Villainess Raising The Flower

Duke Kalister mengajak aku ke rumah kaca. Aku meminta Mina dan Arina untuk menggantikan ku merawat Hyacinth yang terbaring di kasurnya. Sebelum aku pergi, panasnya masih tidak wajar. Aku tahu ini proses kebangkitan kekuatan suci di dalam dirinya tapi tetap saja aku khawatir. Tidak ada terbesit di hatiku tidak khawatir jika dia mengalami demam panas seperti itu.

Kami berdua berjalan mengelilingi rumah kaca. Wajah Duke Kalister tidak seperti biasanya yang cengar-cengir dan mengesalkan. Wajahnya sekarang tenang dan lebih seperti anak-anak yang sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Pelayan nona Mistelir sudah kami urus hari ini. Laporan yang dikirim pelayannya setiap bulan mengenai gerak-gerik nya nona Mistelir sudah berhasil kami manipulasi. Untuk sekarang kita bisa bernafas lega sedikit," ucap Duke Kalister.

Butuh satu bulan lamanya mengurus para pelayan yang ternyata adalah budak-budak setianya Count Mistelir. Ada segel budak di pinggang mereka sehingga mau tidak mau mereka harus menuruti semua perintah Count Mistelir. Pelepasan segel itu membutuhkan satu bulan karena Duke harus mencari penjual budak yang benar-benar bisa menutup mulutnya.

Dengan ditanganinya para pelayan nona Mistelir, kasus kemarin baru benar-benar selesai hari ini. Sekarang tidak ada mulut yang akan membeberkan kasus itu kecuali ada yang berkhianat. Semoga tidak, aku tidak ingin ada masalah-masalah lagi.

"Lalu bagaimana dengan Count Mistelir? Kapan anda mengurusnya," tanyaku.

Dia berhenti berjalan. Menengok ke belakang dan tersenyum mengerikan kepadaku. "Kita harus buat tikus itu gemuk dulu baru kita suruh kucing mengejarnya. Asik bukan?".

Aku meneguk liurku. Orang ini antara kejam atau sadis aku juga bingung. Mungkin saja keduanya. Rencana dia menjatuhkan Count Mistelir benar-benar dibuat secara matang nampaknya. Nona Mistelir diberikan Duke Kalister tambang emas yang berada di perbatasan wilayah Count Mistelir dan Duke Kalister. Kenapa Duke Kalister memberi tambang itu? Untuk membuat Count Mistelir percaya jika anaknya berhasil merayu Duke Kalister di ranjang.

Di dunia ini ada dua hal yang sulit di dapatkan. Kepercayaan dan uang. Kepercayaan akan menjadi senjata yang kuat bagi siapapun yang mendapatkannya. Dia gunakan untuk terus memperkuat kepercayaan atau mengkhianati kepercayaan itu untuk mendapatkan hal yang lebih besar. Yang Duke rencanakan sekarang adalah mendapatkan kepercayaan lalu mengkhianati kepercayaan itu saat waktunya tepat.

"Sepertinya anda sangat membenci Count Mistelir?," tanya ku penasaran.

"Kesumat. Alasan aku menerima pertunangan nona Mistelir dahulu karena ingin mendapatkan kepercayaan Count Mistelir. Namun bukan gayaku jika harus merenggut kebahagian orang demi tujuanku," balasnya.

Apapun yang dia katakan dia tetaplah hidung belang ditambah rubah licik yang ribuan rencana gila dikepalanya.

Dia membalikkan badannya dan menghadap ku. "Dorothy, kamu tau kan siapa yang menguasai Kalister sebelum aku?," tanya Duke Kalister.

"Iya. Ibu anda bukan? Duchess Althaia Kalister."

Dia tersenyum. "Benar. Lalu apa kamu tau kenapa ibuku meninggal?," tanya dia lagi.

Dari yang aku baca dibuku silsilah keturunan Duke Kalister, Duchess Althaia Kalister meninggal dikarenakan, "Penyakit bukan?". Dalam catatan kematiannya, Althaia Kalister mengidap kanker sejak dia mengandung Kaden Kalister dan tidak ada niatan dari Althaia Kalister untuk melawan kankernya.

"Itu yang tertulis dan orang-orang tahu. Sebenarnya, Althaia Kalister dibunuh oleh Count Mistelir."

Althaia Kalister, Duchess pertama yang memegang kekuasaan Kalister tanpa didampingi oleh seorang suami. Ayah Kaden Kalister, Damian Kalister meninggal dunia karena kecelakaan saat perjalanan pulangnya dari medan perang 24 tahun yang lalu. Itu bukanlah kecelakaan, tapi sudah direncanakan. Dalang dari kecelakaan itu adalah Count Mistelir dan pihak gereja. Gereja takut dengan Damian Kalister karena dia adalah manusia yang memiliki darah campuran setengah iblis. Sehingga Damian Kalister memiliki sihir bayangan yang dapat mengalahkan gereja jika dia mau.

"Sebentar, apa tujuan Count Mistelir hingga membunuh Duke dan Duchess sebelumnya?," tanyaku.

"Bajingan itu terobsesi kepada ibuku. Baginya, Althaia Kalister adalah bunga yang tidak boleh layu dan harus ia dapatkan," balas Duke Kalister.

Masih belum jelas. "Jika dia terobsesi dengan ibu anda, kenapa dia malah membunuhnya?," tanyaku lagi.

"Kamu sudah menjawabnya, Dorothy. Obsesi."

25 Tahun yang lalu, Kalister adalah satu-satunya pedang kekaisaran yang tunduk dibawah perintah kaisar sebelumnya dan menjadi musuh utama gereja Elifuna. Untuk beberapa pihak yang memusuhi kekaisaran seperti gereja Elifuna dan Count Mistelir, Kalister adalah halangan terbesar bagi mereka. Gereja Elifuna yang hendak memiliki kekuatan di kekaisaran dan Count Mistelir yang hendak menapaki puncak bekerja sama menghancurkan Duke Kalister dari dalam. Ditambah lagi obsesi berlebihan Count Mistelir kepada Duchess Althaia Kalister, membuat tujuan untuk menghancurkan Duke Kalister semakin kuat bagi Count Mistelir.

Kematian Damian Kalister tidak mempengaruhi kekuatan militer Kalister. Duchess Althaia Kalister mengambil alih kekuasan Kalister dan mempertahankan posisinya sebagai pedang kekaisaran. Gereja Elifuna sedikit mundur untuk melawan Kalister saat itu, namun tidak untuk Count Mistelir. Dia menggunakan berbagai cara untuk menghancurkan Kalister dan sialnya dia berhasil.

Althaia Kalister tunduk di hadapan Count Mistelir.

"Ibuku ditangkap olehnya. Kemudian diperkosa dan dibunuh. Dia membawa mayatnya ke istana Kalister dan mengatakan ibu meninggal karena penyakit saat ia berusaha menyelamatkan nyawanya. Dokter memeriksa kematian ibu dan memang benar karena penyakit kanker, tapi itu semua hasil dari sihir bayangan yang dia dapatkan dari ras iblis!" Duke Kalister sangat marah menceritakan hal ini kepadaku. Darah menetes ke lantai dari tangannya. Tangan yang dia kepalkan berdarah akibat dia terlalu menggenggamnya terlalu kencang.

"Saat itu aku baru berumur 5 tahun dan mengambil alih posisi Duke Kalister. Namun, aku diculik oleh pihak gereja dan diasingkan ke suatu tempat kumuh."

Dia mengulurkan tangannya kepadaku. Tidak tahu aku maksudnya apa namun tidak ingin aku bertanya di sela-sela perbincangan serius ini. Aku meraih tangannya dan seketika dia menarik badanku lalu jatuh dalam pelukannya.

"Kalister kehilangan Pedang mereka saat itu. Tapi para ajudan ayah dahulu mengambil alih Kalister dengan kondisi yang tidak stabil. Hampir berkali-kali Kalister direbut oleh bangsawan lain, namun ajudan ayah mengorbankan dirinya untuk mempertahankan Kalister."

"Lalu apa maksud anda memeluk saya seperti ini. Ini sudah pelecehan seksual," ucapku.

"Hahaha. Kalau begitu mari berdansa."

"Hah?! Saya tidak bisa berdansa—".

Tiba-tiba berdansa ditengah cerita serius tadi. Dia yang memimpin. Setiap gerakan dia yang menuntunku. Sebenarnya ini dansa dimana aku sebagai lawan dansanya hanya diam dan dia yang menggerakkan badanku untuk mengikuti gerakannya.

"Jadi karena itu anda hendak membalas dendam kepada Count Mistelir?," tanyaku.

"Gereja juga. Karena itu aku mencari sekutu kuat untuk melawan gereja dan Count Mistelir," balasnya dengan tersenyum.

Tiba-tiba dia mempercepat gerakan dansanya hingga aku kewalahan. Tiba-tiba dia mengangkat badanku lalu tersenyum hangat kepadaku. Aneh, ini baru pertama kali aku melihat senyuman tulus dan hangat darinya.

"Namun ada hikmahnya aku diculik dan dibuang ke daerah kumuh saat itu," ucapnya.

"Hah?".

Dia menurunkan ku. Dia menyingkap poni di keningku dan menciumnya tanpa dosa. Segera aku mundur beberapa langkah darinya sambil memegang keningku yang habis dia cium.

"Aku sudah mengingatnya," ucap Duke Kalister.

"Apa?! Bahwa anda hidung belang selama ini?!," ucapku dengan kesal.

"Kita bertemu pertama kali saat aku berumur dibuang, Dorothy."