Menikah dan di jodohkan secara tiba-tiba tanpa persetujuan adalah hal yang tengah di alami oleh Andra dan Viana terlebih mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keduanya memang saling kenal tapi sama sekali tak pernah bertegur sapa meski 3 tahun menimba ilmu di gedung yang sama. Alasan perjodohan tak lain karena orang tua Andra tak setuju dengan hubungan putranya dengan Haura meski sudah terjalin dua tahun lamanya.
Dan kambuhnya penyakit sang Mama akhirnya membuat Andra pasrah menikahi Viana.
Akankah rumah tangga keduanya tetap berjalan di tengah hubungan yang belum di selesaikan oleh Andra bersama Haura?
Yuk ikuti kisah mereka yang penuh konflik remaja.. Ini bukan turunan GAJAH ya 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 06
🍂🍂🍂🍂🍂
"Ya sudah, mari bercerai," ajak Viana dengan tangan melipat di dada.
"Cih, baru tadi di kasih nafkah lahir, udah minta pisah," kekeh Andra yang kembali mengacak-acak rambut Viana sampai istrinya itu menjerit tak suka.
"Jangan sentuh-sentuh, perawatannya mahal nih. Mahkotanya perempuan," omel Viana lagi.
"Kalau mahal dan berharga, harusnya di sembunyiin biar gak sembarangan orang lain liat," sindir Andra yang kemudian pergi kearah kamar mandi meninggalkan Viana yang hatinya ikut acak-acakan.
Viana memegang surai hitam panjang yang lurus miliknya itu dengan perasaan yang seperti habis di cubit.
Andra, Lagi-lagi pemuda tampan bisa membuat Viana melamun karna hanya ucapannya yang tadi pagi dan barusan. Viana tak menyangka jika Andra ternyata tak hanya tampan dan pintar tapi juga baik. Rasanya pantas jika Haura sampai bertahan dengan suaminya itu sampai bertahun-tahun.
Mengingat Haura, rasanya ia harus bicara tentang gosip tadi siang di sekolah, tak hanya itu saja karena ada beberapa pertanyaan juga yang harus di jawab dan di jelas kan oleh Andra. Pernikahan mendadak kemarin membuat mereka tak sempat mengobrol banyak hal termasuk tentangnya, Andra dan Haura. Dan Viana langsung bangun dari duduk saat pemuda itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya.
"Bisa kita bicara?"
"Dari tadi juga bukannya udah bicara ya?" jawab Andra aneh dengan Viana yang kini berdiri di depannya.
"Tapi ini lebih serius dari yang tadi."
"Gue laper, bicara sambil makan aja yuk." Andra langsung menarik tangan Viana keluar dari kamar gadis itu menuju ruang makan.
Dan tahu apa yang terjadi dengan Viana?
Matanya terus melihat kearah tangannya sendiri yang di genggam oleh pria halalnya.
Andra ingat jika tadi ia di tawari Bunda makan dengan Sup ayam dan goreng tempe, Andra suka makanan itu bahkan bisa menghabiskan dua piring nasi sekaligus.
Aneh memang, mengingat ia adalah anak bungsu dari keluarga kaya raya yang cukup terpandang orang tuanya.
Andra yang senyum-senyum sendiri saat di tawari makan langsung mengambil piring tapi ia di cegah oleh Bunda yang masih ada di dapur.
"Vi, layani suamimu ya, udah sering liat dong gimana Bunda ke Ayah?"
Viana tentu kaget dengan perintah dari Bunda, apakah ia benar-benar harus jadi istri seperti wanita itu selama ini?
"Gak apa-apa, Bun. Andra bisa sendiri," jawab pemuda itu sambil tersenyum.
Viana menarik napas lalu di buangnya pelan karna Bunda masih menatap ke arahnya tanpa berkedip.
"Ehem, sini piringnya," kata Viana akhirnya.
Ia menyendokkan nasi, sayur dan tempe tanpa lauk lagi, dan tak hanya sampai di situ saja sebab ia juga menuangkan air ke gelas kosong untuk Andra.
Dirasa latihan pertama ini sudah cukup, Bunda pun meninggalkan anak dan menantunya karna tentu ia tak ingin menganggu waktu mereka untuk saling mengenal dekat. Sebab, meski keduanya menikah muda dengan alasan perjodohan, orang tua tetap berharap hubungan Andra dan Viana bisa bertahan hingga akhir maut memisahkan.
"Kamu gak makan?" tanya Andra.
"Aku tak pernah makan siang, lagian tadi udah makan kue pemberianmu, makasih ya," ujar Viana sampai lupa mengatakan itu pada Andra.
"Selagi ada, makanlah karna di luar sana banyak yang ingin makan tapi tak ada yang bisa dimakan," kata Andra lagi yang kali ini membuat Viana mengusap tengkuknya sendiri.
"Nanti malam saja, aku sudah biasa begini," tolak Viana.
"Tapi mulai sekarang jangan di biasain ya, karna hari ini lo harus temin gue makan," tegas Andra.
"Gak, males!"
.
.
.
Ya udah, gue yang suapin ya..