar biasa. Rasanya, sudah lama dia tak mendapatkan perhatian seperti ini. Dia dan Abi terlalu lama LDR. Dan dua tahun terakhir, Abi tak pernah memberinya perhatian seperti awal pacaran.
"Rambut kamu bagus Ra." Septian menyisir sambil merapikannya dengan tangan. Dan sekali lagi, Nara seperti tersengat aliran listrik saat tangan Septian menyentuh tengkuknya.
Dan gara gara itu, Nara oleng. Dia yang sedang berusaha melepas bulu mata palsu jadi terlalu cepat menarik.
"Aw.." Nara meringis karena kelopak matanya terasa sedikit panas. Bahkan air matanya sampai keluar.
"Mata kamu kenapa Ra?" Tanya Septian yang melihat Nara mengusap usap kelopak matanya.
"Gak papa."
"Sini aku lihatin." Septian menarik bahu Nara agar berdiri lalu menatap mata wanita itu.
"Gak papa kok, cuma perih dikit aja karena terlalu kasar saat narik bulu mata. Lem nya kuat banget. Tau tuh MUA nya pakai lem apa."
Septian tiba tiba meniup mata Nara. Membuat Nara seketika gelagapan karena hembusan nafas Septian yang terasa hangat menyapu wajahnya. Jarak mereka yang sangat dekat membuat jantung Nara kian bekerja keras. Berdetak lebih cepat daripada biasanya.
Sepertinya tak hanya Nara. Septian yang menyadari jarak wajah mereka sangat dekat juga tiba tiba salting.
"Ma, masih pedih gak?"
"Eng...gak." Jawab Nara sambil tersenyum lalu tiba tiba menggigit bibir bawahnya karena nerveous.
Melihat itu membuat Septian beralih fokus pada bibir Nara. Bibir itu tampak begitu merah hari ini. Begitu menggoda untuk dicicipi.
Dorongan alami dari dalam diri Septian, membuatnya memajukan wajah. memiringkan sedikit wajahnya hingga bibirnya bisa menyentuh bibir kenyal milik Nara.
Ceklek
"Ra...." Ucapan Kinan mengambang diudara saat menyadari dia berada ditempat dan waktu yang salah.
Septian mengusap usap tengkuknya sambil tersenyum absurd. Wajahnya merah padam mirip kepiting rebus saking malunya ke gep kakak ipar.
Narapun demikian, dia tak kalah malunya seperti Septian. Ngakunya sama Kinan, gak cinta Septian. Tapi malah ke gep sedang ciuman.
"Sorry. Kakak udah biasa masuk tanpa ketuk. Lupa kalau sekarang udah nikah, udah ada suaminya." Kinan sebenarnya juga malu. Tapi mau mundur udah terlanjur.
"Ada apa kak?"
"Turun kebawah, makan dulu. Septian pasti juga lapar. Keluarganya juga mau pamitan."
Mereka bertiga turun kelantai bawah untuk menemui keluarga Septian yang ingin pulang.
"Nara, gimana, udah sehat?" Tanya ibu Septian sambil menyentuh kepala Nara
"Alhamdulillah udah enakan bu."
"Makan yang banyak, jaga kesehatan. Ibu pulang dulu ya."
Nara mengangguk lalu mencium punggung tangan Lastri.
"Jaga diri baik baik ditempat orang. Jangan lupa sholat. Naranya juga dijagain." Pesan Lastri sambil menepuk nepuk bahu Septian.
"Pasti bu."
Setelah berpamitan dengan kelurga Nara. Akhirnya rombongan dari keluarga Septian pulang. Sekarang, tinggal keluarga Nara dan beberapa teman dekat papanya saja. Nara sengaja tak mengundang teman temannya. Rasanya, dia belum siap untuk memberitahu mereka jika dia hamil diluar nikah.
"Sep." Panggil seseorang sambil melambaikan tangannya.
"Pak Yuda." Septian mendekat kearah pria tersebut lalu menjabat tangannya. Pak Yuda adalah dosen pembimbing Septian.
"Wah, bakalan cepet kelar nih skripsi. Mentornya sekeren ini. Kemampuannya gak diragukan lagi. Gak kaleng kaleng." Ucap Pak Yuda sambil menyenggol lengan pak Satrio yang berdiri disebelahnya.
"Halah, bisa aja kamu Yud." Sahut Satrio sambil tergelak.
"Nara juga pasti bantuin. Bekingannya dua, kuat kuat semua." Goda pak Yuda.
"Bisa aja bapak." Sahut Septian sambil tersenyum. Nara pun hanya menanggapi dengan senyuman.
Setelah ngobrol sebentar dengan Pak Yuda, Septian dan Nara pergi untuk mengambil makanan. Sebenarnya Septian sudah sangat lapar dari tadi. Tadi lagi bahkan tak sarapan karena terlalu gugup hingga hilang Selera makan.
"Mau makan dimana?" Tanya Septian setelah mereka memilih makanan dimeja prasmanan.
"Diruang makan aja."
"Ya udah, sini aku bawain." Septian meraih piring Nara dan membawakannya sampai kemeja makan. Dia meletakkan piringnya dan piring Nara lalu menarikkan kursi untuk wanita itu.
Nara duduk lalu mulai menyantap makanannya. Sesekali dia melirik kearah Septian. Tapi tiba tiba dia teringat jika belum mengambil minum.
"Mau Kemana?" Tanya Septian yang melihat Nara berdiri disaat makanannya belum habis.
"Ngambil minum."
"Biar aku aja yang ngambilin. Kamu lanjut makan aja." Septian segera berdiri lalu kembali menuju meja prasmanan untuk mengambil minum.
Nara tersenyum sambil menatap punggung Septian yang kian menjauh. Hatinya membuncah saat mengingat setiap perlakuan manis Septian padanya. Mungkin seperti inilah yang namanya di treat like a queen.
memang ya orang biasa ke mall pastinya bingung. tapi pastinya kesenangan juga.....
gak deh baru jumpa udah ngajak maksiat. apa bedanya lu nara sama merekaa
padahal nikahnya bisa dibatalin karna blm tersentuh
alurnya bagus, penokohannya bagus en gak bikin kita terlalu halu, pemilihan kata²nya juga bagus, walau tergolong novel ringan tapi othornya berhasil "ngenakin" cerita, jadi tidaklah membosankan.. 🫰🏻
sukses ya, thor.. semangat terus dlm berkarya! 💖