NovelToon NovelToon
Dok, Kok Kita Mirip?

Dok, Kok Kita Mirip?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Reinkarnasi / Dokter Genius
Popularitas:37.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eggpudding

Alma, Si anak baru di Sub Bagian SDM Rumah Sakit Harapan Hati mendadak terkenal di hari pertama masuk kerja. Alasannya yaitu wajahnya yang mirip dengan dr Ilman, Si tampan dari poli anak. Tidak hanya wajah, nama mereka juga mirip, Alma dan Ilman.
Gara-gara ini, banyak yang mengira bahwa keduanya adalah saudara, padahal bukan. Adik dr. Ilman yang sebenarnya juga bekerja di divisi yang sama dengan Alma. Tapi, karena suatu alasan, dia tidak mau mengakui bahwa Ilman adalah kakaknya sendiri.

...

"Saya izinkan kamu buat pamer kalau kita berdua bersaudara. Kalau bisa, puji saya tiap hari biar pekerjaan kamu makin gampang.” - Ilman -

“Hahaha... Dokter bercanda, ya?” - Alma -

“Saya serius. Sombongkan saja nama saya. Bukankah bagus kalau kamu jadi adik dari orang yang jenius dan ganteng seperti saya?”

Dih! Bisa ya, ada orang senarsis dan sesombong ini. Dokter pula. Pasiennya tidak apa-apa, tuh?

Tapi, anehnya Alma merasa pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eggpudding, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Bertemu XXX

Mungkin itu hanya perasaanku tadi. Aku baru kenal Pak Feri hari ini. Tidak perlu lah nerprasangka yang aneh-aneh tentangnya. Barangkali dia memang punya wajah yang seperti itu.

“Biasanya Pak Arif atau Mbak Lia yang datang. Mereka ke mana?” tanya Pak Feri lagi.

“Hari ini mereka ada rapat bulanan sama owner, jadi saya yang datang.” jawabku sambil menyeruput minumanku.

“Owalah. Berarti kamu karyawan baru atau…”

“Saya baru gabung sebulan, Pak.”

“Oh… semoga betah, ya.”

Kami bertiga pun lanjut menyantap makanan kami sambil mengobrol. Dari situ aku tahu kalau Pak Feri ini, walau tampangnya masih kelihatan muda, ternyata sudah bekerja di BPJS selama 12 tahun. Cukup lama bukan?

Selain itu, dia juga sempat menyindir tentang para peserta yang sering datang terlambat. Ternyata karena itulah di undangan dicantumkan jam mulai acara 30 menitan lebih awal dari yang sebenarnya.

Kalau dilihat dari kesiapan mereka sebelum acara sih, sepertinya memang begitu. Tapi, entahlah. Yang penting aku sudah datang tepat waktu dan pertemuan ini berjalan lancar hingga akhir.

“Habis ini langsung pulang kan?” kali ini Bu Tina yang bertanya padaku.

“Iya, Bu.”

“Bawa motor atau barangkali mau bareng saya? Kebetulan kita satu arah.” tawar Pak Feri.

“Terima kasih, tapi saya sudah bilang ke supir kantor untuk menjemput saya.” tolakku.

Pria itu nampak agak kecewa. Huh… membuatku geer saja.

Selesai makan siang, kami bertiga berpisah sesuai tujuan masing-masing. Bu Tina dan Pak Feri terlebih dulu pergi dari hotel, sementara aku masih menunggu Pak Hasan.

Sejak keluar dari ruang auditorium sebetulnya aku sudah menghubungi pria paruh baya itu, tetapi sampai sekarang Pak Hasan masih belum juga tiba. Alhasil aku harus menunggu dulu di lobi depan.

“Tahu lama nunggunya, mending aku bawa motor tadi.” gerutuku lirih.

Beberapa kali aku menengok ke depan barangkali Pak Hasan dan mobilnya sudah datang. Lalu, ke empat kalinya aku menengok, penyesalanku untuk tidak membawa motor pun bertambah. Karena, bukannya Pak Hasan, aku malah bertemu dr. Ilman dan teslanya.

“Kok belum pulang, Al? Bareng sini!” perintah pria itu begitu jendela mobilnya terbuka.

Aku yang masih kesal dengannya langsung menolak, “Gak usah, Dok. Saya nungguin Pak Hasan aja.”

Dokter Ilman mengerutkan dahinya, lalu berkata, “Lho, kamu gak tahu kalau Pak Hasan lagi bawa ambulans?”

“Hah?”

“Iya, tadi ada laporan kalau ada ledakan di gudang petasan. Banyak banget yang luka sampai ada yang meninggal. Makanya Pak Hasan sama Pak Sukma ikut bawa ambulans bareng tim evakuasi.”

Aku mendengus pasrah. Kalau alasannya seperti itu, bagaimana aku bisa marah? Evakuasi korban tentu lebih penting daripada mengantarkanku pulang.

“Ya, sudah. Saya ikut dokter aja.” putusku.

Dokter spesialis anak itu tersenyum, lalu membukakan pintu secara otomatis. Akupun masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah kursi kemudi.

“Dokter sendiri kok ada di sini? Gak ikut rapat sama yang lain atau siap-siap ke poli?”

Dia menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, “Saya baru selesai jadwal poli di RS Citra Indah, terus pulang buat mandi dulu.”

Mulutku membulat paham. Setiap dokter memang boleh berpraktik maksimal di tiga tempat. Setahuku dr. Ilman saat ini cuma berpraktik di 2 tempat, yaitu RS Harapan Hati dan RS Citra Indah. Kedua rumah sakit tersebut masih berada di kota yang sama, tapi beda kecamatan dan jaraknya cukup jauh. Sudah begitu, dia juga bekerja sebagai Kabid Pelayanan di RS Harapan Hati. Mungkin karena jadwalnya yang cukup padat itulah dia enggan untuk membuat SIP (Surat Izin Praktik) yang ke-3.

“Untung sekali kan kamu ketemu saya? Kalau tidak, mungkin kamu perlu membayar biaya untuk ojek online,”

Setengah pernyataannya aku setuju, tapi malas sekali mengakuinya. Jadi, akupun menjawab, “Yaaa gak masalah sih, Dok. Kan udah dikasih uang saku sama kantor. Kalau gak dipakai, mubazir dong.”

“Ck. Oke oke… Jadi, saya gak ada gunanya nih?”

“Well, saya sih berterima kasih atas bantuan dokter.”

“Gak ikhlas banget kedengarannya.”

“Itu perasaan dokter aja.”

“Semoga, ya.”

Sesampainya di RS, dr. Ilman dan aku sama-sama beranjak ke lantai atas. Tadi dia sempat berkata akan mengurus beberapa dokumen terlebih dahulu di ruangan Kabid. Kami baru berpisah di lantai atas, karena aku harus membuat laporan dulu.

“Alma, kok baru pulang?” sapa Budhe yang baru keluar dari ruang rapat.

“Iya, Budhe. Tadi saya gak bawa motor, jadi nungguin Pak Hasan buat jemput. Eh, tahunya beliau lagi jemput pasien dulu. Ya sudah. Untung ada dr. Ilman yang mau berangkat ke sini.” jelasku.

Wanita berusa 40an tahun itu manggut-manggut.

“Eh, iya. Ada Ayah kamu di dalam, gak disapa?” Budhe menunjuk ke dalam ruang rapat.

Ayah? Buat apa Papa datang ke mari? Kok gak bilang dulu?

“Saya temuin dulu sebentar deh, Budhe.”

Papaku bekerja di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, disingkat DPMPTSP. Seperti namanya, dinas tersebut mengurusi penanaman modal dan pelayanan terpadu lain, misalnya perizinan. Pikirku, mungkin papa ada urusan terkait dengan dua hal tersebut di sini.

 Hm… Jangan-jangan ini adalah hari terakhir di mana aku dikira adiknya dr. Ilman. Memikirkan itu, aku jadi semangat.

Segera kubuka pintu ruang rapat dan masuk ke dalam. Namun, saat aku masuk, Papa justru tidak ada di sana. Cuma ada dr. Hermawan dan satu orang pria berambut putih dengan kumis tebal yang tidak kukenal di sana. Mereka berdua yang sedang mengobrol terpaksa berhenti ketika melihat kedatanganku.

Aku yang kebingungan pun segera menundukkan kepala sambil berkata, “Maaf, saya sepertinya mengganggu. Saya pergi dulu.”

Kedua pria matang itu selama beberapa detik tidak menyahut, jadi aku memutuskan untuk langsung keluar saja. Namun, tiba-tiba pria yang tidak kukenal itu memanggilku.

“Alma, sini ayo!” panggilnya sambil menepuk-nepuk kursi chitose di sebelahnya.

Melihat wibawa dan auranya, aku yakin beliau ini orang yang harus disegani. Dengan kikuk, aku terpaksa menuruti keinginan pria tersebut untuk duduk di sebelahnya.

Beliau kemudian menepuk pundakku dua kali.

“Wah, saya akhirnya ketemu sama kamu di sini.”

Tidak tahu harus menjawab apa, aku terus menyunggingkan senyum bisnisku padanya.

“Pak Jaya kenal Alma?” tanya dr. Hermawan.

“Jelas, dong! Coba perhatikan, dia mirip siapa?”

dr. Hermawan lalu menatapku dengan intens. Sejurus kemudian, beliau menebak, “dr. Ilman? Jadi… oh, pantas saja!”

Aku masih belum paham dengan maksud mereka, meskipun sedari tadi aku menjadi fokus pembicaraan. Tahu tidak sih, ini nih rasanya digibahin langsung di depan muka.

Cklek!

Begitu suara pintu terbuka terdengar, fokus mereka pun berubah. Nampak setelahnya, dokter Ilman yang sudah mengenakan scrub (baju jaga) warna birunya lengkap dengan sneli tengah berdiri di ambang pintu.

“Haah… syukurlah Ayah belum pulang.”

Pria itu kemudian duduk di sebelahku.

“Ck! Ini bocah sudah lama bekerja di sini, masih saja belum tahu aturan. Kalau di sini jangan panggil Ayah!” hardik pria berambut putih itu.

Ladalah! Ternyata yang duduk di sebelahku ini yang punya rumah sakit!

1
Abi kuvvetli
Kecewa
Claudyz Kim 🐻🐧
Kejamnya Kaihe
Claudyz Kim 🐻🐧: Ilman tuh mlehoy
puding telor: Memang Ilman kurang greng sih.
total 4 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Ngukeh 🤣
Claudyz Kim 🐻🐧: Ngeri Ngukeh
puding telor: gitulah
total 2 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Pelangi 🌈
Claudyz Kim 🐻🐧
Ya ampun
Claudyz Kim 🐻🐧
diskotek purbakala 🤣🤣🤣🤣
Claudyz Kim 🐻🐧: Yo diskotek
puding telor: coba sebutkan namanya yang bener! sumprit ga ada ide hahaha
total 2 replies
susan
ini kynya ujiannya disini. hevia. jaman apalgi ini ?
puding telor: ada, dweeeh. dan bener. ujiannya di sini. otewe tamaaaat~~
total 1 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Penisirin we
puding telor: saru wei!
total 1 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Jangan lupa pake Kacang, Dok biar dikira spesial
Claudyz Kim 🐻🐧: Aku juga nggak ngerti
puding telor: masih misteri beneran, deh. kenapa harus martabak??
total 2 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Like A Patrick: “Kukira hubungan kita istimewa!" 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Claudyz Kim 🐻🐧
Pecat Ilman dari cerita ini kalo masih Ha-he-ho
Claudyz Kim 🐻🐧
ILMAN RA TEGAS
Claudyz Kim 🐻🐧: USIR ILMAN DARI CERITA INI 📢📢📢📢🤣
puding telor: pancen lambene tok sing lemes
total 2 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Terima aja tawaran Bu Nerissa
puding telor: noh! tak bikin!
Claudyz Kim 🐻🐧: ya dibikin atuh
total 3 replies
susan
lgsg dapat tantangan dari camer
puding telor: mohon doanya...
total 1 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Astaghfirullah 🤣
Claudyz Kim 🐻🐧: lama-lama jadi nggak aman
puding telor: masih aman,bu.
total 2 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Lha salahmu dhewe ora sabaran
Claudyz Kim 🐻🐧
Aku kira resepsionis
Claudyz Kim 🐻🐧
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
susan
gas poolll .. Hani gpp lah ketahuan. klo mmg gk mau ketahuan pecat aja si Alma. ato pindahin kmn. Alma Ilman dah over gk cocok acting kakak adek
puding telor: ehehe
total 1 replies
Claudyz Kim 🐻🐧
Aseek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!