NovelToon NovelToon
Berkorban Demi Cinta

Berkorban Demi Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:32.6k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Morgan Zavierson, dipenjara demi kekasih tercintanya, Kelly Thompson. Akibat kesalahpahaman membuat Morgan membenci sang gadis tersebut.

Apa sebabnya Kelly yang dikenal gadis polos dan ceria, dianggap mengkhianati Morgan? sehingga pada akhirnya Morgan memilih menikahi Zoanna, yang adalah sekretarisnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merayakan Ulang Tahun Mantan

Kelly dibawa ke sebuah ruangan luas yang diterangi cahaya lampu gantung kristal, menciptakan suasana mewah dan megah. Terdapat sofa empuk berlapis kulit dan meja yang mengkilap di sana. Gadis itu langsung diletakkan di sofa oleh dua pria bertubuh kekar, yang mengenakan setelan hitam rapi.

Sementara itu, di seberang sofa, seorang pria yang tidak asing lagi bagi Kelly sedang duduk dengan tenang, menyilangkan kaki sambil memandangnya dengan tatapan tajam namun santai.

Kelly membulatkan mata besarnya saat melihat pria itu. Ada rasa takut bercampur bingung yang jelas tergambar di wajahnya. "Ke-kenapa Tuan ada di sini? Bukankah Anda adalah koki di dapur restoran itu?" tanya Kelly dengan suara gemetar.

Pria itu menyeringai, memperlihatkan senyum yang dingin. "Benar! Nona Kelly Thompson, kita bertemu lagi," sapanya dengan nada ramah yang terdengar menakutkan.

Kelly melirik ke belakang dan sampingnya, melihat anggota pria itu yang masih berdiri di sana dengan sikap waspada. Semuanya mengenakan setelan hitam yang tampak elegan namun mengintimidasi.

"Tuan, apakah kalian adalah mafia?" tanya Kelly, suaranya sedikit bergetar saat melihat mereka mengenakan pakaian seragam yang serba hitam.

Pria itu tertawa kecil, sebuah tawa yang terdengar menenangkan namun anehnya membuat Kelly semakin tegang. "Tentu saja, bukan!" jawabnya dengan senyum yang tetap tersungging di bibirnya.

Kelly menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Lalu, kenapa membawa saya ke sini? Saya tidak menyinggung Anda. Apa yang ingin kalian lakukan padaku?" tanyanya, suaranya kali ini lebih tegas meski masih ada bayangan ketakutan.

Pria itu menatap Kelly dengan mata tajam, seolah-olah bisa menembus jiwanya. "Tenang saja, Nona Kelly. Kami hanya ingin berbicara dengan Anda. Tidak ada yang perlu ditakutkan," katanya sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menunjukkan ketertarikannya pada reaksi Kelly.

"Bagaimana Anda bisa tahu nama saya?" tanya Kelly penasaran, matanya masih membulat penuh ketidakpercayaan.

Pria itu tersenyum, kali ini dengan lebih lembut namun tetap terasa mengancam. "Kelly Thompson orang yang berani melawan seorang detektif. Saya sudah memperhatikanmu sejak kamu masih bekerja di restoran. Atas kejadian itu, kamu dibawa pergi dan dipenjara," jawab pria itu, matanya tak lepas menatap Kelly.

Kelly merasa tubuhnya semakin tegang. Dia tidak mengerti bagaimana pria ini bisa mengetahui semua itu. "Tuan, siapa Anda? Apakah saat itu Anda ada di sana?" tanyanya dengan suara yang nyaris berbisik.

Pria itu menyandarkan dirinya ke sofa, tampak lebih santai. "Saya adalah James Horiz, pemilik restoran yang kamu datangi semalam. Saya mengundangmu ke sini karena ingin menawarkan kamu pekerjaan," jawabnya dengan nada yang tenang dan dingin.

Kelly tertawa pahit, merasa aneh dengan situasi yang dihadapinya. "Mengundangku dengan cara menculikku?" tanyanya, nada suaranya penuh sarkasme.

James tertawa keras, suaranya bergema di ruangan yang luas itu. "Ha ha ha... Maaf, kalau sudah menakutimu," ucapnya, masih dengan senyuman di wajahnya.

Kelly menatapnya dengan curiga. "Tuan, Anda lebih mirip ma...," katanya, suaranya terhenti di tengah kalimat.

James mengangkat alisnya, memberikan isyarat agar Kelly melanjutkan. "Katakan saja, tidak apa-apa! Saya suka orang yang berterus terang," katanya, menantang Kelly dengan tatapan mata yang tajam.

Kelly menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan keberaniannya. "Anda lebih mirip dengan mafia perdagangan organ manusia daripada pengusaha restoran," ucapnya akhirnya, suaranya terdengar mantap.

James tertawa lagi, kali ini dengan lebih lembut namun masih terasa menakutkan. "Kau punya nyali, Nona Thompson. Tapi aku jamin, niatku bukan seburuk itu," katanya sambil tersenyum. "Aku hanya ingin memberimu kesempatan untuk memperbaiki hidupmu, dan mungkin... Kamu bisa menjadi tangan kananku!"

"Tangan kananmu? Apa yang harus saya lakukan?" tanya Kelly, penasaran.

James tersenyum, menatap Kelly dengan mata yang tajam. "Menjadi tangan kananku saat di dapur. Saya adalah koki yang butuh orang berpengalaman bekerja. Saya sudah melihat hasil kinerjamu saat di restoran tempat kamu bekerja. Kamu hanya menjadi pelayan dan bagian dapur. Jarang untuk kamu menunjukkan keahlianmu dalam memasak. Sayang sekali, mereka tidak menghargai bakatmu. Sementara saya suka bakatmu. Kalau tidak keberatan, kamu bisa mulai masuk kerja besok," jawabnya dengan penuh keyakinan.

Kelly terkejut sekaligus senang mendengar tawaran itu. "Terima kasih, karena telah memberi saya kesempatan, Tuan," ucap Kelly sambil bangkit dan langsung menunduk hormat, matanya berkilauan penuh harapan.

James tertawa kecil, merasa puas dengan respon Kelly. "Kenapa kamu tidak bertanya berapa gajimu, dan langsung menerima tawaranku?" tanyanya, penasaran dengan sikap Kelly yang berbeda dari yang lain.

Kelly mengangkat kepalanya, menatap James dengan mata penuh determinasi. "Tuan, Anda harus melihat hasil kinerja saya dulu. Soal gaji, saya tidak berani mengungkit. Bisa bekerja di restoran besar adalah kebanggaan saya. Saya akan bekerja dengan baik," jawab Kelly dengan semangat yang membara.

James mengangguk, terkesan dengan jawaban Kelly. "Baiklah, selamat datang ke restoran kami. Saya tunggu kedatanganmu besok," ucapnya dengan senyuman yang hangat namun tegas.

Beberapa saat kemudian, Kelly meninggalkan gedung itu dengan langkah ringan dan hati yang penuh semangat. Ia berjalan sambil tersenyum riang, merasa bahwa kesempatan besar telah datang kepadanya.

"Kesempatan yang bagus sudah datang, tidak kusangka Tuan James orangnya sangat baik," ucap Kelly pada dirinya sendiri saat melangkah masuk ke salah satu toko yang menjual berbagai jenis kue.

Kelly melihat-lihat rak yang penuh dengan berbagai macam kue, matanya tertuju pada kue cokelat besar yang tampak menggoda. "Hm... Aku belum bekerja, kue yang kecil saja lebih murah. Tapi aku lebih suka kue rasa cokelat," batinnya sambil menimbang-nimbang pilihan.

Akhirnya, Kelly memutuskan. "Saya ingin beli yang rasa strawberi saja," ujarnya kepada pelayan toko, memilih kue kecil yang sesuai dengan isi dompetnya.

Saat keluar dari toko, Kelly kembali tersenyum. "Apakah Morgan masih bekerja? Tidak sabar aku ingin memberitahu kabar gembira ini," gumam Kelly, berharap bisa segera berbagi kebahagiaannya dengan sahabatnya.

Dengan langkah ringan dan hati yang berdebar-debar, Kelly melanjutkan perjalanannya, merasakan harapan baru yang tumbuh di dalam dirinya. Hari esok tampak lebih cerah, dan dia tidak sabar untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

Morgan sedang berada di kantornya, duduk di balik meja besar yang penuh dengan berkas-berkas. Di hadapannya terdapat foto-foto yang diberikan oleh Robby, yang terpajang dengan rapi. Wajahnya tampak serius dan tegas, menunjukkan determinasi yang kuat.

Robby, tangan kanannya, berdiri dengan hormat di depan meja, menunggu instruksi lebih lanjut."Tuan, apakah kita akan menyiksanya lagi? Takutnya Tuan Billy tidak bisa bertahan sampai tiga bulan," ujar Robby dengan suara penuh kehati-hatian.

Morgan mengalihkan pandangannya dari foto-foto tersebut dan menatap Robby dengan tajam. "Kelly mampu melewatinya. Masa seorang pria tidak bisa. Jangan melewatkan satu pun hukumannya. Semuanya harus sesuai dengan siksaan yang dia berikan kepada Kelly," jawab Morgan dengan nada tegas.

Robby mengangguk paham, namun ada keraguan di matanya. "Tuan, pengacara Lion menghubungiku, dia bertanya kapan akan menyerahkan Tuan Billy," katanya dengan nada hati-hati.

Morgan merenung sejenak sebelum menjawab, "Sebelum aku berangkat. Mungkin tidak sampai tiga bulan. Brengsek itu menerima siksaan. Kalau begitu gandakan siksaannya per hari!" perintah Morgan tanpa ragu sedikit pun, suaranya penuh dengan determinasi.

"Baik, Tuan," jawab Robby dengan sigap, mencatat instruksi tersebut.

"Pastikan dia akan dihukum penjara selama 20 tahun, dan selama 20 tahun dia harus dikurung di ruang gelap. Tidak boleh makan kenyang atau tidur di tempat yang nyaman," lanjut Morgan dengan nada dingin dan tegas, matanya berkilat penuh dendam.

Robby tampak sedikit khawatir saat menyampaikan kabar dari pengacara Lion. "Kata pengacara Lion, hukumannya Tuan Billy bisa saja tidak sampai 20 tahun," ujarnya, mencoba menyampaikan fakta dengan hati-hati.

Morgan tersenyum sinis. "Bukankah kekuasaan bisa mengalahkan hukum? Kalau begitu, aku ingin menggunakan kekuasaanku mengalahkan hukum. Bila aku menginginkan Billy menderita di penjara, maka dia harus menderita. Pelihara seorang anjing lebih setia daripada menghidupi manusia berhati iblis seperti dia," jawab Morgan dengan nada penuh determinasi.

Robby mengangguk setuju, tetapi ada sedikit ketegangan dalam sikapnya.

"Bagaimana dengan Detektif Harger?" tanya Morgan, mengalihkan pembicaraan.

Robby menjawab dengan cepat, "Dia telah dipecat karena terbukti korupsi, bahkan anggota keluarganya yang lain juga dipecat."

Morgan mengangguk puas. "Selidiki lagi, siapa saja anggota keluarga Harger! Bagi mereka yang bekerja untuk pemerintah segera dikeluarkan. Selama hidup mereka tidak bisa menjadi pejabat ataupun bagian kedokteran!" perintah Morgan dengan tatapan tajam, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan siapa pun yang terlibat dalam insiden Kelly lolos begitu saja.

"Baik, Tuan," jawab Robby dengan patuh.

"Tuan, Nona Juny ingin bertemu dengan Anda. Dia sudah pesan restoran untuk malam ini."

Morgan mengangguk, menyetujui rencana tersebut. "Baiklah, kami harus bertemu untuk membahas proyek ini juga," jawabnya sambil melirik jam di dinding, memastikan dirinya punya cukup waktu untuk persiapan.

Malam pun tiba, pukul 09.00. Di sebuah restoran mewah, Morgan duduk berhadapan dengan Juny. Keduanya terlihat canggung, diam dalam suasana yang agak tegang. Lampu-lampu redup dan musik lembut di latar belakang tidak mampu meredakan ketegangan di antara mereka.

Morgan mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan, sementara Juny menatapnya dengan senyum tipis.

"Sepertinya kabarmu baik-baik saja, bisnismu semakin meluas dan sukses. Selamat untukmu!" ucap Juny akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

"Terima kasih," jawab Morgan, senyumnya tipis dan kaku. "Kenapa memilih perusahaanku untuk proyek sebesar ini?" tanyanya, ingin tahu alasan di balik keputusan Juny.

Juny menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Papaku menyerahkan tugas ini kepadaku. Tentu saja aku ingin bekerja sama dengan orang yang bisa aku percaya, dan itu kamu," jawab Juny dengan senyum yang lebih hangat kali ini, matanya bersinar dengan keyakinan.

Morgan merasa sedikit terkejut mendengar jawaban itu. "Kamu tidak membenciku?" tanyanya, suaranya terdengar ragu.

Juny menggelengkan kepala perlahan. "Benci? Kamu menuduhku dan tidak percaya padaku. Aku marah, tapi aku tidak putus asa," jawabnya dengan jujur, matanya menunjukkan rasa sakit yang masih tersisa dari kejadian itu.

Morgan merasakan rasa bersalah menyelimuti dirinya. "Maaf atas kejadian itu, semuanya adalah bagian dari rencana Zoanna," ucapnya dengan nada penuh penyesalan.

Juny terdiam sejenak, membiarkan kata-kata Morgan meresap. "Aku tahu. Tapi tetap saja, rasanya menyakitkan ketika orang yang kita cintai meragukan kita," katanya pelan, namun ada nada pengertian.

"Morgan, apakah kamu ingat hari ini hari apa?" tanya Juny dengan suara lembut, matanya penuh harap.

Morgan mengernyit, mencoba mengingat. "Tidak tahu," jawabnya akhirnya, dengan nada bingung.

Juny tersenyum tipis, ada sedikit rasa kecewa di matanya. "Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku ingin merayakannya bersamamu. Sudah hampir lima tahun aku merayakannya tanpa dirimu," katanya sambil meraih tangan Morgan yang terletak di atas meja. Sentuhan itu terasa hangat dan penuh harapan.

"Merayakan dengan pria yang dicintai adalah harapan semua wanita," lanjut Juny dengan lirih, matanya menatap Morgan dengan penuh perasaan.

Sementara itu, di luar restoran, Kelly berjalan dengan penuh semangat. Di tangannya, ia membawa cake yang baru saja dibelinya. Langkahnya ringan, dan senyum menghiasi wajahnya. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat ia melihat ke dalam restoran besar yang dilewatinya. Di balik kaca besar yang tembus pandang, Kelly melihat Morgan dan Juny duduk bersama. Juny sedang memegang tangan Morgan, dan mereka saling menatap dengan intensitas yang jelas.

Kelly hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Senyuman di wajahnya perlahan memudar, digantikan oleh ekspresi terkejut dan sakit hati. Box Cake yang dipegangnya seketika jatuh ke lantai.

Dia berdiri di sana, terpaku, Hatinya remuk melihat pria yang dicintainya bersama mantannya. Sakit hati dan kekecewaan membanjiri dirinya, menghapus semua kebahagiaan yang sebelumnya ia rasakan.

Di dalam restoran, Morgan dan Juny tidak menyadari keberadaan Kelly.

Sebuah cake besar dibawakan oleh pelayan dan diletakan di atas meja. Selain itu, pelayan restoran lainny juga memainkan musik dan menambahkan suasana yang romantis.

Juny tersenyum bahagia menatap Morgan dengan penuh cinta.

1
yuning
sudah mampir sana akunya
Pikachu: Terima kasih, kak🙏🙏
total 1 replies
FITRI LUTHFIA RACHMI
thank's verry much. atas alur ceritanya yg menarik ini sampai selesai.
Pikachu: Terima kasih, kak🙏🙏
total 1 replies
Nabil abshor
trima kasih author,,,,, sehat² sll,,,, semangat,,,,succes,,,,
Pikachu: Terima kasih, kak🙏🙏🙏
total 1 replies
Fazira Aisyah
Happy wedding ya Margon & Kelly 😘😘
Citra Merdeka
semoga cebong nya ada yang tertinggal dan berhasil terbentuk jadi bayi 😁
Citra Merdeka
pemanasan nya semalam besok baru goal 😁
yuning
waktu nya belah membelah 😁
Kinara Widya
ahirnya hari yg dinantikan tiba...
FITRI LUTHFIA RACHMI
wah makin seru kayaknya. lanjut lagi donk ceriranya.
Citra Merdeka
😅😅😅😅😅😅ya ampun kelly..... ngidam drakula kamu
Kinara Widya
🤣🤣🤣🤣🤣bagus kelly gigit terus s nenek lampir biar mukanya tambah jelek....🤣🤣🤣🤣
Lasman Silalahi
kok jadi suka gigit sich.
masa,anak gadis suka menggigit org
yuning
hajar ulat bulu ,aku bantu santet online 😁
Lasman Silalahi
lanjut
FITRI LUTHFIA RACHMI
lanjut lagi donk ceritanya. soalnya makin bagus aja allur ceritanya. aq tunggu malam ini.
yuning
juny itu racun
yuning
akupun penasaran Kelly
Lasman Silalahi
lanjut
Citra Merdeka
😁😁😁😁markus ngelawak loh
Citra Merdeka: 😅😅😅😅lanjut Thor terima kasih
Pikachu: Calon penghuni peti si Markus😂😂
total 2 replies
FITRI LUTHFIA RACHMI
Kejujuran morgan di pertanyakan oleh kelly. lalu apalagi rahasia morgan yg di katakan junny ke kelly. lama kelamaan morgan bisa sering memijat keningnya krn omongan si junny ke kelly. Morgan....morgan....km bisa minum obat sakit kepala tiap hari krn pengaruh omongan junny membuat kelly percaya sm km. lanjut lagi donk hari ini. makin bagus aja. aq tunggi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!