Villainess Raising The Flower
Aku telah membunuh seseorang. Aku tidak menusuk dada atau perutnya, aku menghancurkan kepalanya menggunakan batu. Yang ku bunuh adalah ayah kandungku sendiri. Dia hampir memperkosaku di bawah jembatan. Aku tidak ketakutan setelah membunuh bajingan satu ini, apalagi gemetaran. Aku merasa lega. Lega karena rantai dan borgol yang telah berada di leher, kaki, dan tanganku telah aku bunuh.
Lalu... Apa yang akan kulakukan sekarang? Tidak tahu. Pastinya aku akan ketahuan telah membunuh bajingan ini. Pengadilan tidak ingin mendengar pembelaan tentang masa laluku dan apa yang telah bajingan perbuat ini kepadaku. Pengadilan hanya ingin mengetahui siapa korban dan pelaku. Tidak ada yang adil di dunia ini, bahkan yang menggunakan kata adil saja itu sama dengan kemunafikan.
Aku sekarang duduk di sebelah mayat bajingan ini. Wajahnya yang menjadi mimpi buruk ku selama 25 tahun sudah hilang. Aku memanggil namanya dan tidak ada respon. Sudah mati memang bajingan ini.
Aku teringat sebuah lagu. Lagu tentang sayap yang sudah rusak. Sayap yang selalu berusaha untuk tetap bisa terbang namun segala usaha telah dilakukan tapi tetap tidak bisa. Lalu sayap itu menemukan caranya agar bisa tetap terbang. Menyingkirkan semua masa lalunya. Sayap melupakan dari mana dia berasal dan siapa dia sebenarnya. Akhirnya dia bisa terbang. Sayapnya yang rusak kembali pulih sempurna. Sayap sempurna akhirnya terbang dan bisa melepaskan semua masa lalunya. Lagu yang indah, inginku dengarkan sekali lagi.
Aku mengambil batu yang aku gunakan untuk membunuh bajingan itu dan menghantamkan dengan keras ke kepalaku hingga darah mulai mengaliri wajahku. Aku tidak berhenti. Aku terus, teru, terus, terus, terus, terus, dan terus menghantamkannya ke kepalaku. Aku sepertinya sedang tertawa saat ini namun aku tidak mendengar suara tawaku sendiri. Gerakan mulutku tertawa... Aneh.
Pandanganku mulai kabur. Karena rasanya sudah di titik aku terbang menjadi sayap sempurna, aku melempar batu itu sekuat tenaga di atas kepalaku dan batu itu menghantam kepalaku begitu keras hingga—
...
...
...
...
...
Tiba-tiba aku tersadar. Nafasku menggebu-gebu layaknya setelah lari maraton sejauh 5km. Aku berusaha mengatur nafasku sebaik mungkin. Setelah sedikit tenang, aku melihat sekelilingku. Asing. Aku ingat rumahku adalah beton, bukan kayu. Sepertinya aku habis mabuk dan nyasar ke gubuk di hutan.
"Bi-Bibi... Aku lapar."
Aku menoleh ke arah suara berasal. Seorang anak perempuan yang begitu kurus, rambut acak-acakan dan sangat kotor, wajah penuh tanah, dan mata yang hampir sekarat. Itu adalah mata yang pernah aku liat dalam hidupku.
Tiba-tiba kepalaku pusing. Jantungku berdetak hebat. Nafasku kembali bergebu-gebu. Kepalaku semakin pusing. Seperti ingin meledak. Tiba-tiba aku mendapatkan ingatan yang ada di kepalaku. Ingatan yang begitu jelas.
Aku berlari dengan panik mencari benda bernama kaca. Setiap ruangan di tempat ini aku buka satu persatu. Sampai pada ruangan seperti kamar mandi, aku melihat kaca. Pantulan kaca yang terlihat adalah perempuan muda berambut hitam dengan warna mata hijau. Wajah yang begitu cantik dan tidak pernah aku melihat dalam hidupku. Aku meraba wajahku dan dari pantulan cermin, perempuan muda itu melakukan hal yang aku lakukan. Aku berkedip, dia berkedip.
Perempuan muda itu aku. Aku berada ditubuh perempuan muda ini. Ingatan ini pula berasal dari perempuan muda ini. Namanya...
"Dorothy Perkins."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Frando Wijaya
ya ampun... pdahal seharusny yg slhkn bpk kandung itu.... bner2 deh
2024-11-07
0
CaH KangKung,
👣👣
2024-05-19
1
Yunita Widiastuti
☘️
2024-03-27
0